itam Edgar, tatapan tajamnya begitu menyihir dirinya, ia merasa seperti
udian, Zalfa merasa terkejut, di tempat um
ke sekelilingnya, banyak mata yang menatap mere
luknya dari belakang, Membuat tubuh kecil Zalfa menegang saking terkejutnya. Zalfa akui, ia memang merindukan sentuhan seorang laki-laki, sebab sepeninggalan
nyataan tadi," jawabnya, suaranya di tekan, matanya terpejam. Ia me
orang!" kesal Zalfa. Bahkan tanpa di sadari mereka berdua, ada yan
marry me, Please." mohonnya. Pelukannya semakin erat, seakan
a, ia menarik napas
, "Nanti aku kasih tahu, tapi lepas dulu pelukanmu." pintanya
kit tepaksa, ia merasa belum puas dengan jawaban Zalfa, Zalfa sendiri berja
mobil," suruh Zalfa, ia mem
gera pergi dari depan kasir, ia sudah merasa malu."Berjilbab
adi jaminan. Banyak kok yang berjilbab tapi h
nya." sahut salah satu, pengunjung
, beberapa ibu-ibu menghampiri
ar netizen, dan beberapa orang
anteng. Terus di pacarin," gerutunya."Aku tak mau anakku sekolah di ma
, Edgar cuma geleng-geleng kepala,
mbayar belanjaan yang belum semua sempat mereka beli "Mau gue pacaran sama bu
untuk menghack akun sosmed seseorang yang tela
menyunggingkan senyum miring, "Awas mulut kalian, bisa jadi boom
gumam, seseorang di sebelah ibu-ibu k
Ia melangkah dengan pasti, menjauh d
iran, Zalfa berdiri di sebelah mobil. Tanpa merasa be
uah-buahan saja yang mereka beli. Zalfa masuk ke mobilnya, saat
eo, sudah di hapus dan di banned. Edgar p
gar, cengengesan."Hhmmm.
dek Edgar, membuat Zalfa tak bisa menahan tawanya."Kamu
atanya melirik meledek."Aaiih... PD banget jadi orang!
cubitin mulu. Huahahaha." Tawa Edgar, pecah, Lalu i
dgar yang berotot menggenggam tangan
nta kepadaku," katanya, dengan PD. Lalu ia mencium lembut tangan Zalfa, Zalfa terpaku. Ia tak bisa mengelak sa
tu ini, Edgar begitu cerewet saat bersamanya. Beda saat di kelas, ia irit bicara. Cuek dan
" pinta Edgar."Ke mana?" tanya Zalfa, "Ikut saja,
n yang keluar dari mereka, Zalfa masih menelan apa kata Edgar tadi, Sedangkan Edgar sendiri ia men
*
an. Entah kemana Edgar akan mengajaknya pergi, Zalfa hanya bisa menyimpan r
hnya, jalan padat merayap, membuat sed
uanya masuk ke tempat tersebut. Kafe dengan nuansa islami, waiters nya memaka
as Nama Edgar Emmanuel Rad
n kami, tunggu sebentar," jawab sang
tangan, seorang waiters
, VIP, di sana sudah ada pelaya
"Mari Mas dan Mbak, saya antar," u
ka menuju lift, ruang yang di pesa
te namun terbuka. Di sana ada live music, sebuah
lfa yang nampak terpukau dengan view Kafe tersebut, lampu malam yang indah berkelip, live musi