rta
wat di tangannya. Lalu, ia menatap Ibunya yang tersenyu
a minum obat ya. Ibu jangan lupa ma
n menjaga kesehatan
a kak Yunita yang akan menjaga Ibumu. Kau belajar yang rajin saja,
gan penuh rasa terimakasih yang tulus. Jika tidak ada Ibu Aryani
ndung. Dan, sebentar lagi ia akan terbang ke Singapura untuk melanjutkan pendidikan S2 nya. Dania merasa seperti mi
kepikiran di sana nanti," ujarnya sam
, nak. Maafkan segala kesalahan Ibu, ya. Ibu sudah
erimakasih karena Ibu bersedia merawat dan melahirkan aku. Jika waktu itu Ibu me
*
dung
dorong Sulastri sehingga istrinya itu terbentur ke tembok. Dahi Sulastri pun langsung mengeluarkan darah. Sulastri yang melihat ada dar
in denganku?!Kemari
am Kartika putri mere
. Bapak sama Ibu nggak malu gitu h
ajar sama Bapak," jawab Cep
i setiap hari kerjanya ongkang kaki. Pergi ke wa
au dari tangan Ibunya. Dengan berani
bisa berhenti ribut,lebih ba
kamu? Sana, pergi sekalian kamu sama Bapakmu itu.Ngga
a dengan keras. Kartika meletakkan pisah di tangannya. Ia pun terduduk lemas seketika. Air matanya mulai menetes di p
- gara Bapak di PHK, Ibu
g becak, ngojek, narik angkot atau apa sajalah yang penting
Allah
i sebuah pabrik. Tapi, sudah setahun ini ia di PHK dan belum mendapatkan pekerjaan kembali. Untuk s
ika dia dapat bekerja di pabriknya yang dulu itu karena bantuan seorang sahabatnya. Ya, dengan cara menyogok orang dalam sehingga ia bisa di terima bekerja. Dengan usianya kini yang sudah memasuki 45 tahun mana
si hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia sudah tidak heran lagi jika bapaknya tidak pulang sam
ung sang adik. Kartika m
ng mengangguk, tapi baru saja ia hendaknmengetuk pintu kamar Ibunya, pintu rumah mereka di ketik dengan keras. Agung dan K
enjawab, mereka mengikuti langkah ibunya. Dengan kesal Sulastri membuka pintu. Hampir saja ia memaki orang yang mengg
a Uju Supriyadi itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tampak sedikit
ah satu anggota kepolisian yang bernama Gunawan. Sulast
is di rumah sakit karena terlibat perkelah
h terlintas dalam benaknya jika sang suami akan mendapatkan musibah seperti ini. Hampi
astri menggelengkan kepalanya. "Udah, saya nggak apa
an dia keluar dengan membawa tasnya. "Kalian jaga rumah. Ibu pergi dulu," ujarnya pada ke
mengapa ia merasa bahwa setelah ini akan ada sesuatu yang jauh lebih buru