Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Misi Cinta Merebut Hati Bos Besar
Misi Cinta Merebut Hati Bos Besar

Misi Cinta Merebut Hati Bos Besar

5.0
8 Bab
3 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Demi menjalankan misi mempertemukan seorang nenek dengan cucunya, Membuat Dea berakhir dengan terjebak rasa cinta yang muncul secara tiba-tiba pada cucu nenek Risma. Namun Dea tak ingin berlarut dan berharap bisa menghindar, namun perlakuan Abhi yang manis padanya membuat ia terjebak semakin dalam dan semakin sulit untuk menjauh. Akankah misi itu menjadi cara Tuhan mempertemukan dirinya dengan jodohnya, atau justru sebaliknya.

Bab 1 1. Angel House

Suara ketukan sepatu yang tak beraturan terdengar Dari koridor sebuah panti jompo yang menghubungkan pada ruangan kecil yang menjadi kantor para perawat atau pekerja panti.

Pemilik sepatu itu bernama Dea.

"Gimana hari ini?" tanya Dea pada salah seorang rekannya yang tengah sibuk bermain ponsel.

"Tak ada yang spesial. Hanya saja nenek Risma masih suka sendirian dan tak mau bergaul. Aku sudah mencoba ajak nenek Risma bicara sesuai arahan mu, tapi sepertinya aku harus menyerah."

Dea terdiam lesu saat mendengar penjelasan tersebut.

Ia berjalan menuju lokernya lalu mengambil sebuah buku catatan miliknya. Mungkin lebih tepatnya seperti diary.

Setelah memasukkan diary tersebut ke dalam tasnya, Dea langsung pamit untuk keluar menemui nenek Risma.

Dea kembali menelusuri koridor dan berlalu menuju taman. Ia tahu nenek Risma suka duduk- duduk di taman kecil yang ada di Angel House.

Dea tersenyum manis saat dari kejauhan ia bisa melihat punggung nenek Risma yang tengah duduk di bangku taman.

Dengan semangatnya, Dea berlari mendekati nenek tersebut, "Selamat siang Nenek." Sapa Dea dengan senyum terbaiknya.

Risma melirik ke arah sampingnya dan mendapati Dea ada di sana.

Risma yang disapa, bukannya menjawab, wanita itu justru mendengus melihat kehadiran Dea yang kini sudah berpindah dari samping menuju depannya dan mereka kini saling berhadapan.

Senyum terbaik tak pernah Dea lepaskan dari wajahnya, walaupun nenek Risma selalu menolak senyumannya.

"Nenek lagi apa di sini?" tanya Dea berbasa-basi. Namun tak di jawab. Menyerah? Tak mungkin. Tak ada kata menyerah dalam kamus Dea.

"Nenek sudah makan?" tanya Dea lagi tanpa lelah walaupun selalu ditolak.

"apa Nenek mau sesuatu? Nenek mau minum?"

"Atau nenek mau dengar cerita seru yang Dea alami saat ke sini tadi? Atau,"

"Sudahlah Dea, untuk apa mengajak bicara wanita itu. Hanya membuat hati keki saja. Mending bersama kami saja di sini." Teriak Opa Herman yang sedang berkumpul dengan teman-temannya yang lain.

Dea tak terlalu menanggapi. Ia hanya tersenyum ramah mendengar ucapan Opa Herman dan kembali mengarahkan wajahnya pada Risma yang kini tengah melirik ke arahnya juga.

Dea tersenyum lembut pada Risma, ia menggenggam jemari Risma yang terasa dingin.

"Nenek mau sesuatu?" tanya Dea lagi.

Risma tak langsung menjawab. Ia menatap Dea dengan tatapan sayunya nan sudah tua. Keriput di wajahnya sangat terlihat jelas. Terkadang Dea menangis melihat nenek Risma yang seperti ini.

"Saya lelah." Jawab Risma namun dengan nada yang cukup dingin.

"Aaahh. Nenek lelah? Padahal aku mau ngajak nenek jalan-jalan." Ucap Dea dengan ekspresi wajah mengiba.

Berharap Risma berubah pikiran dan mau menyanggupi keinginannya yang mau mengajak Risma jalan-jalan. Namun saat ia melihat dari sudut matanya, Dea justru mendapati kenyataan bahwa Risma kembali mengalihkan tatapan darinya.

