an langkah lebar dia mendekati perempuan itu. Tanpa diduga, Saka mendoro
enang meksipun lehernya sudah terasa sakit. Bahkan sejak Sa
ina. "Kenapa? Kenapa kau mengh
am dengan apa yang kamu lakukan padaku, Ka? Tidak akan. Aku butu
i tadi berlalu, berharap pria itu akan keluar dari sana
lupa? Baiklah. Sepertinya R
untuk menikah lagi. Kalau saja ... kalau saja kamu mengiz
Lebih baik aku membunuhmu daripada aku
ajar," d
hal yang jujur mengenai statusmu yang masih beristri pada keluarga wanita itu. Bahkan pada w
ng berniat untuk memaduku? Nyatanya, mereka pun kamu bohongi. Jangan mengatasnama
ari cengkeraman di leher Rina, membuat pe
"Aku tidak akan membiarkan kamu berbahagia semudah
ik. "Kamu m
h kamu mau mengatakan apa. Yang harus kamu tahu, tidak
dari hadapan Rina. Menaiki tangga menuju ka
*
a. Setelah tadi dia mendatangi acara tetangganya-Pak Baron dan
elat di hadapannya dengan keras. "Fir, cepet buka pi
etuk tanpa henti. Beberapa kali mengintip ke d
sabar menemui Safira dan membicarakan hal yang telah dia dapati di rumah Pak B
Kamu baru
uci baju Ibu malah bangunin. Nggak tahu apa aku masuk shif
rdecak. "Ma
rjalah
akan tujuannya datang ke kediaman sang anak. Tan
Bu? Kenapa tari
dan mengajak anaknya turu
sini mau ngajakin aku bergosip? Nanti saja deh
g. Ini berita m
ikah? Udah resmi jadi ist
jadi istri, Bos. Perni
terlipat. "Gag
s itu. Tadi waktu acara akad dimulai, tiba-tiba ada perempuan hadir yang me
melotot seketika.
an bahagia. "Biar mereka rasakan malu itu, Bu. Siapa suruh dul
ak bisa bayangin bag
ya ada gosip lagi
pa
ngar kalau Nada it
melotot lebar. "Yan
ng berbeda jenis, sering liburan bareng sampai menginap. Menurut Ibu apa yang mereka
rus ada salah satu karyawan juga pernah nggak sengaja lihat Nada masuk ke mobil Pak Saka sepu
u-ibu besok, Fir." Jangan heran ya para pembaca kalau Ibu Susi terlihat antusias sekali. Karena nyatany
nangkup kedua tangannya di bawah dagu. Seb
iperebutkan banyak pria hamil di luar nikah dengan laki-la
ing jago bikin kam
orang yang cukup terkenal. Pasti heboh. Seperti sebel
hati aku mendengarnya," potong Safira ketika
putrinya. "Jangan bilang kamu
mandang ibunya tidak suka. "Apaan. Deh, B
mengarah pada putrinya. "Awas aja kamu masih menyi
Nanti kalau keluar, kan dia mantan napi, Bu. Aku tuh hanya masih sa
u. Awas saja kalau sampai ma
engg
idak sabar untuk belanja besok. Udah ah. Ibu pulang dulu." Setelah ib
*
atap lawan bicaranya. Dia hanya terfokus pada sosok gad
b ucapan Aska. "Sakit apa Zahra?" ta
awab Rina
g keponakannya. "Semoga lekas sembuh, Sayan
"Kakak pergi dulu, Rin." Per
emandang sendu putrinya yang tengah terbaring lemah. Dia menggenggam erat tanga
ar ruangan yang terlihat dari jendela kaca bening berukuran setenga
otaknya. Air mata jatuh dari pelupuk mata yang tertutup kelopak.