.. tolong
n mengingat sesuatu yang selalu dia yakini sebagai mimpi. Bunga tidur yang an
Tari begitu n
Mentari adalah hal yang sangat memalukan. Meskipun mereka tidak memiliki
ang membuat Bentala b
. Namun, hubungan mereka tidak bisa berkembang, terlebih Bentala sudah dijodohkan dengan anak peremp
s T
pa yang memanggilnya. Nama samarannya Bunga. Dulu dia adalah p
itu sudah bertambah tua dan masih banyak daun muda yang lebih menggoda
melakukannya bersama Mentari, bukan Bunga. Sejak dulu Bentala berusaha menyingkirkan prasangka itu.
anggil Ben
Bunga meny
saat pertama kal
meng
a menatap serius lawan bicaranya. Dia sengaj
ke sini cuma mau
tala sedikit kehi
enarnya bukan," jawabnya yang sukse
da! Aku mohon,
angguk. "A
atakan apa yang terjadi m
ya Mas Ben. Tapi, ada perempuan yang menghentikan aku. Dia mengusirku. Kupikir di
ngan saksama. "Ada pere
erengut
ia
nga mengangkat pundak.
n foto Mentari yang diambil saat jalan-jalan kemarin. "
hat foto Mentari. "Nah, iya
merosot. "Lalu apa yan
la menemuiku dan memberiku uang pa
rambut. "Kenapa kamu tida
"Nanti uangnya diambil
sedang mabuk sambil menunggu kedatangan Bunga. Ketika pintu apartemennya diketuk, dan Benta
kan?" Suara Mentari tiba-tiba tern
melancarkan serangan. Matanya dan mata hazel perempuan itu bertemu. Perempuan itu menangis.
sudah menghabiskan malam bersama Bunga. Lebih tepatnya, Bentala meyakinkan di
la merutuki di
mengindahkan seruan Bunga. Bentala menuju rumah Mentari den
*
uni tangga dari ruang tamu ke dapur. Di bel
ng. "Kak Ben? Ada apa?"
in aku katakan, T
endadak tidak enak. Namun, dia tetap
i, membuat jantung Mentari
m sama bundamu?" t
k. Anak itu ke
ya. "Langsung saja, Tari. Sudah terjadi sesuatu di antara kita di
embelalak. "A-ap
an sesuatu yang bu
i meng
. Aku tahu. Aku suda
Tari tidak mengerti apa yan
belum pernikahanku. Kam
ak sulit dia hirup. "Ti-tidak," jawab Mentari terga
membukakan pintu untukmu," ucap Bentala penuh penekanan. "Aku membawamu ke dalam. Aku
nunduk penu
jadi apa-apa. Kak Ben mungkin keliru.
menyipit. "Kamu
kul kepalanya sendiri. Te
entala. "Sudahlah
ntari bangkit dari duduknya sambil meng
ri. "Aku ... benar-benar minta maaf, Tari," ucap Bentala lirih. Tidak l
skipun air matanya terus keluar. "Kak Ben tidak
oleh air mata. "Kamu tidak akan menangis kala
Mentari tidak ingin menangis. Dia memang jarang menangis. Namun
aan Bentala yang tidak kunjung pulang padahal akan segera menikah. Dia berpapasan denga
Namun, belum sempat dia bertanya, Bentala lebih dulu menyerangnya. B
k ingat. Pria itu juga akan segera menikah. Mentari memilih menutup mulutnya rapat-rapat karena takut
u memilih pergi. Bentala sudah menjadi seorang suami. Mentari tidak m
mu boleh menghukumku. Kamu boleh memu
sa depan Mentari. Gara-gara hal itu Mentari pernah sangat terpuruk d
. Lupakan saja apa
kejadian itu bukan hanya kamu. Aku h
mengerny
utriku, bukan?