besar rumah mereka, menatap Raka yang sedang berbicara dengan para pengawalnya. Suara langkah kaki dan bisikan di sekitarnya ha
dak mencapai matanya. "Elara," katanya dengan suara yang penuh kelembutan, seolah ingin menyimpan setiap momen bersama wanita itu
melangkah mendekat, menggenggam tangan Raka dengan kuat. Ada getaran dalam sentuhan mereka, sebuah komunikasi tanpa
n. Ia ingin memeluknya, ingin menenangkan hatinya yang berdebar, tetapi ia tahu bahwa momen ini b
akutan itu di matamu. Kau lebih kuat dari yang kau kira. Ingatlah, set
seperti aliran sungai yang menabrak batu. "Aku tidak bisa
as tempat hatinya berdetak. "Kau adalah alasan aku bertahan,
jata yang terpasang di sisi, siap menghadapi apa pun yang akan datang. Elara menatap punggung Raka yang tegak, seolah ingin menghafal setiap lekuk tubuhnya,
Elara melambaikan tangan, meskipun ia tahu bahwa Raka tidak bisa melihatnya. Tetapi di dalam hatinya, ia tahu bahwa Raka merasakan
pi. Hujan turun deras, menambah kesan muram di rumah mereka. Ia ingin mendengar suara langkah kaki Raka, suara keras yang menandakan
merasakan detak jantungnya semakin cepat, setiap nada yang terlontar membuatnya terhuyung di antara ketakutan dan harapan. Ia ing
rbaju hitam berdiri di ambang pintu. Tubuhnya basah kuyup, wajahnya penuh dengan darah dan debu, te
punya. Ia hampir tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya, tetapi
h, namun ada sebuah senyum di bibirnya yang mengungkapkan semuanya. Ia berhasil kem
ia takut kehilangan pria itu lagi. "Aku khawatir sekali, Ra
ara yang basah oleh air mata. "Aku kembali, E
akhirnya mereda, digantikan oleh perasaan yang sulit diungkapkan-kebahagiaan yang murni, kebahagiaan