Haaahh! Sepertinya memang sulit. Ya sudahlah kalau begitu. Dea akhirnya memilih menuruti permintaan Risma yang ingin ke kamar.

"Ayo Nek Dea antar ke kamar ya."

Risma tak menjawab, namun Dea yakin nenek itu sebenarnya setuju dengan tawaran Dea, hanya saja malu untuk mengiyakan.

Dea melirik ke samping dan menarik kursi roda milik nenek Risma.

Setelah mendekatkan kursi tersebut pada nenek Risma, Dea langsung mendekati Risma kembali, mengapitkan tangannya pada lengan Risma dan membantu wanita itu berdiri.

"Hati-hati nek.." ucap Dea lembut. Walaupun sedikit susah bagi Risma melangkah, Dea tetap sabar membantunya. Terakhir hasil pemeriksaan, kaki nenek Risma sedikit bermasalah, jadilah susah untuk berjalan normal seperti sedia kala.

Setelah duduk dengan baik di kursi tersebut, Dea segera melepaskan kunci penahan yang ada di roda kursi, lalu mendorong kursi roda yang tengah Risma duduki menuju kamar Risma.

Bersyukur Nenek itu tak lagi menolak untuk dibantu Dea. Setidaknya sudah ada sedikit kemajuan antara dirinya dan Nenek Risma.

Bicara soal Nenek Risma. Dea mendengar dari pemilik panti kalau nenek Risma ini ditemukan sedang kebingungan di jalanan. Sambil menenteng satu tas kecil yang berisi pakaian, Risma yang malang berjalan terlunta-lunta entah kemana.

Beruntung pemilik panti menemukannya. Jadilah ia dibawa ke Angel House.

Sepertinya keluarga nenek Risma sengaja membuang wanita tua ini ke jalan. Ia sengaja ditinggalkan oleh anaknya karena ditangan wanita itu ada secarik kertas yang bertuliskan 'tolong rawat saya'.

Dari sanalah Bu Dina tahu kalau nenek Risma sengaja ditinggalkan keluarganya begitu saja dan ditelantarkan di jalanan tanpa uang dan hanya sedikit baju di dalam tas.

Dea sempat menyumpahi tanpa sadar keluarga yang tega menelantarkan Nenek Risma. Jika nanti mereka bertemu, Dea pastikan akan membuat mereka semua menyesal karena sudah melakukan hal keji seperti ini pada orang tua.

Perjalanan Dea hampir sampai. Ia membelokkan kursi tersebut ke sebuah kamar yang siapapun di panti akan tahu jika kamar itu kamar milik nenek Risma.

"Kita sudah sampai.." seru Dea. Gadis itu kembali mengunci roda agar tak bergerak kemana-mana saat ia menurunkan nenek Risma.

Dea memapah Risma untuk menaiki ranjang kecil di kamar. Dengan hati-hati ia membaringkan tubuh ringkih Risma dan menyelimuti setengah tubuh tua itu agar nyaman.

Wanita itu hendak tidur, Namun ucapan Dea, mengalihkan fokus Risma untuk mendengarkan cerita yang mengalir begitu saja dari bibir gadis itu.

"Nenek tahu, aku seorang yatim piatu. Ayah dan ibuku meninggal saat aku duduk di bangku SMA. Tak ada sanak saudara yang mau menampung anak terbuang sepertiku...." Dea berhenti sejenak.

Ia melihat respon yang Risma berikan, wanita tua itu mulai mendengarkannya.

Dea menatap Risma lembut. Ia tersenyum manis pada Risma dan kembali menggenggam jemari Risma sebelum ia melanjutkan tentang kisah hidupnya yang begitu menyakitkan pada Risma.

"Sebenarnya aku punya seorang kakak perempuan dan seorang Abang." ucap Dea memulai bercerita.

Dea tampak menerawang jauh, pikirannya berkelana saat ia masih tinggal bersama saudara-saudaranya.

"Aku berpikir saat itu, tinggal bersama mereka akan membuatku aman. Apalagi dengan kondisi kami yang sudah yatim piatu. Namun aku salah. Saudaraku sangat kasar padaku. Kekerasan yang ia lakukan padaku juga sudah cukup mampu membuatku semakin hancur dan tak percaya dengan yang namanya kaum adam. Mungkin bagi mereka aku hanyalah sebuah parasit." Lanjutnya.

