entar lagi bel masuk," ingat Riki yang
laki bar-bar itu. Semua temannya s
" sambung Riki jengkel sebab tida
move on dari mantan pacar pertamanya, "lo duduk aja sana, biar gue ambil alih tempa
i ngamuk. Tuh lihat aja di
banget." Tidak ku sangka, Riki berbalik
ian menggebrak meja karena greget, "berasa nonton drakor secara live, de
a
u, cepetan tutup mata lo. Riki beneran
ih polos soal begituan," timpal Beni maju ke depan dan k
ada adegan ki*s nya." Alis Daisy naik-turun ke arahk
aku tersenyum malu bahwa
a
. Tiba-tiba lelaki tersebut mel
merah. Raja duduk di depanku, lal
ni
ya mengerjai Ek
tu sama lo, hah?!" Bukan aku yang ber
eh Daisy. Sementara Wahyu dan Titan m
ucapnya santai tanpa meno
ingku memerah atau malah sudah benjol? Yang jadi masalahnya, kenapa Raj
a mengatakan supaya mengumpulkan pons
*
ketua eskul voli. Pak Mansyur tiba di lapangan tergesa-gesa. Beliau mengatakan ada keperluan mendadak dan menyuruh k
lui olimpiade matematika sampai Provinsi, mengharumkan sekolah Tunas Nusantara karena mendapat juara pertama. Satu hal lagi perlu kalian ketahui, ka
rhenti pemanasan, sebab sang koma
i untuk men-jeda sebentar, "Udah balikan lagi ternyata." Beni bercele
eka putusn
ama sikapnya," timpal Daisy menjawab pertanyaan Eka, "la
ikut mereka ke mall?" tuduh aku me
etulan aja gue ngelihat mereka pas
lo ngomong sayang, Rik!
kan kalimat skakmat untuk Eka, "lo cemburu, kalau Riki godain Ratu?" Tepat sasaran. Eka
get gue s
yang gak gue su
ucap kami bert
a setingg
lainnya juga. Kita tanding voli, kuy!" teria
enam, skuy lah ke sana,"
aya berhadap-hadapan dengan Wahyu, "nanti teriakin nama gue, ya? Biar tambah semangat tanding voli nya," i
kan adegan drakor barusan, dan memilih du
ek
dak berlama-lama. Ya, kami berdua memutuskan menepi sebentar di bawah pohon rindang selagi para kaum adam
apa,
u. Terlepas dari awal mendaftar eskul voli, lelaki di depan
mu-
segera mungkin, merasa tatapan tajam dari arah
li. Bukan keningku saja yang sakit, hatiku pun i
sap puncak kepalaku walau han
tidak terlempar ke arahku. Pandangan mulai buram saking kerasnya bola tersebut menghantam kepala belakangku
*
sakit. Sekalinya sakit, sifat manjaku akan keluar, seperti tidak mau mak
akai sampai leher, "cepetan makan terus minum obat. Inget, kamu udah gede, nggak usah manja mi
kl
, kala pintu kamar terbuka d
mbil menyiapkan obat untukku. Walau cerewet gini, aku tau ibu a
a berdua,
u ini. Tidak kenal tempat lagi, berme
akan bubur terus di minum obatnya." Jari telunjuk ib
percaya waktu ibu kamu bilang demam. Setahu bapak,
ak, bisa sakit," jaw
a sembari duduk di tepi kasur berukuran besar, "Jajan
i urung sebab bapak akan nekat ke sekolah guna mencari pelaku untuk beliau ultimatum. Bukan lawan adu jotos ya, kawan, jangan salah paham dulu. Bapak, cinta pertamaku itu memang pintar
sekolah tengah tidur beralaskan karpet bulu, dengan tas masing-masing sebagai bantalannya. Lusi tidur terlentang dengan sebelah kaki menindih perut Eka. Sementara yang ditindih cuek saja merasa tidak t
rah jam dinding, waktu menunjukkan pukul 1 siang. Bergegas turun guna menjalankan kewajiban meski sedang sakit.
anyanya sembari duduk
pelan, "Sorry, ya, aku ketiduran sehabis
Kemudian netranya ke arah dua kumpulan manusia teramat kebo, siapa lagi kalau bukan Eka
iri, "kamu bangunin mereka berdua,
rtinya ketiduran juga di ruang keluarga, "Mereka juga ikut ke sini?"
ukin lah. Solidaritas tinggi nih, bos, senggol