na's
depanku bersama segerombolan temannya. Me
l seraya memberikan tatap
i,"jawabku sambil menyodorkan bingkisan berwarna merah padanya. Tapi alih-alih menerima bin
u jadi gelagapan."Ini..
napa kau ngasih ke aku?" Tam
itu rasanya wajahku panas sekali saking malunya. Ini pertama kalinya aku melakukan tind
lagi! Jangan-janga
u sambil lebih mendekatka
gak menyangka dia akan tertawa. Tidak hanya dia, tapi juga teman-te
salah dengan perkataanku?"
ini, pacaran dengan... GAJAH seperti kamu? Nggak masuk akal kan?"cetusnya sambil menunjuk ke badanku yang gemuk. Mend
ng mulai bergoyang-goyang, akibospeksi diri dulu deh sana!"perintahnya sambil
hati pertama. Hasilnya..
*
tahun
epat sarapan! Nanti kamu terlambat
i kok,"jawabku seraya men
ma bekerja, kok mala
i ini harus bagun pagi,"seruku sambil menyendokkan nasi goreng cepat-c
-pelan kalau maka
nyak, aku membereskan alat makanku
ai? Kok dikit b
Aku mencium pipi mamaku sekilas
n lalu lintas yang ramai dan susah dilewati, aku menyetir motorku sekencang-kencangnya. Untungnya pagi ini, tidak seperti biasanya, jalanan d
gai sekertaris di tiga perusahaan swasta, yang pada akhirnya selalu memecatku saat ada pelamar lain y
ni adalah aku nggak perlu takut lagi dipecat karna bentuk tubuhku. Itu semua karena, bosku kali ini adalah seorang penulis '
lai hari ini jadi tempat kerjaku. Sesampainya di dalam, salah satu pembantu di r
mbil sesekali membuka mulut untuk menerima suapan dari perawatnya. Aku, yang heran melihat seorang wanita dewasa harus makan sambil disuapi, m
nnya. Aku memang sudah diberitahu oleh sekretarisnya yang lama kalau bosku ini menderita penyakit yang serius, ta
nggak karuan,"serunya tiba-tiba membuyarkan lamunanku. Rupanya dia tau aku mek?"lanjutnya sambil
a, bu! Saya tid
p orang yang pertama kali melihat tangan saya yanan aku menyinggung perasaannya. Bagus, Gina! Bagus s
a to? Saya kan bilang tadi,
ta maaf, bu,"seruku s
... nggak
ra pintu depan dibuka l
gak bisa pelan kalau berurusan dengan pint
dan membenarkan cara dudukku. Berharap tidak lagi
ungsu oleh bosku tersebut, dari arah yang terde
bu Amelia seraya mengisyaratkan pada p
dak menyadari... atau mungkin tidak terlalu peduli dengan kehadiranku. Sebenarnya aku berharap dia akan bersikap seperti itu seterusnya.
ih! Sapa dulu dong sekertaris mama
.. ma
ak bung..." Dengan kasar, dia tiba-tiba meletakkan piringnya ke mej
ni memandangku dengan tatapan penuh kebencian. Dari semua pria di dunia ini, ironisnya harus dialah yang me
*