Dea menghentikan ceritanya, membuat Risma menatap Dea dalam. Risma melihat Dea yang semakin jauh menerawang jauh ke depan. "aku mencoba menemui paman dan bibi ku tapi mereka bersikap seolah tak mengenalku....."

"....Marah? Tentu saja aku marah. Tapi aku bisa apa. Memaki mereka pun tak akan membuatku bisa diterima di lingkungan mereka-" Ucap Dea yang mulai tertunduk.

"-akhirnya aku memutuskan untuk ke Jakarta dengan uang tabunganku dan sedikit uang peninggalan kedua orang tua. Untuk sekolah, aku sudah berhenti di kelas dua SMA."

"Aku Ingin berteriak pada Tuhan, tapi takut. Takut jika nanti Allah marah dan Allah membuat hidupku lebih menderita dari ini. Kurang ajar memang pemikiran seperti itu. Karena aku yang sudah berprasangka buruk sama Allah saat itu.-"

Dea menarik nafas dalam dan menghembuskannya kembali. Ia Melirik Risma yang kini sedang menatapnya dengan ekspresi yang susah ia artikan. Dea kembali melanjutkan ceritanya.

"-tapi itu dulu. Dulu sekali, jauh sebelum aku seperti sekarang. aku percaya sama Allah. Hidup Dea yang berubah drastis seperti ini bukan tanpa alasan. Dea yakin ada maksud Allah menjadikan hidup Dea seperti ini. Begitu juga dengan nenek."

Dea menatap Risma. Menggenggam jemari wanita itu. "Kini Dea tahu, Allah Maha Baik Nek. Saat Allah mengambil orang tua Dea, Allah justru menggantinya dengan yang lebih baik, yaitu seperti saat ini. Dea punya banyak orang tua yang sayang sama Dea. Bukan hanya orang tua. Dea juga punya seorang nenek yang Dea yakin dalam hatinya ada cinta untuk Dea. Nenek tahu siapa orangnya?-"

Risma menggeleng tanpa sadar, seolah terhipnotis dengan tatapan Dea. "Namanya Nenek Risma."

Deg!

Risma terdiam. Ia terpaku mendengar perkataan Dea tadi padanya. Seperti sesuatu yang ia rindukan muncul dihadapannya.

Risma merasakan ada kehangatan dalam hatinya saat mendengar pengakuan Dea, gadis manis yang kini tengah duduk di hadapannya yang tengah berbaring. Apa Dea baru saja menganggapnya keluarga?. Ini yang ia rindukan dan sungguh ia terharu.

"Nenek mau kan anggap Dea sebagai cucu nenek?" pinta Dea lembut.

Diam dan hening. Itulah yang terjadi diruangan Risma sekarang. Baik Dea maupun Risma tak mengeluarkan sepatah katapun lagi. Dea diam karena ingin menunggu jawaban Risma, sedangkan Risma terdiam karena ia kaget tak menyangka Dea meminta hal itu padanya.

Risma masih tak mau menjawab. Ia justru semakin mendalami tatapan mata Dea. Ada kehangatan dan kerinduan yang terpancar dari mata gadis itu. Pancaran kerinduan akan kasih sayang. 'Mungkin meridukan orang tuanya' tebak Risma dalam hatinya.

Risma membalas genggaman jemari Dea, "Kamu mau mendengarkan cerita saya?" Risma mulai bersuara.

Dea seketika tersenyum. Tersenyum penuh kehangatan saat Risma mulai membalas pembicaraannya. Dengan antusias Dea mengangguk mengiyakan.

"Apapun. Semua cerita nenek bakalan Dea dengerin baik-baik." ucap Dea dengan semangatnya.

"Sebelumnya, saya ingin bertanya. Umur kamu berapa?" tanya Risma masih dengan ekspresi datarnya.

"Dua puluh empat tahun." Jawab Dea singkat.

"Dua tahun lebih muda dari cucuku."

Dea mengerutkan keningnya, "Cucu?"

"Iya, saya punya seorang cucu laki-laki, tapi sepertinya dia tak menyayangi saya."

Dea seketika terdiam. Ia menatap dalam tepat pada mata nenek Risma. Dari sana, ia bisa melihat wanita tua di hadapannya ini sedang merindukan cucu kesayangannya.

"Ceritakan pada Dea tentang cucu nenek."

*****

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 8 8. Siapa Kamu   04-09 18:49
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY