asti sudah dekat. Tapi, beberapa langkah aku menga
berlawanan arah hanya mengenakan jarit yang menutupi pinggang ke bawah. Sementara itu, payudara mereka dibiarkan terbuka dengan jelas! Menggantung seperti pepay
ri.
n membalas
.." aku sho
"Ini kan di desa, Fred. Jadi wajar kal
onal ya?" kataku tersipu sa
gunakan pipa-pipa bambu. Teduh dan semriwing tempatnya. Di situ ada ember-ember hi
otor dan basah... boleh kok diambil,
kira-kira sebetis orang dewasa. Mungkin Bu Irda hanya membasuh wajah, kaki, dan t
menarik pakaiannya ke atas. Tubuhnya yang mungil terlihat dengan jelas. Perutnya r
ing, dan memelorotkan celana panjang coklatnya itu. Tampaklah celana dalam satin berwarna biru dari balik celana panjangnya itu. Ada pita kecil di
ar ke belakang, dan melepaskan kaitan BH coklat yang ia kenakan. Setelah terlepas, BH itu ditarik keluar dan tangan kanannya meraih serta melet
kali lebih kencang, dan rahangku mengeras, membuat setetes ludah yang masuk ke tenggorokanku pun mampu me
kamu cant
"Ayo, kok belum dibuka sih bajunya?" katanya namun tanpa ada usaha apapun untuk menutupi kedua payudaranya yan
uanku. Aku pun melepas baju, menyisakan
g lembut dan bersih menciptakan bunyi-bunyi gemericik di dalam air. Aku meliri
n punggungnya dipijat oleh air yang tumpah dari pipa-pipa bambu itu. Payudaranya
epan tampak bundar tapi sesekali aku melihat dari samping, putingnya membentuk siluet
Aku harus berusaha keras untuk tidak membiarkan tanganku melayang tepat di atas payudara ranum itu dan
lain di dalam Umbul itu. Begitu nyaman ia menikmati segarnya air di sore hari itu. Perutnya yang rata ia bilas
endam dalam-dalam supaya penisku tidak terlihat me
atasnya. Ia remas-remas busa itu hingga berbuih da
u yang menjadi busa itu
dalam Umbul dan mencipratkannya ke kedua belah puti
mpak menikmati
memberi komando untuk segera mentas dari
mun, rasa penasaran masih menghinggapi benakku, men
Bu Irda berjalan santai
memalingkan wajahnya ke arahku tapi kami tetap berjalan santai. "Kok ibu nggak malu ya, mandi bar
rang baru di sini." katanya setelah menyelesaikan tawanya yang keras. "Sejak
" tanyaku seol
nnya selalu lancar, setiap wanita di sini harus mandi tanpa penutup dada. Jika dilanggar, maka P
uk dan mendengar
ngaku melihat bidadari cantik duduk di sekitar umb
malu?" aku meng
D kita. Mereka juga kagum lho sama payudaraku." Bu Irda tertawa sendiri ketika mengingat masa lalunya itu. "Tapi l
ya, cerita Bu Irda, pantangan mandi di Umbul harus ditaa
. Setelah mengucapkan salam perpisahan, Bu Irda berjalan menyusuri jal
agah, formal, dan disiplin ketika mengenakan seragam coklat, menjadi begitu lain ketika di dalam Umbul tadi. Ia begitu polos, canti
gan total... tapi sayang, tradisi hanya mensyaratkan s
asih ingin
*