menyampaikan beberapa hal yang tadi terlewa
. Meja di semua ruangan. Biasanya kita kalau habis kerja, semuanya tertib merap
a
a di pantry. Lantai-lantai disapu, dipel. Ruangan yang ada karpetnya divacum ya. Bisa kan,
ndi mengangguk dan ters
t karyawan. Biar nanti mereka bikin sendiri. Paling
ak Alex. Mereka sering dinas keluar kota. Jadi kalau
a. Kopi.
u, bai
ah ada bantu-b
urat, masukkan ke amplop. Diaja
sudah bisa ya paka
bisa
ir. Sindi berharap, hari esok dan seterusnya akan lebih baik lagi. Di hari pertamanya ini dia semakin bersemangat karena
keberadaan
*
hari pertama Sindi bekerja di tempa
ya yang sekarang. Sindi juga mulai terbiasa melakukan
iti gedung agar setiap pagi beliau dapat membantu Sindi membukakan kunci pintu depan kantor. Sindi juga telah diberi kartu akses
eragam birunya, Sindi mengenakan jaket sederhana berbahan kaus yang cukup tebal b
nyangga bus yang melintang di balik pinggangnya. Dia mengeratkan kedua tangannya yang terlipat di baw
upuk matanya telah berkaca-kaca. Hatinya terasa sangat pilu, merindukan kedua ora
ya cukup terjangkau, namun sebetulnya Sindi kurang puas karena dia khawatir kalau itu bu
lembut hidungnya ke depan. Dia tersadar sudah waktunya dia harus segera turun
ke seluruh penjuru mencari keberadaan Pak Rustam,
tampak Pak Rustam datang menghampirinya dari sisi
edang menya
h, di tangannya sudah terdapat sebundel kunci-kunci ya
a Pak.
ng dipegangnya, Pak Rustam mencari sebuah kunci yang ditandai dengan stiker berwarna kuning berkode angka dua. Yang menand
lahkan. Saya
. Pintu kaca itu kembali ditutupnya namun tidak dikunci lagi. Pak Ru
lantai kantor. Tidak perlu menunggu lama, lantai-lantai yang telah dipel oleh Sindi sudah mengering secepat kilat. Dia teruskan dengan me
l vacum cleaner sekalian mengembalikan sapu dan kain pel sorong yang ta
lex yang tidak dikunci. Dia
Alex. Setelah menyelesaikan kegiatan membersihkan karpet itu, Sindi pindah
reka. Hanya ada gambar-gambar seni yang terpajang dalam pigura besar dalam ruangan mereka masing-masing. Karyawan pun sudah mulai berdatangan ketika Sindi hamp
wanita dari balik salah satu sekat partisi. Dia ad
ikan langkahnya, berdiri sejenak dengan va
teh manis hangat ya Sin. Maa
ngi pe
, ditung
Tika seraya tersenyum
apkan gelas mug untuk membuatkan teh pesanan Tika. Beberapa menit kemudian dia p
erisi teh manis h
itu di atas meja kerja Tika dengan memberikan
asih banya
meninggalkan area kerja karyawan menuju kemba