oknya lo jauh-jauh dari dia deh. Tampang aja kaya
a. Orang tuanya menjadi kepala komite sekolah Tunas Nusantara, namun sangat perhitungan kepada anaknya termasuk uang. Begitu halnya soal ka Rah
mong, dari tadi diem aj
ah. Maunya apa dah si Lusi,
r
eng itu berasal dari Daisy. Hal itu sontak di
buh Daisy sembari melangkahkan
hyu membuat Daisy
ahin siapa sih?" sambungnya l
ka tanpa mengalihkan pandanga
g pelan, Daisy semakin dekat dan berbis
." Daisy menepuk bahu kananku sekali, "saran gue temuin dia, serem an
belah alisnya be
t nyariin
"gue gak mau terjadi sesuatu sama lo
emu sama dia, please?" Mataku dibuat semelas mungkin. Aku juga ogah dekat-deka
*
harus di bicarakan. Entah sepenting apa, jelas aku semakin takut kala ka Rahmat membawaku ke arah selatan tempat gudang sekolah yang di rum
an ketika mengatakan tidak punya sebanyak itu, ka Rahmat meninju pintu gudang sa
mana lo
terkenal akan sopan santunnya kini memancarkan alan di tangan sampai aku merintih kesakitan. Tatapan bagai iblis ditambah
rahnya pergelangan tanganku, mulai men
o," imbuhnya s
an ucapan Lusi. Seharusnya aku gak nekat menemui ka Rahmat. Ya, seharusnya. Tetapi itu semua sudah terlanjur. Nasi telah
stirahat nanti gue akan kembali, meni
ari sebelum bel istirahat berbunyi. Keadaan gelap gulita, sukar membuat aku melihat keadaan sekitar. Menghapus kasar
sa melewati karena jendela tersebut amat tinggi. Mengingat tinggi badanku tidak sampai untuk menca
it bibir bawahku, aku ingin sekali berteriak sekencang mungkin. Namun, suaraku serak selama dua jam tadi berteriak meminta tolong tapi tidak ada satu
kan?" pekik Lusi di luar sana
unya. Aku sangat takut dalam sini se
uara berat dan tegas meng-interupsi
dulu, Riki sama Beni mau d
mengharap kehadiran Raja di sini? Lelaki bermulut pedas se
eerat mungkin, hingga bel istirahat berbunyi. Aku menangis ingin segera pergi dari tempat ini. Perkataan ka Rahmat beberapa jam lalu masih terngiang di dalam benakku. Tanpa melepas peluk
an sampai bisa di kunci dalam gudang. Berbagai umpatan dari Riki, Beni,
diri di depanku. Aku yang semula menunduk kian mendongak ke arah Daisy, "bukan salah kamu.
m kelas menghindari keramaian, dan Lusi senantia
ala mengaduk-aduk nasi goreng tanpa berminat memakannya.
n, "bu Ana. Tapi, anak kelas bilang, beliau gak bisa masuk. Mau meni
laki bermulut pedas itu. Seseorang yang ku harapkan datang menolongku, rupanya ikut andil dala
h
, aku malah mencoba ribut dengannya yang bisa saja membuatku keluar dari sekolah ini. Menggigit bibir, gelisah. Apakah aku harus meminta maaf ke