ut masih menjadi pemandu bagi pria itu. Dia mengajak Bestian kembali ke koridor yang lebih terang. "Mendiang Ayah
ar," kata Bastien menyesal. Deshara menghela napas. Dia benar-benar masih anak baru di dunia bisnis. Hal-hal sederhana saj
uruk," timpal Deshara lagi yang membuat
dia pulang. Kurasa bend aitu yang dinamakan porselen," kata Bastien yang kemudian tiba-tiba menutup mulutnya sendiri. "Astaga maaf, seharusnya aku tidak menceritakan hal-hal seperti itu kepadamu," tambahny
u mulai dari melihat koleksi lukisan?" tanya wan
adi sedikit lebih melegakan untuk Deshara. "Ibuku menyukai l
rjalan lurus, untuk sementara Deshara memilih untuk menghindar. "Kurasa akan lebih cepat bila kita lewat sini," katanya bergegas berbelok ke direksi lain yang tentu saja menjauhi destinasi awal yang dia
a merah dibeberapa bagian. Bingkai dindingnya berwarna putih terang. Tidak ada yang istimewa disana, bahkan kursi pun tidak ada. Sepertinya ini adalah ruangan kosong yang dimaksud
diruangan tersebut. Dia memandangi potret seorang pria yang sedang menaiki kudanya. Nuan
ci," katanya. "Katamu ayahmu pernah melukis untuk i
mandangan yang dia saksikan ketika dia berlayar untuk pertama kalinya. Ada budaya tersendiri ketika bagi seorang pelaut, yakni memberikan hadiah kenang-kenan
ekali," timp
esar. Setelah kejadian itu dia tidak memiliki uang di sakunya, bahkan untuk sekadar melakukan hobby melukisnya. Aku masih ingat betul lukisan terakhirnya, ketika itu kami tidak punya uang sehingga Ayah menjualnya untuk mencukupi kebutuhan hidup kami. Dia merelakan lukisan hasil buah karyanya yang
k menarik perhatian ibumu," komentar Deshara tulus. Meski dia tidak tahu lukisan seperti apa itu, tapi
emilik tidak menjulanya kepada siapa pun. Dia seorang wanita kaya raya dan kolektor seni juga kalau tidak salah nama samarannya adalah Serena." Dia tiba-tiba saja merogoh kantong celananya, meng
r pada kelopaknya. Deshara membukanya dengan sangat hati-hati. Ketika berhasil, dia menemukan sebuah potret yang terselip disana. Sebua
hara. Hanya itu kemungkina
engan pertanyaan terse
sebelum kembali melembut, dia tersenyum tul
kata Bestian. "Sayangnya dia wafat terlalu muda. Ayahku juga. Ketika a
adalah seorang presdir perusahaan yang akan k
dia juga tidak pernah membicarakannya. Satu-satunya hal yang aku tahu adalah dia diusir dari keluarganya saat menikah dengan ibu. Aku
Bastien. Pemuda itu mengecup liontin yang dikembalikan padanya sebelum mengembalikannya ke dalam saku celana. "Oh, ada potret lukisan juga disini, siapa dia?" tanya Bastie
a berb
mereka saling beradu pandang. "Kurasa istrin
ku dan aku tidak diperkenankan untuk ikut campur. Lagipula aku menjadi bagian dari keluarga itu karena ikatan pernikahan dengan suamiku." Dia m
ti mengira aku tertarik pada seni tapi sebe
ahu. "Begitukah, lal
ka kegiatan diluar ruang
lebih baik kita berjal
suka
eluar melalui pintu belakang khusus yang dimana disana terbentang taman-taman indah dan deretan semak yang menghijau. Kehe
menuju tempat yang cukup sepi agar dia memiliki moment yang pas untuk menggoda Bastien. Jalur itu kebetulan jarang di lewati orang
k," jawab Ba
nya Deshara
ih makanan ketika sedang berlayar. Lantaran di kapal, ransum kami di penuhi oleh makanan instan seperti biskuit tentara, garam, beras, dan tentu saja ikan hasil tangkapan. Tidak heran ke
da kompor tentu yang dimaksud Bastien sekarang pasti makanan mentah. Mema
ebelum di makan," tambahnya. "Rasa
jika kau menyukainya," k
astien mala
ntik tapi rupanya