/0/18040/coverbig.jpg?v=102fa469860503835501d205a0d6f199)
Michael Dharsono membenci orang-orang jelek dan paling alergi dengan makhluk gendut. Namun sungguh dia tak menyangka dia harus menikah dengan cewek paling gendut dan paling jelek yang pernah dikenalnya. Regina Larasati adalah musuh besar Mike sejak SMA dulu. Cewek yang pernah ditolak cintanya hanya gara-gara bertubuh gemuk itu, membalaskan dendamnya dan membuat hari-hari Mike di sekolah bagaikan di neraka. Ironisnya, sepuluh tahun kemudian mereka bertemu kembali dan terpaksa terlibat dalam sebuah PERNIKAHAN KONTRAK yang bisa menyelamatkan nyawa papa Regina dan juga mengembalikan harta keluarga Mike kembali ke tangannya. Dua kubu dengan karakter yang bertolak belakang dan saling membenci satu sama lain, membuat pernikahan mereka dilanda pertengkaran demi pertengkaran hampir setiap waktu. Apalagi saat cinta pertama Mike tiba-tiba kembali ke pelukan Mike dan menuntut pria itu menceraikan istrinya bahkan sebelum batas waktu perjanjian pernikahan mereka berakhir. Hanya saja... keadaan malah terbalik seratus delapan puluh derajat saat Mike tahu kalau sebenarnya kakak tirinya, Darren sudah menyimpan perasaan pada istrinya sejak dulu dan berminat meminang wanita itu secepatnya setelah mereka bercerai. Lantas apakah yang terjadi selanjutnya? Akankah Mike tetap menceraikan istrinya dan kembali pada cinta pertamanya, atau akankah dia tetap bertahan dan berusaha meyakinkan istrinya bahwa satu-satunya wanita yang diinginkannya adalah istrinya itu sendiri?
Regina's POV
Mike...." panggilku saat dia melintas di depanku bersama segerombolan temannya. Mereka serempak berhenti dan menoleh padaku.
"Siapa kamu?"tanya Michael seraya memberikan tatapan penuh selidik ke arahku.
"Oh... aku anak kelas 1-b. Namaku Regina Larasati. Aku manggil kamu... untuk ngasih kamu ini,"jawabku sambil menyodorkan bingkisan berwarna merah padanya. Tapi alih-alih menerima bingkisan tersebut, dia malah memandangiku dari bawah sampai ke atas, seraya berkata,"Apa ini?"
Ditatap seperti itu, aku jadi gelagapan."Ini... cok...lat valentine."
"Aku tau ini coklat! Tapi kenapa kau ngasih ke aku?" Tampaknya dia mulai tak sabaran.
"A...ku suka sama kamu. Kamu mau jadi pacarku?"jawabku cepat-cepat. Selesai mengatakan itu rasanya wajahku panas sekali saking malunya. Ini pertama kalinya aku melakukan tindakan seberani ini. Kalau nggak gara-gara desakan teman-teman, aku nggak akan mungkin mau.
"Apa? Ulangi sekali lagi! Jangan-jangan aku salah dengar."
"Aku... suka kamu!"ulangku sambil lebih mendekatkan bingkisan itu ke arahnya.
"Hahahahahaha...... aduh perutku sampai sakit." Dia tertawa. Aku nggak menyangka dia akan tertawa. Tidak hanya dia, tapi juga teman-teman satu kelompoknya dan beberapa cewek yang melintas di tempat itu.
"Ke...napa tertawa? Ada yang salah dengan perkataanku?" Perasaanku mulai nggak enak.
"Hahahaha... gimana aku nggak tertawa, orang lucu banget gitu! Coba kamu pikir, pasteskah manusia tampan seperti aku ini, pacaran dengan... GAJAH seperti kamu? Nggak masuk akal kan?"cetusnya sambil menunjuk ke badanku yang gemuk. Mendengar itu, aku merasa bagaikan di tampar. Sakit sekali. Sayang rasa sakitnya tidak meradang di pipiku, tapi di hatiku.
"Tapi..."Bingkisan yang ku pegang mulai bergoyang-goyang, akibat dari tanganku yang gemetaran.
"Nggak usah tapi.. tapi.. Lebih baik kamu introspeksi diri dulu deh sana!"perintahnya sambil memimpin teman-temannya beranjak pergi dariku.
Cinta pertama. Ungkapan hati pertama. Hasilnya... hinaan dan patah hati.
***
Sepuluh tahun kemudian
"Gina... uda jam berapa ini? Ayo cepat sarapan! Nanti kamu terlambat kerja lho!"teriak mamaku dari luar.
"Iya ma... aku uda selesai kok,"jawabku seraya menghambur keluar dari kamar.
"Kamu ini hari pertama bekerja, kok malah bangun telat sih?"
"Aduh... gara-gara nonton drakor tuh tadi malam... sampai lupa aku hari ini harus bagun pagi,"seruku sambil menyendokkan nasi goreng cepat-cepat ke dalam mulutku. Saking cepatnya aku sampai hampir mati tersedak.
"Makanya... pelan-pelan kalau makan! Nih minum dulu!"
