osnya dan menunggu jawaban, namun tidak ada komentar apa
yang sebagian besarnya telah habis terbakar dan tinggal menyisakan puntungnya. Namun Kusuma belum menyadari, bahwa yang kini tersisa di tangannya hanyalah puntung rokok saja, perhatiannya masih tersita oleh
a berlari tetap konstan dan stabil. Wajah gadis itu memerah, semerah apel yang sudah matang. Terlihat sangat menggemaskan. Sebuah apel matang, yang ketika melihatnya akan menggoda orang
u sejak kapan bosnya itu berhenti menatap layar, ia pun segera berbalik dan mulai membacakan ulang laporan untuk bosnya. Bosnya pu
t sejak perlombaan dimulai, Dewi kembali memimpin perlombaan lari itu. Semua orang yang menonton perlombaan itu dapat melihat betapa Dewi mencurahkan segala upayanya dal
erteriak menyampaikan dukungannya kepada Dewi. Bahkan para siswa yang tidak dapat melihat perlombaan dengan jelas dari kejauhan, juga turut bersorak mendengar bahwa Dewi kembali memimpin dalam perlombaan. Dukungan da
aris finis. Tiba-tiba, seruan karena keterkejutan muncul dari kerumunan penonton. Di te
rani dan Kristina akhirnya menarik diri dari perlombaan itu. Yang tersisa dari teman-temannya hanya Dimas, yang saat ini berada di posisi ke
dari Dimas -- namun setiap langkah yang diambil Dewi akan membuatnya semakin jauh. Dewi pun kemudian
Dewi, maka mantan peraih medali perak berhasil m
... jangan... kembali untukku..." Namun, sebelum ia mampu mengucapkannya dengan lebih jelas dan menambahkan kata-katanya, Dewi te
ngembalikan kesadarannya. Dewi kembali untuknya, dengan mempertaruhkan kemenangan yang sudah hampir pasti ada di tangannya, maka
sebelumnya. Begitu dia berdiri, rasa sakit yang berdenyut di kakinya membuatnya h
cedera." Dimas menggelengkan kepala, merasa kecewa dan kalah dengan dirinya sendiri. "Aku...
rusaha menyalakan semangatnya lagi. "Dokter, ini hanyalah beber
untuknya ketika ia mendapatkan masalah dengan para guru. Namun kali ini sebaliknya, Dimas lah yang saat
n mulai berusaha untuk berlari kembali. Kini kakinya tidak terasa terlalu menyaki
eh para penonton yang hadir di arena lomba, mereka pun b
nnya. "Dewi, aku mencintaimu!" Teriakan itu menimbulkan reaksi geli dan tawa di antara penonton yang
namun pasti berhasil mengejar beberapa pelari yang ada di depannya. Akhirnya, setelah k
lesaikan lomba menorehkan kesan mendalam di hati para penonton. Karena keputusan yang telah diambilnya it
. Meskipun tidak diperlihatkannya secara jelas, namun apa yang telah d
atlet itu, mereka pun mengangkatnya dan melemparkannya ke udara untuk kemudian mereka tangkap lagi. Hal itu ter
itu, ' pikirnya kesal. 'Merayu para pria sesuka
an menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan perasaan le
a jam lagi, termasuk penyerahan hadiah bagi para pemenangnya. Dan yang lebih penting,
inya dari keterkejutannya. Kusuma?' berpikir tentang hal itu membangkitkan kemarahannya. 'Sial! Kenapa pria itu muncu
gan misterius. Kemana pun kamu pergi, seolah-olah dia juga selalu ada di tempat itu!" Dewi menghela nafas. 'Hubungan misterius?' Dewi tak dapat menjelaskannya, se
dak usah khawatir, aku tidak akan bentrok dengannya di upacara itu," Dewi meyakinkan Kirani. "Hanya saja... siapa sangka, dia yang akan mengalungkan medali di upacara nanti?" Menghembuskan napas seakan menyesal
ya, Dewi. Aku merasa iri kepada dirimu. Betapa beruntungnya dirimu, bisa berulang kali bertemu dengan Tuan Hadi! Ia adalah seorang pria yang sangat tampan dan kaya raya. Ia memiliki hampir segalanya. Pertemuanmu dengannya seakan takdir." Mengatakan itu semua, ekspresi seolah sedang bermimpi muncul di wajah Kristina, dan kemudian ekspresi itu menghilan
r belakangnya lebih
usaha mengusir pemikiran itu dari benaknya. Tak ada yang berani main
t tampan. Aku tidak mengerti, bagaimana bisa kau tidak tertarik padanya." Ia kemudian memiringkan kepalanya, d
itu selalu saja membuatnya merasa sangat kesal. Kenapa? Karena setiap kali mereka bertemu, pria itu akan sembarangan bicara, dan sarkasme yang dilontarkannya kemudian, berhasil membuatnya merasa sangat tersinggung. Dan sebagai tambahan, apa perlunya membuat keributan hanya karena sebua
gkah yang salah satu sama lain. Namun, keduanya memiliki ego yang ter
melakukan pekerjaan di suatu tempat? Bukankah ia seorang CEO dari sebuah grup perusahaan multinasional? Bukankah seharusnya ia memiliki banyak hal penting terkait bisnis perusahaannya yang harus ia pe
eka yang mensponsori kostum, sepatu kets, dan juga hadiahnya. Sebagai CEO dar
," tambah Kristina. "Bukan hal yang mengejutkan untuk melihat Grup Hadi hadir di acara maraton." Mendengar itu dari t
g sama. Bagaimanapun juga, ia adalah bujangan terkaya di Kota Yoya. Hanya Dewi saja yang tampaknya tida
nggung posisi ketiga. Ketika banyak orang yang hadir mulai berte
hitam baru, pria itu naik ke atas pang
ya yang elegan, Kusuma terlihat lebih tampan dan gagah dari biasanya. Setiap wanita lajang di bawah panggung terus berteriak karena terpesona dan
an sosok Kusuma akan tetap terlihat sempurna di mata Dewi. Susah diraih, g
acara mengumumkan dengan suara yang bergetar, karena kegembiraan dapat berada begitu dekat dengannya, "yang membuat kita merasa sangat beruntung bah
pingi oleh sang pembawa acara. Wajah Kusuma tetap cuek, seolah-olah ia belum pernah bertemu Dewi sebelumnya. Ketika Kusuma telah berdiri di depannya, Dewi mengangkat kepalanya u