uka yang masih mengalirkan darah, meski sudah dibalut dengan perban. Setiap gerakan membuatnya terbangun, napasnya terengah-engah seperti sebuah peringatan bah
sekuat ini sebelumnya. Kehadirannya di samping Raka adalah kekuatan yang sama besar dengan cinta yang ia rasakan untu
anya mengerang, matanya sedikit terbuka, menatap Elara seolah ia ingin mengingat setiap det
bisiknya, suaranya serak
u harus makan agar cepat sembuh, Raka. Aku tidak bisa meliha
penuh kelelahan. "Aku... aku tidak tahu bagaimana aku bisa
enguatkan Raka. "Kau selalu lebih kuat dari yang kau kira, Raka. Ak
lam dirinya. Ia tahu, rasa sakit ini adalah konsekuensi dari perjuangannya, tetapi
mbelai rambut Raka yang sudah mulai kusut. Hening meliputi ruangan, hanya diselingi suara hujan di luar yang berirama menenangkan. Namun
gan Raka-sebuah penyesalan yang mungkin hanya ia yang bisa merasakannya. Ia mengangkat tangan yang lemah,
Raka yang tampak sayu, namun penuh dengan
ng... aku tak ingin kehilanganmu juga," ucapnya, bibirnya bergetar seiring kata-kata itu kelua
u, Raka telah menghadapi begitu banyak, dan ketakutannya untuk kehilangan orang yang dicintainya adal
begitu banyak bersama. Dan aku tidak akan membiarkan rasa takut menghentikan kita. Tidak sekar
seolah-olah ingin menangis. "Elara
n menghadapi ini bersama. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian dalam pertempuran ini. Jika ka
eka waktu untuk merenung, untuk mengingat bahwa bahkan dalam kegelapan, ada secercah cahaya yang menunggu. "Kau adalah alasan akutetapi karena kebahagiaan yang tak terhingga.
g menghampiri. Saat hujan terus menetes di luar, Elara tahu bahwa malam ini adalah malam yang akan menentukan segalanya. Namun, di dal
yakinan. Dan dalam momen itu, saat dua hati yang terluka itu saling berpaut, mere