Setelah meneguk minumanku banyak-banyak, aku membereskan alat makanku dan membawanya ke tempat cuci piring.
"Lho, uda selesai? Kok dikit banget makannya?"
"Takut telat. Pergi dulu ya, ma!" Aku mencium pipi mamaku sekilas dan berlari menuju sepeda motorku.
Kurang lima belas menit lagi sudah jam delapan. Aku harus cepat-cepat. Kalau nggak, aku bisa dianggap 'tukang telat'. Tanpa peduli lagi dengan lalu lintas yang ramai dan susah dilewati, aku menyetir motorku sekencang-kencangnya. Untungnya pagi ini, tidak seperti biasanya, jalanan di Surabaya, walaupun ramai, tapi tidak diserang 'penyakit' macet, sehingga dalam waktu sepuluh menit saja aku sudah sampai di tempat kerjaku.
Hari ini memang hari pertamaku bekerja di tempat kerja yang baru. Sebelum ini, aku sudah bekerja sebagai sekertaris di tiga perusahaan swasta, yang pada akhirnya selalu memecatku saat ada pelamar lain yang jauh lebih cantik dan tentunya tidak gendut sepertiku. Karena itulah, aku menerima pekerjaan ini.
Memang sih kerjanya nggak di kantoran seperti dulu dan gajinya juga tidak terlalu besar. Tapi yang aku suka dari pekerjaan ini adalah aku nggak perlu takut lagi dipecat karna bentuk tubuhku. Itu semua karena, bosku kali ini adalah seorang penulis 'perempuan' dan sejak awal sudah menegaskan kalau dia hanya akan menghargaiku dari hasil kerjaku dan bukan dari penampilanku.
Dengan langkah yang penuh semangat, aku memasuki rumah mewah tiga lantai yang mulai hari ini jadi tempat kerjaku. Sesampainya di dalam, salah satu pembantu di rumah itu, segera menyuruhku masuk ke ruang makan untuk menemui bosku, ibu Amelia.
"Maaf ya, saya belum selesai sarapan. Mbak Regina, nggak keberatan kan menunggu? Atau mungkin mau bareng sarapan dengan saya?"ajaknya ramah sambil sesekali membuka mulut untuk menerima suapan dari perawatnya. Aku, yang heran melihat seorang wanita dewasa harus makan sambil disuapi, mengarahkan pandanganku ke arah tangannya. Tapi betapa terkejutnya aku, saat melihat kedua tangan di pangkuannya tersebut, bergetar sangat hebat.
"Makasih bu. Saya sudah sarapan tadi di rumah,"jawabku pelan dengan pandangan yang masih terarah pada kedua tangannya. Aku memang sudah diberitahu oleh sekretarisnya yang lama kalau bosku ini menderita penyakit yang serius, tapi aku mendengarkannya sambil lalu saja. Yang kupentingkan saat itu adalah secepatnya mendapatkan pekerjaan baru.
"Ya gini ini mbak, kalau uda kena parkinson. Tangan bisa tiba-tiba gemetaran nggak karuan,"serunya tiba-tiba membuyarkan lamunanku. Rupanya dia tau aku memperhatikan tangannya sejak tadi. Wajahku langsung bersemu merah karena malu.
"Kenapa? Aneh ya mbak?"lanjutnya sambil tersenyum ke arahku.
"Oh maafkan saya, bu! Saya tidak bermaksud..."
"Nggak apa-apa kok, mbak. Saya sudah biasa. Setiap orang yang pertama kali melihat tangan saya yang gemetaran, ekspresinya pasti kayak mbak tadi."
Oh... perasaanku benar-benar nggak enak. Jangan-jangan aku menyinggung perasaannya. Bagus, Gina! Bagus sekali! Hari pertama bekerja kau sudah membuat masalah.
"Lho... masih dipikirin juga to? Saya kan bilang tadi, kalau saya nggak apa-apa."
"Saya benar-benar minta maaf, bu,"seruku sambil tertunduk malu.
"Iya mbak... nggak apa-apa."
Tiba-tiba terdengar suara pintu depan dibuka lalu ditutup dengan kasar.
"Itu pasti anak bungsu saya. Dia memang nggak bisa pelan kalau berurusan dengan pintu. Tapi jangan kuatir, anaknya lucu kok."
Mendengar itu aku langsung mendongakkan kepalaku dan membenarkan cara dudukku. Berharap tidak lagi membuat kesan buruk di mata bosku dan keluarganya.
"Mama..."panggil laki-laki yang di sebut anak bungsu oleh bosku tersebut, dari arah yang terdengar tidak begitu jauh dari tempat kami berada.
"Mama di ruang makan sayang..."sahut ibu Amelia seraya mengisyaratkan pada perawatnya untuk mengambilkan dia minum.
"Oh baguslah, mama di sini. Aku tadi juga belum sarapan,"serunya sambil mengitari tempatku duduk untuk mengambil piring. Tampaknya dia tidak menyadari... atau mungkin tidak terlalu peduli dengan kehadiranku. Sebenarnya aku berharap dia akan bersikap seperti itu seterusnya. Karena sejak dia masuk tadi, aku sampai hampir terkena serangan jantung saking kagetnya. Oh Tuhan, aku mohon semoga dia tidak mengenaliku!
