dada. Kedatangan sang mantan tunangan sudah membuatnya marah, ditambah
dengan orang asing. Fidell berhak marah karena ia membuat ulah di pesta pernikahan laki-laki itu, t
r rambutnya. "Kamu marah? Kenapa
asih berani mengungkitnya? Kamu s
lasan karena selama setahu
yang memb
ah satu tahun menjalin hubungan dengan istrimu, kenapa kamu nggak putusin aku, hah! Kenapaa? Aku n
hal, gadis itu memang benar. Dirinya salah dalam hal kebohongan tentang hubung
kan hubungan denga
nya. Minggu lalu kita b
nggak tega sama kamu! Dengan kond
angkan kalau aku memutuskan kamu dari se
dibohongi." Elaina menuding keras. "Kamu p
askannya di pestaku? karena it
tidaknya itulah yang aku pikirkan selain meminta penjel
kan, sayangnya tidak punya uang. Ia memerlukan seorang perempuan yang bisa mendukungnya, baik secara men
uas sek
h. Mulai sekarang, kita
Gara-gara itu, keluarga, teman, dan bahkan is
h ada padamu? Sebaikn
dari kamu. Elaina, naif sekali kamu." Mendesah dramatis, ia menjeda ucapannya. Sengaja memberikan efek seram pada Elaina. Ia sengaja mempermainkan ga
an tangannya. "K
mu juga tahu bagaimana keadaan orang tuamu, terutama Papamu yang sudah tua dan lemah itu. Bukankah dia sekarang seda
a. "Laki-laki kurang ajar! Be-beraninya mengancamkuu!" Ia mengayunkan tangan hendak memuk
-laki kaya untuk menikahimu. Untung saja aku cepat sadar! Ingat, sekali lagi kamu berani menenta
ya geram. Merasa tidak berdaya karena tekanan yang tidak bisa ditolaknya. Ia begitu membenci Fidell, hingga ingin membunuh laki-laki itu. Kebencian yang membuatnya melupakan rasa cinta yang dulu perna
gilmul" Seorang parmusa
n mengenyahkan rasa marah sebelum kembali bekerja. Mood-nya yang hancur akan mempengaruhi hasil
tanya-tanya ada masalah apa yang membuatnya dipangg
as
k laki-laki tinggi kurus dengan rornpi hitam. Ada tahi lalat di ujung bibirnya dengan mata cek
a yang sudah
ng lemah. "Maks
lah besar, Elaina. Yang
Saya bekerja d
aku mendapat banyak complain dari pelanggan yang mengatakan minumanmu t
eng dengan kalut. "Pak, i
mu peringatan keras. Kalau compfam tentang kamu tidak be
apa masalah ini masih menimpanya. Menatap sang manajer yang sedang berdiri rnemunggunginya sambil menerima panggilan telepon, Elaina teringat sesuat
Elaina berusaha untuk tidak meratapi nasib. Entah bagaimana caranya, ia harus tetap bekerja di sini. Adiknya
ala tegak, dan menolak untuk tunduk. Masalahnya, yang dipertaruhkan bukan hanya bisnis keluarganya yang baru saja dirintis kembali,