Unduh Aplikasi panas
Beranda / Cerita pendek / Cinta di Daun Semanggi
Cinta di Daun Semanggi

Cinta di Daun Semanggi

5.0
38 Bab
3.6K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Sindi tak mampu lagi menggunakan logika berpikirnya yang sehat, seolah tidak peduli dengan status Pak Ronald yang telah beristri, Sindi terhanyut dalam perasaannya sendiri terhadap Pak Ronald. Sindi dan Pak Ronald pun selalu bersama menikmati hari-hari indah yang mereka jalani selama tiga tahun lamanya. Sampai suatu ketika Sindi mengandung anak hasil hubungan terlarangnya dengan Pak Ronald. Nasi telah menjadi bubur, tak ada yang bisa disalahkan atas semua yang telah terjadi diantara keduanya. Masih sanggupkah Sindi seorang diri melewati hari-hari terberatnya dalam hidup setelah berkali-kali dirinya mengalami kehilangan akan orang-orang yang begitu berarti dalam hidupnya?

Bab 1 Tentang Sindi

Setiap wanita yang berpikiran terbuka tentu sangat menginginkan dirinya dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik, syukur-syukur bisa sampai tingkat sarjana. Begitupun dengan Sindi, gadis yang cerdas ini dulunya memiliki ambisi yang besar untuk dapat menata hari depannya kelak. Cita-citanya ingin menjadi seorang dokter agar dapat menolong orang-orang sakit yang tidak memiliki cukup biaya.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Sindi memang selalu menunjukkan keseriusannya dalam menekuni setiap mata pelajaran. Dia termasuk siswi berprestasi, tiap akhir caturwulan kegiatan belajar di sekolah, Sindi selalu meraih peringkat lima besar di kelasnya. Terkadang namanya berada pada urutan kedua atau ketiga, begitu seterusnya hingga dirinya dapat mempertahankan prestasi itu sampai di kelas enam sekolah dasar.

Mengenyam pendidikan di kota besar seperti Jakarta bukan hal yang sulit bagi Sindi. Selain memiliki kecerdasan dan prestasi, dia pun memiliki kedua orang tua yang masih aktif bekerja pada perusahaan swasta. Sehingga urusan biaya tentu tidak menjadi masalah bagi Sindi. Dia juga memiliki seorang kakak lelaki yang sama cerdasnya dengan dia. Fahri, kakak Sindi yang berusia tiga tahun lebih tua darinya.

Dengan prestasi yang dibawa Sindi dari sekolah dasar, dia dapat dengan mudah untuk diterima masuk sebagai siswi di sekolah menengah pertama negeri. Bahkan saat penerimaan calon siswa siswi tahun ajaran baru, jika didata berdasarkan nilai rata-rata ujian akhir sekolah, namanya termasuk dalam daftar sepuluh teratas dari seluruh siswa siswi satu angkatan. Begitupun ketika Sindi akan masuk ke sekolah menengah atas, lagi-lagi dia sangat mudah untuk diterima di sekolah negeri.

Namun orang tuanya ingin Sindi bersekolah di sekolah swasta. Dengan harapan di sekolah swasta, nantinya Sindi dapat terus mengembangkan kecerdasan serta bakat yang dimilikinya dengan ditunjang oleh fasilitas serta sarana sekolah yang lebih mendukung. Tetapi bagi Sindi pribadi, bersekolah di sekolah negeri saja sudah cukup. Dia berjanji akan tetap berusaha mempertahankan bahkan meningkatkan prestasinya.

Perjalanan hidup semua anak manusia di dunia tidak selalu berjalan mulus, sesuai rencana dan harapan. Berawal dari satu peristiwa memilukan, dimana ketika sang kakak, Fahri menjemput Ibunya pulang dari kantor. Mobil mereka ditabrak oleh bus kota yang ugal-ugalan. Mobil mereka hancur lebur, Fahri dan Ibunya tewas di tempat. Hanya berselang dua bulan dari kejadian naas itu, ayah Sindi mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya. Beliau tidak dapat beraktivitas ke kantor lagi seperti semula.

Usai sudah semua mimpi Sindi untuk meraih cita-cita dan angannya. Siang hari yang terik itu usai menerima kabar kelulusan dari sekolahnya, Sindi bergegas pulang ke rumah namun sesampainya di rumah dia justru mendapati sang ayah telah terjatuh di depan pintu kamar mandi. Dan sejak hari itulah ayahnya dikatakan oleh dokter mengalami kelumpuhan karena ada cedera saraf di tulang belakangnya. Tabungan keluarga mereka perlahan mulai menipis untuk membiayai terapi pengobatan yang harus dilakukan ayah Sindi setiap bulan.