"Hei... kamu kok nggak sopan gitu sih! Sapa dulu dong sekertaris mama yang baru. Masak kok di cuekin aja!"
Aduh... mati aku!
"Iya... iya... sorry. Abisnya aku laper banget. Hai... aku Mike, anak bung..." Dengan kasar, dia tiba-tiba meletakkan piringnya ke meja seraya berteriak ke arahku, "Apa yang kau lakukan di sini, gajah?!"
Akhirnya dia mengenaliku juga! Dia, Michael Dharsono, cinta pertama sekaligus musuh terbesarku saat SMA, kini memandangku dengan tatapan penuh kebencian. Dari semua pria di dunia ini, ironisnya harus dialah yang menjadi anak bosku. Tampaknya aku harus terancam di pecat lagi deh. Ahhhh... kenapa sih aku harus sesial ini!!!
***
Pengalaman cinta terpahit adalah jatuh cinta pada seseorang yang menyimpan cinta untuk orang lain di hatinya. Anna Karenina mencoba peruntungannya dengan menikahi Alex Tjandra, walaupun dia tahu secuil pun tak pernah ada perasaan di hati sahabatnya itu untuknya. berharap kejaiban datang dan pada suatu saat nanti suaminya akan mencintai dan memperhatikannya. Sayangnya, kebencian, kesedihan, dan pengkhianatan lah yang menghiasi hari-hari pernikahannya. Dapatkah akhirnya hati beku Alex melembut dan mencintai istrinya? ataukah semuanya malah berubah menjadi mimpi buruk yang tiada ujung???
Apa yang akan terjadi jika cinta dan benci dari masa lalu menyapa kembali setelah sepuluh tahun berlalu? Rina Wibowo sungguh tak menyangka dia akan kembali bertemu dengan Aditya Harsono, pria yang pernah menjadi mantan pacarnya sekaligus mimpi buruk di masa lalunya. Untungnya, Adit tampak tak mengenali Rina akibat perubahan penampilan yang dialaminya. Merasa dia bisa mengelabuhi Adit dan mendapat penghasilan lebih, maka Rina menerima begitu saja tawaran pekerjaan sebagai guru privat anak perempuan pria itu. Bodohnya, Adit yang tak tahu identitas sebenarnya dari guru privat anaknya itu, jatuh cinta sekali lagi pada wanita itu dan ingin menikahinya. Hanya saja, tanpa sengaja suatu hari dia akhirnya mengetahui siapa Rina sebenarnya dan mengembalikan luka-luka serta kebencian yang selalu bersarang di hatinya buat wanita itu. Saatnya dia mengembalikan semua kehancuran yang pernah dialaminya pada calon istrinya itu. Maka sebuah rencana pembalasan pun disusun untuk seorang wanita yang pernah dan masih dicintainya. Dia akan berencana menikahi Rina dan membalaskan dendamnya dengan memperlakukan istrinya tersebut layaknya sampah. Hari demi hari haruslah sedemikian menyiksa sampai dia puas saat melihat penderitaan yang dialami istrinya. Namun... akankah pembalasan itu tetap layak untuk diteruskan saat Rina akhirnya memilih untuk menceraikan Adit dan meninggalkan pria itu selamanya? Akankah kebencian itu begitu besar hingga bisa meredam kerinduan yang melanda Adit saat dia mendapati Rina tiba-tiba saja pergi dan tak mau menemuinya lagi?
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Adult content 21+ Farida Istri yang terluka, suaminya berselingkuh dengan adiknya sendiri. Perasaan tersakiti membuatnya terjebak kedalam peristiwa yang membuat Farida terhanyut dalam nafsu dan hasrat. Ini hanya cerita fiktif. Kalau ada kesamaan nama, jabatan dan tempat itu hanya kebetulan belaka
Cerita ada adengan dewasa harap pengertian bagi pembaca Satria seorang pensiunan tentara yang sekarang meneruskan bisnisnya yang bergerak dalam bidang jasa pembangunan. satria yang memiliki keluarga bahagia dan di kenal sosok yang alim harus terjebak dalam birahi nafsu di puber keduanya, dan perjalan kisah yang tidak di sangka yang akan terjadi pada dia dan orang sekitarnya termasuk keluarganya
Marsha terkejut saat mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Karena rencana putri asli, dia diusir dan menjadi bahan tertawaan. Dikira terlahir dari keluarga petani, Marsha terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandungnya adalah orang terkaya di kota, dan saudara laki-lakinya adalah tokoh terkenal di bidangnya masing-masing. Mereka menghujaninya dengan cinta, hanya untuk mengetahui bahwa Marsha memiliki bisnis yang berkembang pesat. "Berhentilah menggangguku!" kata mantan pacarnya. "Hatiku hanya milik Jenni." "Beraninya kamu berpikir bahwa wanitaku memiliki perasaan padamu?" kata seorang tokoh besar misterius.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.