gar benar-benar sangat bahagia bisa mendapatkan Za
a Edgar. Melihat Zalfa yang hanya diam mengamati cincin tersebut. "Bagaimana bisa pas gini cincinya?" tanya Zalfa tanpa mengalihka
in yang sudah ia pakai. "Kamu diam-diam menguk
cap Edgar. Membuang muka. "Hmm.. masa iya,
olah. Kalau di luar itu ya ibu tunanganku. Iy
menutup mata Edgar, d
banget, jadi pen li
bosen." jawabnya. "Tapi sebuah hubungan, rasa bosen itu akan ada," jawab Zalf
lain?" tanya Zalfa."Astaghfirullah... Jangan sampai, Bu. Di kira
di luar sana, banyak gadis-gadis
tapi untuk seumur hidup, mungkin yang namannya bosan itu akan ada, tapi Edgar akan berusaha selalu setia. Akan selalu mengingat. Bagaimana awal perjuangan Edgar saat pert
l yang membuat hatiku sakit? yaitu ketika melihat ibu sedih, ibu menangis, jika Edgar punya keberanian waktu itu, Edgar ingin sekali memeluk ibu, membuat ibu tertawa dan ceria lagi, sebab itu ketika ibu sed
gis di pelukanku." ucap Edgar, Lalu Edgar berdiri, merentangkan kedua tangannya, siap menyambut pelukan Zalfa, Zalfa diam, ia ragu. Namun Edgar segera meraih tangan Zalfa. Dan membawa dir
han dalam hatinya. Edgar mungkin anak yang manja, namun ia memiliki tanggung jawa
*
merasa lelah, dirinya yang mudah ngantuk jika lelah, Ia terus mengua
, Kalau ngantu
ntuk, namun Zalfa jika sudah tidur, apalagi dala
Edgar. Zalfa menggeleng, ia pun memaksa untuk te
Edgar, merasa tak ad
ta dirinya sudah tidur. "Dasar Bu guru, Kenapa kau cantik sekali, Tuhan begitu semp
obil sampai di depan gerba
dan kemudian ia kembali masuk ke mobil, mengem
. Sudah sampai." panggilnya sekali lagi, Zalfa hanya bergeming, namun suara itu seperti d
mmm..." gemingnya, "Duh, Sayang. Jangan menggodaku," geming Edgar, ia melihat bibi
p.
i ada aliran listrik yang menyengat, dan itu membuat
milin lidah Zalfa dengan lembut, Entah reflek atau terbawa suasana, Zalfa membalas
yang masih terpejam, sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan Zalfa, Bagaimana pun juga
melepas pagutannya. Bersamaan
erutuki dirinya sendiri, Lalu ia merapikan jilbab Zalfa yang sedikit berantakan d
tanya Ayah Zalfa. "Iya Bapak, Bu Zalfa ke
Nak Edgar bisa bantu Bapak 'bopong' Zalfa ke kam
h tua, nggak kuat lagi kalau harus gendong Zalfa, kamu masih muda, badanmu juga bagus, pasti kuat 'kan bopong bocil?" canda ay
egitu di anak emaskan ol
an ia pun membopong tubuh Zalfa, Edgar membatin. Bu gurunya mak
. Ia yang tidak tahu kamar Zalfa, mengiku
ah sini kamar si kembar
elapan sudah tidur." jawab beliau, sambil membukakan pintu kamar Z
ahi. Beliau menatap lelaki yang di kenal sebagai muridnya tersebut. "Kalau bisa sekalian
n macam-macam hiasan dinding."Tidur yang nyenyak, Sayang. Lusa kita jalan-jalan." bisik Edgar, ia mencium kening Zalfa dengan lembut. Lalu menyentuh bibir Zalfa, yang mungil. Da
, bertiga dengan kedua orang tua Zalfa, "Di minum dulu
cang dengan kalian, sebab Edgar ingin meminta izin un
ketahui, Edgar adalah muridnya, meskipun ia murid yang beda
tahun memendam rasa suka kepada bu Zalfa, bu Zalfa seorang guru PNS, Edgar memang
k kembar, dan kamu adalah muridnya. Bagaimana dengan kedua orang tuamu?" bala
erusaha mendapat restu mereka." jawab Edgar, mant
Ibu manut saja, asal Zalfa ju
lu-malu. "Dan kita juga belum akan merencanakan menikah dalam waktu dekat, sebab Bu Zalfa yang a
m, mereka sedang berpikir in