di seberang telepon, terdengar seperti ledekan
na yang untuk keseribu kalinya merasa kesal kenapa bunda memberinya n
ndangan dari layar komputer. Diwana kini tengah memutar otak mengutak-atik
pi sifat perfeksionis yang mendarah daging itu tak membiarkannya menyerahkan semua pekerjaan pada yang lain. Ia le
gak enak aku lihat kamu seharian kerja mulu. Cus, sini gih
erja selesai. Nggak enakan kok sama bawahan." Diwa berdecak ke
i-pegawai lain, bahkan termasuk bosnya sendiri-The
justru sering. Ia juga belum pernah bolos kerja barang satu hari saja. Beberapa kali ijin
uka bumi. Ah tidak, kecualikan Tama yang justru kesal
Bukan kabar dibatalkannya meeting yang ia terima, tapi justru satu bucket besar mawar putih dengan sepaket berkas-berkas yang harus ia
unggu. Lotta good view waiting." Terdengar teriakan dari seberang telep
n, hmm iya deh se
ing me? Keburu lumu
u-buru dipotong oleh Tama menggun
memang. Tapi kalau tidak diancam begitu, Diw
benar saja, Diwana itu "pria kaya raya baik hati menantu idaman semua mama" kal
u bunda, dan yang kedua adalah pekerjaan. Aiden?
ya aku OTW nih. Pesanin america
KOPI..!" Teriak kedua
-
anya Tama begitu Diwa tiba, seraya mematikan rokok elektrik
u perjanjiannya. Meskipun Diwana sendiri sebenarnya merasa biasa saja, tidak keber
, bukan americano dingin seperti harapannya. Pikirannya masih sedikit terbayang-bay
i belum se
lo aja, Diw. Yang itu ud
" Jo bersuara juga setelah menahan geram dengan kedua teman yang mengacaukan wak
iksa Tama ya, Jo?
an sama Adindaku Maheswari. Banyak t
dong, Tuan Theo," gerutu Jo, tak mau sebutan sayang un
menciptakan nama panggilan romantis untuk sang pacar. Gadisku Nurma
k mana lag
apa sangka itu anak kecantol dan PDKT sejak lama," ember Tama selagi menyesap vanilla la
erdua. Yang satu playboynya nggak ketulungan, eh yang satu asexual." T
anjutkan separuh kalimatnya dengan sedikit berbisik, karen
. Terakhir putus sama
ang raut muka sok garang yang sebenarnya just
pai kapan Lo mau cuekkin cewek-cewek kantor yang seksi-seksi itu, w
ku ngga minat,
a ini gara-gara mbak set
ka itu?" Tama ikut-ikutan menyebut biru dengan sebut
lagi. Aku kepikiran mau ke psikiater aja deh kayaknya
au ngap
knya. Tapi jiwanya malah nggak beres, halusinasiku terlalu gila sampai bertahun-tahun mimp
tidak bisa membayangkan sefrustasi apa Diwana selama ini selalu dihantui satu skenario sel
itu. Aku jadi penasaran, kalo suatu saat mimpi itu b
pernah mikir kesitu, tapi kayaknya bakal
Tama memejamkan mata sambil merebahkan tubuhnya ke sandaran ku
bilang cantik eh si Jamila seksi malah dianggurin,
-