ridor sebuah panti jompo yang menghubungkan pada ruangan
patu itu b
ada salah seorang rekannya yan
irian dan tak mau bergaul. Aku sudah mencoba ajak nenek Risma
saat mendengar pe
gambil sebuah buku catatan miliknya.
ke dalam tasnya, Dea langsung pami
enuju taman. Ia tahu nenek Risma suka duduk-
an ia bisa melihat punggung nenek Ri
ati nenek tersebut, "Selamat siang Nen
sampingnya dan menda
dengus melihat kehadiran Dea yang kini sudah berpindah dari
skan dari wajahnya, walaupun nenek
-basi. Namun tak di jawab. Menyerah? Tak mu
ya Dea lagi tanpa lelah
u sesuatu? Ne
rita seru yang Dea alami
uat hati keki saja. Mending bersama kami saja di sini." Teriak
ndengar ucapan Opa Herman dan kembali mengarahkan wajah
Risma, ia menggenggam jema
esuatu?" tan
yunya nan sudah tua. Keriput di wajahnya sangat terlihat jela
Risma namun dengan n
au ngajak nenek jalan-jalan." Ucap
engajak Risma jalan-jalan. Namun saat ia melihat dari sudut matanya, Dea j
ah kalau begitu. Dea akhirnya memilih menu
ea antar k
ek itu sebenarnya setuju dengan tawaran
g dan menarik kursi r
ea langsung mendekati Risma kembali, mengapitkan tanga
ah, Dea tetap sabar membantunya. Terakhir hasil pemeriksaan, kaki nenek Rism
lepaskan kunci penahan yang ada di roda kursi, lalu mendor
k dibantu Dea. Setidaknya sudah ada sedik
ini ditemukan sedang kebingungan di jalanan. Sambil menenteng satu tas kecil
menemukannya. Jadilah
ke jalan. Ia sengaja ditinggalkan oleh anaknya karena ditangan w
inggalkan keluarganya begitu saja dan ditelantarkan di
k Risma. Jika nanti mereka bertemu, Dea pastikan akan membuat mereka se
i tersebut ke sebuah kamar yang siapapun di panti
kembali mengunci roda agar tak bergerak
r. Dengan hati-hati ia membaringkan tubuh ringkih Ris
galihkan fokus Risma untuk mendengarkan cerita
l saat aku duduk di bangku SMA. Tak ada sanak saudara yang ma
sma berikan, wanita tua i
n kembali menggenggam jemari Risma sebelum ia melanjutkan
akak perempuan dan seorang Aban
rannya berkelana saat ia masih t
. Namun aku salah. Saudaraku sangat kasar padaku. Kekerasan yang ia lakukan padaku juga sudah cukup mampu membuatku se
ihat Dea yang semakin jauh menerawang jauh ke depan. "aku mencoba mene
Memaki mereka pun tak akan membuatku bisa diterima
tabunganku dan sedikit uang peninggalan kedua orang t
Allah membuat hidupku lebih menderita dari ini. Kurang ajar memang pemikiran
Melirik Risma yang kini sedang menatapnya dengan ekspresi
ma Allah. Hidup Dea yang berubah drastis seperti ini bukan tanpa alasan. Dea ya
lah justru menggantinya dengan yang lebih baik, yaitu seperti saat ini. Dea punya banyak orang tua yang sayang sama Dea. Buka
seolah terhipnotis dengan tata
e
kataan Dea tadi padanya. Seperti sesuat
is manis yang kini tengah duduk di hadapannya yang tengah berbaring. Apa Dea b
Dea sebagai cucu nen
tak mengeluarkan sepatah katapun lagi. Dea diam karena ingin menunggu jawaban Risma
kehangatan dan kerinduan yang terpancar dari mata gadis itu. Pancaran kerindua
Dea, "Kamu mau mendengarkan cer
gatan saat Risma mulai membalas pembicaraanny
akalan Dea dengerin baik-baik
. Umur kamu berapa?" tanya Risma
at tahun." Jaw
lebih muda
tkan kening
cu laki-laki, tapi sepertin
nenek Risma. Dari sana, ia bisa melihat wanita tua di
da Dea tentan
*