yang tak terjangkau, kini menjadi bagian dari setiap langkah dan napasnya. Setiap pagi, ia terbangun dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan, seperti ada kekuatan
bara di perapian. Raka sedang berbicara di telepon di ruang kerja, suaranya serius, namun nada ketegangan itu menyusup ke seluruh rumah. Elara
enuh dengan kekhawatiran. Elara menatapnya, hati yang tadi
berusaha terdengar tenang
erada dalam bahaya, Elara. Ada orang-orang yang ingin menghancungkan semua yang
membuatnya merasa seperti terjatuh ke dalam jurang yang dalam. "Apa maksudmu?
ah kita lalui," jawab Raka, suaranya semakin tertekan. Ia berjalan mendekat, meraih tangan Elara, dan menggen
a rasa takut yang menggerogoti, namun di balik rasa takut itu, ad
"Kita akan melawan, bersama. Apa pun yang t
ikut menangis bersamanya. Raka sedang mengurus sesuatu di luar, berbicara dengan para pengawalnya dalam bisikan-bisikan yang membuat Elar
a sebelumnya, mata yang penuh dengan kekhawatiran yang sulit disembunyikan. Elara berdiri, menatapnya dengan
di?" tanya Elara akhiiran. "Mereka tahu tentang kita, Elara. Mereka tahu bahwa kau adalah satu-satu
ri. "Tapi Raka, aku tidak ingin hidup dalam ketakutan selam
ih dari apa pun. "Aku tahu, dan aku janji, kita tidak akan lari. Tapi k
nian yang mulai tumbuh di dalam dirinya. "Kalau begitu, mari kita lakukan bersama.
ari mereka berdua. "Aku berjanji, Elara, tidak ada yang akan memisahk
gan ketegangan, mata-mata penuh perhatian memandang Raka, menunggu arahan. Elara duduk di sisi Raka, me
ang. Bukan hanya untuk aku, tetapi untuk masa depan kita, untuk hidup kita. Elara adalah
ta mereka. Mereka tahu, jika Raka-yang dikenal sebagai pemimpin yang tak kenal ampun-memutusk
bangga yang tumbuh dalam dirinya. Raka bukan hanya seorang pria yang dilihatnya sebagai kekuatan
m ruang itu, ada kekuatan baru yang terbangun. Sebuah janji yang tidak akan pernah patah. Elara tahu, kali ini, mere