ikatakan cukup dekat dengan Dita dan Mimi. Pernah suatu ketika di hari Minggu, mereka bertiga mengisi hari libur bersama dengan berjalan-jalan ke mall dan makan
long sama kamu Sin, hati
ti-hati
Dia sering minta tolong sama kamu, jangan-jangan dia naksir
nya berkata, "Gimana jadinya kalau mereka sampai ta
angan ini Sindi semakin dekat dengan Pak Ronald, selain saling bertukar kabar, Pak Ronald terkadang juga menelpon Sindi. Hanya saja untuk berte
ring menghubunginya, tapi karena memang sejak pertama kali berkenalan dengannya di ruan
g tidak tepat. Andai bisa merencanakan mau jatuh cinta kepada siapa, tentu Sindi tidak akan memilih Pak Ronald untuk dicintainya. Da
nya. Sindi telah tertipu oleh segala tipu daya yang dilakukan Pak Ronald untuk dapat menakl
ak lagi mengenakan seragam office girlnya dari rumah. Karena, seragamnya hanya ada dua stel. Di
epat di atas mata kaki dengan atasan kemeja longgar yang panjangnya kerap menutup hingga sebatas paha. Dia juga sangat suka meng
ain dia dapat segera pulang tepat waktu. Hari itu Sindi tampak sangat cerah dengan balutan kaus semi sweater berwarna fanta. Lengannya ditarik hin
keluar dari gedung. Dia berdiri di halte bus yang tidak terlalu jauh dari depan pintu utama gedung. Ketik
erdiri sendirian di halte bus itu adalah Sindi. Hanya dalam sekejap dia menghentikan mobil putih yang s
litan untuk melihat laju bus kota yang melintas. Tak lama, Pak Ronald menurunkan kaca mobil depan yang seb
gemericik suara hujan. Namun Sindi menggeleng dan menatapnya dengan tatapan ya
d. Tanpa menjawab dengan kata, Sindi lantas melangkah ke depan menghampiri mobil putih itu. P
ka saling berpandangan, tatapan mata mereka terasa amat dalam satu sama lain. Seolah pada momen itu keduanya tak ingin terpisahkan. Pak Ronald mulai menyentuh jari-jemari tangan kanan Sindi yang tampak mengkerut karena kedi
pulang?", ta
Ronald justru memberi kecupan pada tangan Si
kan kamu kesepian. Kita p
asih hu
Pak lagi! Ronald.
timeter saja. Tidak lama, Pak Ronald memundurkan tubuhnya, kembali kepada posisinya di belakang set
a?", Sindi bert
ot
au apa
dan mencubit lembut pipi sebelah kanan gadis itu. Hujan masih cukup deras diluar. Sepanjang perjalanan mere
juga usai, Pak Ronald memarkirkan mobilnya di area basement. Mesin mobilnya kini telah dimatikan.
, ayo
m?
apa kan ki
apa yang akan terjadi selanjutnya nanti. Sindi pun mulai bergerak untuk mengikuti Pak Ronald, mereka sama-sam
ntanya untuk berhenti sejenak dan berdiri di dekat dinding. Sementar
resepsionis. Dia melihat Pak Ronald mengeluarkan tanda pengenal dari dalam dompetnya kemudian diserahkan kepada w
rasa telah benar-benar jatuh cinta dengannya. Kini dirinya t
enerima serta menghitungnya. Pak Ronald diberikan sebuah kartu yang tampaknya berwarna putih sebagai kunci untuk membuka pintu kamar pesa