ang murid di kelas 6. Hanya 11 anak saja. Aku pun sudah mulai bergaul dengan guru-guru. Ada Pak Darto
ami para guru rapat evaluasi dalam ruang kepala sekolah. Sambil menung
put lumpia rebung dari kotak makanan yang disajikan. Ha
irip ikan buntal yang terancam oleh musuh-musuhnya. Aku tahu maksud Pak Darto. Ia pasti sed
ka berkacak pinggang. Makanya, menurut cerita-cerita yang beredar di kalangan para guru, Pak Darto lebih sering mengung
asti sudah menikmati ranu
Darto. "Husss.." kata mereka. Orangnya memang sulit diduga, banyak tingkah dan alasan. Makanya, aku hanya terus berulan
^
t padaku. Siang itu, di ruang kelas, aku duduk siaga
n berambut kucir ganda. Yang aku tunj
orang murid yang duduk
karena beberapa jerawat sudah menjajah bagian kening dan pipinya yang cukup berisi. Ia bermata sipit, beralis tebal, dan berbibir sensu
beringsut maju, memungut pelan kapur tulis yan
m buku, aku mendengar anak-anak tert
a yang ditulis
R-A-W
gue dikerjain,"
rti orang kesurupan. Ia membanting-bantingkan tubuhnya ke kanan-kiri,
as kembali tenang meskipun masih terdengar cekikikan-cekikikan yang
rbeda dengan gadis yang duduk tepat di sebelah kanannya, Iyu
iknya sewaktu pelajaran olah raga. Betisnya tebal dan suka memakai sepatu se
"Pak, beliin pulsa dong." wajah
dengan tak kalah usilnya juga. "Ok
yang agak bergelombang, ditata dengan jambul kecil di depannya, terhambur ke
gara wajahnya yang mellow itu, orang sekaliber Pak Marjo pun sering dibuat mengalah. Padahal, denga
dan meyakinkan telah menyontek! Tapi dengan mudahnya ia membujuk Pak Darto agar menyelamatkannya. Modus operandinya, ia pura-pura sak
kemarin. Mungkin karena Deva berhasil menunjukkan wajah memela
tema yang sama. Tempura 2 tusuk. Minumannya juga serempak. Hmm, apakah mer
*
ilas ke arah ar
anku. Aku beranjak naik diiringi suara gemerisik dari kertas koran yang dijadikan alas duduk. Tempat itu memang berubin namun bukan k
ku. Bayangan dua anak perempuan sedang mengintip ke dalam rumah lewat jendela ruang tamu. Sebenarnya ada ti
-baju itu begitu saja dan menutup lemari rapat-rapat. Sewaktu membalikkan badanku, makhluk-makhluk itu, y
ka pintu, terlihat Anak usil and the gank itu datang ke rumah sore hari lengkap dengan
anti pura-pura tak menyimak dengan sibuk menengok kanan-kiri. Deva memilih
ejarku pen
yang disambut dengan senggolan siku Deva. Mungkin Deva meras
bih dulu, dibuntuti Santi dan Deva. Aku mendahului mereka pergi ke da
kan air putih." sahut Santi
. Ketiga gelas itu aku tata rapi di atas nampan dan kubawa masuk ke ruang tamu.
pak sibuk mengibas-ibaskan tangannya, menggiring angin ke arah lehernya. Dagunya ia
membungkuk untuk menaruh gelas-gelas itu, aku mengintip cepat singlet putih d
san, sampai-sampai sari jeruk itu meleleh di antara bibirnya dan turun meluncur mengi
^
a kisah super baper "Tak