buran menuju kursinya masing-masing. Kami semua menunggu siapakah gera
atu hal lagi yang membuat kelas 11 Tata Boga sukai dari pak Jalu. Sering bercanda layaknya sesama murid, jadi kami merasa tak canggung bila di ajar ole
h, sedari menginjakkan kaki ke sekolah hingga bel masuk berbunyi, aku tidak melihat keberadaan Raja. Padahal aku su
kelas 11 Tata Boga memang selalu
konco ayu ku," sela Riki memotong ucapan
u
uru," desis Beni menatap tajam Riki, seakan mengeluarkan laser berwarna merah, eh, maksudku seolah kedua matanya akan lonc
rteman," lerai pak Jalu
ah, udah aku tikung dah tuh di
i Daisy sambil mengedip
Daisy, uhuk,
n tawa melihat kondisi muka
sy sama Wahyu pacaran
uka dan telinga lelaki itu merah. Cocok deh si Daisy banyak tingkah disatuka
to
m sebentar, kemudian mempersilahkannya mas
kan Raja terlambat." Suara yang tidak asing di indera pe
ara perempuan itu. K
nunggu jawaban selanjutnya. Pak Jalu juga, kenapa pasang wajah serius sih? A
a saya enggak cocok kalau tegas begini. Jatuhnya horor bukan sih? Bukan saya banget
bangkunya. Sementara ka Citra
Pak Jalu mengedarkan pandang ke arah kami ber-sepuluh, ralat, hanya kepada kaum adam saja, "pilihannya cu
si empu tampak tenang, tak bereaksi sama sekali.
kit di paha kala Lusi mencubitnya dengan keras, "awas y
i supaya kembali diam dan ka Citra dengan g
e baper." Hadeuh si Titan. Belum j
las, "dan aku telah memilihmu untuk diriku." Sorakan demi sorakan dari kami untuk Titan. Pak Jalu juga turut men cie-cie 'kan dan mendo'akan Titan dan Citra
*
sung. Aku hanya berdiam di kelas, memilih menitip pa
an adik kelas. Nanti uang tersebut akan dimasukkan ke dalam uang kas kelas kami untuk di kumpulkan ketika perpisahan kelas 12 nanti. Kenapa tidak kasih ke guru kajur hasil jualannya? Sebelumnya pun, kami sudah berduskusi lebih dahulu kepada ketua jurusan maupun bapak kepala sekolah. Set
ya belum diterima kah sama Riki?
uy timing-nya. Masa iya cewek duluan yang nembak?" sanggahnya mengangkat dagu ke a
tanpa ada beban. Biarin aja si Raja marah, ini salah satu trik biar lelaki itu berbicara. Raja sikapnya semakin dingin selep
*
, sementara kelas lain masih pelajaran. Sesampainya di parkiran, aku melihat Raja tengah memakai helm dan bersiap menaiki motor. Tapi, sebelum hal itu terjad
gomong sama kamu. Sebentar aja?" imbuhku memelas, dan entah
tnya. Segera dilepas, dan menunggu balasan yang aku tunggu dan mendengar kalimat, 'iya gue maafin' dari mulutnya. Bukannya meresponku, Raja memindai ke segala penjuru area parkir
epadaku sebagai sapaan, "kalau kamu mau nganter aku pula
ng?!" sela Raja tanpa menunggu
gsung mengatupkan bibir, lalu ... eh, kok mal
uk mereka, segera aku izin pamit pulang, ber-ali
elar. Hah, aku menghela nafas pelan. Kapan aku bisa bicara empat