an isi hatinya, pasalnya Edgar belum pernah pacaran, apalagi nembak perempuan, malah sebali
fa melihatnya.Mata elangnya menatap Zalfa dengan tajam, saat Zalfa sudah kembali duduk di depannya dengan berbatasan me
masih memperhatikan Ibu Gurunya yang memang mungkin ia adalah cinta pertama
egur Zalfa sekali lagi, sambil tangannya melambai-lam
t Zalfa meneyentil
irip anak kecil. Sambil tangannya mengelus hi
antik, siapa yang tak terpana melihat
ngkah. Zalfa yang mendengarnya penuturan muridnya membuat dirinya seakan ing
h, ibu guruku Sayaaang," jawab Edgar, den
p teh hangat buatan Zalfa. "Manis. Tapi lebih manis ibu. Ibu manisnya bikin candu," ucapnya."Das
embuka mulutnya, tapi bi
nakan terkadang membuat Zalfa gemas, Edgar selain pandai dalam b
ebetulan kebutuhan bulanan habis, hitung-hitung
bab ajakannya di terima, meski
k, sepertinya tidak bisa, sebab belanjaan yang akan di beli cukup banya
n Ibu malah ntar ribut sama bocil," terangnya, bukan itu juga alasannya, sebab belanjaan yang di beli cuk
gar menggeleng, ia ke sini tadi menggunakan motor gedhenya. "Ya udah, motorn
otornya, dan menuntunya masuk ke depan rumah Zalfa, Zalfa sendiri sedang m
a pasca kecelakaan, lalu ia mengganti dengan mobil kecil. Sebab Zalfa tak ingin mengingat
an kunci mobil ke arah Edgar, Edgar tersenyum manis,
bicara keduanya sibuk memasangkan sabuk pengaman ke dirinya.Mobil yang Zalfa miliki, jarang ia pakai.
t, sebab kesibukannya ia mengajar, mobil jarang di buka, jadi memang sedikit pengap, dan mobiln
a tersebut, dengan mata sedikit melotot "Aauh.. Sakitlah Bu," protes Edgar,"Dah ayo jalan." suruh Zalfa,"Panasin dulu mes
yang membisingkan telingannya, berhamb
il, Zalfa menarik napas pelan, ia sudah menduga anaknya bakal tahu, jik
mbali turun
rjongkok mensejajarkan ting
beliin es cream ya," ucap Zalfa dengan penuh kelembutan, "Tapi Mama..." Rangga menunduk, ia nampak kecewa,"Angga
ut Mamanya."Iya deh, tapi Mama tidak bol
n mobil turun, ia berjongkok
gga sama dik Rengga di rumah saja, besok kalau nggak ke
tanya Rengga. Ia berjalan menghampiri Edgar
u putli duyung, bial nanti bisa nemani
bocah kecil yang begitu tampan dengan tatapan mata tajam, alis tebal, kulit putih, hidung manc
nya nampak berbinar, namun membuat Zalfa merasa tak enak hati. Ia
, dengan senyuman yang mengembang. Rengga
Zalfa nitip si kembar bentar, ya?" pamit Zalfa,
sudah duduk di dalam mobilnya, sia
lfa memulai obrolan, sed
tu, nanti mereka kecewa kalau ka
sih yang berdusta?" tanya Edgar, ta
kin si kembar ke pantai segala,
emang ingin ke pantai ngajak mer
n jauh." jawab Zalfa, manyun, Edgar melihat
rius loh," Zalfa, nampak kesal."Bu guru itu cantik, lagi marah
kesalnya. Lalu pandangan ma
juga?" tanya Edgar, sedikit sangsi."Apapun boleh kau tanyakan pada
an ibu guru yang sangat ia sayangi. "Maaf, guruku Sayang." jawab Edgar, "Apa kamu bilang?" tanya Zalfa,"Bu guruku S
fa merasa Edgar semakin kesini
i di pusat perbelanjaan, Edgar membawa
oli, setelah sampai di d
alfa berjalan di depan memil
ak sepasang kekasih yang sangat serasi, Meskipun usia Zalfa lebih tua da
t,"Iya." jawab Zalfa singkat, l
masukan beberapa macam buah segar ke dalam troli. "Dah terserah, borong semua yang kau mau," jawab Zalfa, mendengar jawaban Zalfa, Edgar tanpa malu, mengambil buah lagi, Zalfa hanya
an Zalfa." Buat calon istri mah, apapun yang di mau akan Edgar kabulin." katanya. Matanya
memanggil nama Zalfa, Zalfa dan Edgar menoleh bers
yang memanggilnya. Lalu ia menghampiri ke laki-
ti Zalfa di belakang, ia merasa tak suka ada laki-laki yang memanggil Zalfa
u." Zalfa memperkenalkan."Hmm... Hai, aku
thaf, yang memang menaruh hati Ke Zalfa, melirik ke arah Zalfa
yang harus di beli, ayo!" ajak Edgar, ia menarik tangan Zalfa, secara paksa,
tangan yang di genggam Edgar, ia mera
at sama cowok lain." jawabnya.
r, yang memang postur tubu
ah, Edgar hanya melihat laki-laki tadi kurang baik buat
bahu Zalfa, Entah sihir apa, Zalfa menatap mata Edgar, membuat jantungnya seakan