gan mata menatap ke langit. Semua prajurit yang melihat terbelakak kaget. Mereka
it yang naas tersebut. Dia raba urat nadi
anya. Istirahatlah dengan tenang di alam sana, Prajurit. Kami yang masi
misterius ini membuat p
, cepat sembunyi!" p
n. Namun sebagian prajurit masih terlihat bingung. Rasa panik membuat sebagian praj
Wut
em. Panah-panah itu seperti muncul dari kegelapan. Seperti tidak
belum sempat bersembunyi. Mereka bertumbangan ke bumi dalam keadaan tak berny
r. Geram dan marah terdengar dari suara sang senapati. "Kita balas menyerang
ng. Mereka siaga. Di balik persembunyian,
n yang lengang terasa menyimpansegala mara bahay
manah di persembunyian. Keadaan seperti ini kalau berlangsung terus-menerus, bis
tan yang ada di bawahnya. Di kejauhan, di balik semak belukar Hutan Rukem, terlihat puluhan manusia berpakaian serba hitam. Tubuh mer
ka siap memanahkan senjata maut mereka ke arah prajurit Karangtirta. Mereka siap
isa didengar diri sendiri. "Mereka biang utama kekacauan di Karangtirta. Kalau sekarang seba
yang memanahi anak buahnya adalah gerombolan perampok itu. Dari gerakan yang telah dilakukan, mereka ternyata bukan sekadar gerombolan perampo
rah anak buah Olengpati yang ada di bawah sana. Para pemanah melihat ada bahaya menim
parkan Tunggulsaka. Mereka langsung membalas den
dirinya. Panah-panah berpatahan dan jatuh di belukar. Senapati
mencabut pedangnya. Pedang sangat tajam
t secara bersamaan oleh kelebatan pedang Tunggulsaka. Kilatan pedang menyabet kepala dan dada empat
t seluruh prajurit Karangtirta mengejar gerombolan yang tadi secara licik memanah dari
iperhitungkan terjadi. B
Lenyap tak berbekas. Tidak ada bekas sedikit pun. Me
ilayah Kerajaan Parangbawana. Mereka merangsek, menasak rimba yang belum mereka kenal sebelumnya. Sambil m
oo
Di bawah sana terdapat puluhan tombak tegak ke langit tombak lancip yang sangat tajam ujungnya.
uhan tombak melesat dari empat penjuru mata angin. Tombak-tombak itu melesat ke arah tiga prajurit. Ketiganya tak
tewas karena tergencet benda yang sangat berat. Rupanya Olengpati telah mempersiapkan jebakan-jebakan itu jauh-jauh hari sebelumn
ah Tunggulsaka. "Mu
mecah kesenyapan belantara. Suara gele
Mereka lari tunggang langgang menuju perbatasan. Namun langkah mereka
sisa prajuritnya dari delapan penjuru mata angin. Mata para gero
h aku sekarang juga, huahahaha...!" ejek Olengpati de
lagi pada gerombolan lawan. "Pantas rakyat Kerajaan Karangtirta ketakutan terhadap geromb
u menempuh segala macam cara. Menjebak dan menghabisinya! Bukan hanya itu..
as gerombolan Olengpati. Batin Tunggulsaka. Grombolan bisa bebas beraksi danpa bisa ditanggu
*