Sindi yang masih awam untuk masuk ke dunia kerja, merasa sangat kebingungan untuk mulai mencari pekerjaan. Meski dulu prestasinya bagus, namun dia hanya lulusan SMA. Di kota besar ini cukup sulit untuk bisa mendapatkan pekerjaan dengan posisi selevel karyawan kantor atau pekerja administrasi. Rata-rata perusahaan sekarang memasang standar D3 atau S1 untuk posisi administrasi. Sindi juga tidak memiliki sanak saudara yang dapat dimintai informasi untuknya mendapat lowongan pekerjaan.

Namun akhirnya keberuntungan berada di pihaknya. Berkat doa dan usahanya mencari pekerjaan lewat iklan di media cetak dan internet, dia berhasil mendapat pekerjaan sebagai penjaga toko keramik yang terdapat di salah satu pusat perbelanjaan grosir di Jakarta. Karena kecerdasan yang dimiliki Sindi, dia dapat dengan mudah dan cepat menguasai bidang pekerjaan tersebut. Sehingga si pemilik toko sangat terkesan padanya dan tidak segan-segan memberikannya bonus tambahan.

Namun pergolakan terjadi dalam pihak intern toko, si pemilik toko berseteru dengan sang kakak mengenai hak waris keluarga. Dengan berat hati, pemilik toko keramik itu terpaksa menutup usahanya. Padahal saat itu Sindi telah bekerja selama kurang lebih lima tahun. Tentu hal ini menjadi pukulan yang sangat besar bagi Sindi.

Ayahnya terus memberi semangat, dukungan serta doa untuknya agar dia bisa segera mendapatkan pekerjaan kembali. Sindi pun selalu menanamkan prinsip untuk mau bekerja apa saja selama itu pekerjaan halal. Setelah menganggur selama satu minggu, ketika Sindi sedang membeli keperluan dapur di tukang sayur sekitar rumahnya, dia ditawari pekerjaan oleh seorang tetangganya yang bernama Bu Mirna.

Bu Mirna memiliki seorang anak gadis yang telah bekerja pada salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang penyaluran tenaga kerja. Mereka akan menyalurkan para tenaga kerja baru ke perusahaan-perusahaan swasta besar di Jakarta. Tanpa berpikir lama, setelah kembali dari tukang sayur, Sindi menceritakan hal itu kepada ayahnya. Ayahnya pun memberikan saran agar Sindi mau mencobanya lebih dulu.

Mengikuti arahan dari Bu Mirna, malam harinya Sindi datang ke rumah Bu Mirna untuk menemui Winda, anak Bu Mirna. Kebetulan malam itu Winda juga sudah berada di rumah. Setelah berbincang panjang lebar, Sindi memutuskan untuk langsung datang keesokan harinya ke kantor Winda untuk membawa berkas lamaran serta dokumen pendukung yang dibutuhkan.

Pagi ini Sindi berangkat bersama dengan Winda, karena sehari-hari Winda berangkat ke kantor mengendarai motornya sendiri. Selama di perjalanan, mereka tidak cukup banyak mengobrol. Hanya sekali-sekali saja Winda memberi saran atau pengarahan kepada Sindi tentang bagaimana dia harus menjawab ketika nanti pihak seleksi karyawan memberikan pertanyaan langsung atau tes tertulis.

Akhirnya Sindi memasuki ruangan dimana dia akan diwawancarai oleh salah satu pihak seleksi karyawan baru. Setelah melihat latar belakang serta pengalaman kerja yang dimiliki Sindi, beliau mengatakan bahwa untuk saat ini pekerjaan yang serupa dengan pengalaman Sindi belum ada permintaan tenaga baru dari perusahaan rekanan mereka. Namun jika memang Sindi ingin secepatnya mendapatkan pekerjaan, mereka dapat merekomendasikan Sindi kepada perusahaan rekanan yang lainnya. Dan tentu bidang pekerjaannya pun berbeda dari pengalaman kerja yang Sindi miliki.

Mereka menawarkan Sindi untuk bekerja sebagai seorang office girl pada sebuah perusahaan yang cukup besar di pusat kota Jakarta. Mendengar tawaran itu, Sindi sempat terdiam beberapa saat. Dia sedang berpikir sejenak, terkadang pekerjaan sebagai office girl atau office boy dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Bahkan terkadang tidak jarang posisi itu juga direndahkan, tapi akhirnya Sindi merasa tidak perlu memusingkan hal itu. Dia tidak akan mempedulikan apa pendapat orang lain. Kini yang sangat dibutuhkannya hanyalah pekerjaan yang halal.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY