ingat dan mengenalinya, matanya pun melebar karena terkejut. Ia mema
n gaun untuk dikenakan oleh Olga beberapa waktu yang lalu, Kusuma sebenarnya tidak memperhatikan sama sekali dan hanya menunjuk pada apa pun yang terlihat oleh matanya terlebih dahulu. Bahkan ketika
Olga tidak cocok untuk mengenakan gaun itu dan tidak dapat menampilkan keindahannya secara maksimal. Kusuma merasa geli
emua orang yang ada di mal itu menatap Kusuma seakan memint
lah diabaikan oleh K
uka cemberut di wajahnya, dan hendak menyampaikan keluhan lebih banyak kepada pria yang sedang bersamanya. Aka
'Apa aku pernah melihat wanita ini sebelumnya?' Tiba-tiba, ingatannya membuatnya tersadar. Dengan terburu-buru. ia menghampiri Kusuma dan berbisik dengan suara pelan, "Tuan. Hadi,
da di situ!" seru Dewi, ia berjalan men
Dewi, lengan Edi dicengkeram da
dirinya sendiri. Dulu, untuk memastikan agar rencana perjodohanku dengan Kusuma berjalan dengan lancar, ay
getahui siapa diriku yang sebenarnya. Maksudku, terakhir kali aku bertemu dengannya aku telah berani mencium bibirnya, dan kini kami harus bertemu l
Nyonya Hadi, Namun sekali lagi ia disela se
---" "Hei! Kawan!" Dewi meninju dada Edi dengan main-main, dan dengan cepat mengalihkan topik pembicaraan. "Tidak usah terlalu formal denganku! Rasanya sangat aneh!" Edi benar-
un berubah menjadi serius. "Nyonya Hadi, kenapa Anda melakukan semua ini?" tanya Edi. tak dapat menahan rasa penasarannya dan langsung bertanya keti
merasa geli dan ingin ter
akan tetapi suamiku di sana bahkan tidak mengenali i
aat ini pasti masih lajang dan tak memiliki hubungan
kepada dia. Apa alasannya? Aku sudah menandatangani surat cerai dan menyerahkannya kepada Panji untuk diberikan
nya, Edi mundur beberapa langkah dan mengamati Dewi, ia pun berpikir, 'Kalau tidak salah, Nyonya Hadi tujuh tahun lebih muda d
n dibalik semua tindakan Dewi, 'Apa ada yang salah dengan wanita ini? Tuan Hadi, adalah seorang pria yang
yaan Edi, "Ya, aku ingin menceraikan Tuan Hadi. Aku juga berharap kamu bisa me
gan apa yang baru saja Dewi utarakan padanya, semakin banyak pertanya
di berjalan kembali kepada Kusuma yang saat itu baru
bicarakan berdua. Mengalihkan perhatiannya kepada Dewi, Kusuma meliha
hadir dalam ekspresi di wajahn
nita murahan. Dalam sekejap wajah Kusuma menjadi muram, ia kemudian menoleh kepada asistennya Edi, dan memberinya sebuah perintah, "Usir wanita itu keluar dari mal ini!
ada di benak Kusuma saat ini, ia tak akan melepaskan Dew
wajah Kusuma, namun kali ini ada yang terlihat berbeda. Men
a. "Jaya sayang. Aku juga menginginkan set lipstik itu." Suara Dewi terdengar lebih keras dari biasanya. Memalingkan pandangannya kepada Olga, Dewi kemudian menunjuk Olga dan berkata kepada Jaya dengan ekspresi manja,
eorang, apalagi ini kepada teman akrabnya, Jaya. Ini jelas yang pertama dan
an dan bertanya, "Hei! Tomboi, ada apa denganmu? Sikapmu membuatku takut!" Semua te
jangan kau adalah penipu yang menyerupai Dewi!' Masih terheran dengan apa yang saat ini
kamu tidak membelikannya juga untukku?" Dengan segala apa yang sedang dilakukannya saat ini, Dewi pun
betapa sangat sulit bagiku melakukan ini semua!? Ah, terserah lah!
ua, karena kami mendapatkan apa yang kami masing-masing inginkan!' Itulah rencana besar yang ada di kepala Dewi, dan ia tak akan membiarkan rencana itu gagal. Yang berhasil mengembalikan kesadarannya dari lamunan adalah suara Jaya, yang dengan pasrah dan sedikit berteriak menjawab, "Baiklah! Baik! Aku akan membelikanmu apa pun yang kamu inginkan, tapi aku mohon..." Suara Jaya melirih dengan nada p
ngannya sampai gemetar!' pikir pramuniaga. "Apa kamu tidak mendengar apa yang kukatakan?
rgegas membawanya ke konter kasir. Menghela napas dalam-dalam, Jaya
ngan sengaja ...', pikir Edi. Namun saat ini ia memiliki hal yang lebih penting untuk segera ia lakukan, yaitu perintah bosnya untuk mengusir Dewi keluar
ada tegas, "Edi, kenapa perintah Tuan Hadi tidak segera kamu lakukan?" Kusuma jelas melakukan ini
berbeda dari wanita lainnya! Ah, ak
a "Dia adalah---" Edi merasakan seseorang sedang menatapnya dengan tajam, seolah m
kepada para pengawal yang berada di be
rintahnya, Dewi mengangkat tangannya dan mencegah para pengawal mengusir ia dan teman-temannya de
ergi." Seketika Jaya pun menarik kembali kartu kredit yang hampir ia serahkan ke pramuniaga untuk membayar lipstik. Jaya kemudian mengambil kembali semua lips
berjalan keluar dari mal, Kusuma berpikir hingga wajahny
pun kembali melingkarkan tangannya di lengan Kusuma, dan kemudian berkata dengan suara yang lembut, "Tuan Hadi, bagaimana menurutmu
a tak terlalu memperha
si yang muncul di benaknya, Edi kemudian membuka jalan dan mengant
tanya kepada Jaya, "Hei, aku tadi mendengar bahwa kamu ingin
enghela napas. "Sejujurnya, aku telah habiskan semua uangku da
a ia bertepuk tangan dan tersenyum. "Kenapa