/0/12910/coverbig.jpg?v=3d99535403fac250b6e6f22f3c3d7b4b)
Nivea Del Castano, seorang gadis yang seringkali melawan pada kehendak sang ayah. Dengan keberanian yang dimilikinya, dia selalu dapat membuktikan bahwa pilihannya sendiri bukanlah sesuatu yang salah. Kejujuran adalah hal mutlak baginya, dia tak peduli jika harus menyakiti perasaan siapapun dengan kejujurannya. Hingga suatu hari dirinya mengetahui bahwa dia adalah wujud reinkarnasi dari seorang gadis yang hidup ratusan tahun lalu. Nivea tak dapat menghindar, karena berlari kemanapun takdirnya akan tetap sama. Masih inginkah Nivea berlari? Ketika hatinya telah terpaut pada sosok Matias Vander Lawrence yang membuat hidupnya jadi lebih berwarna.
Nivea Del Castano masih melamun sekian menit saat dirinya terbangun dari tidur malamnya. Dirinya bersandar pada dipan ranjang, berbalut selimutnya memandang kosong ke depan. Jendela berukuran sangat besar di hadapannya tentu masih tertutup tirai. Mana mungkin Seri, sang pelayan pribadinya berani membuka tirai itu di saat nonanya tampak masih tertidur pulas.
"Permisi nona." Seri melangkah ke hadapan Nivea dan membuat lamunan gadis itu terhenti.
"Ah, kau!"
"Apa sesuatu mengganggu Anda, nona?"
"Hmm. Aku bertemu dengan mendiang Kakek."
"Apa? Maksud Anda?"
"Seri, sebaiknya kau buka dulu tirai itu!"
Tanpa menjawab, sang pelayan itu sigap melangkah menghampiri jendela di sisi sana lalu membuka semua tirai yang masih tertutup. Serta membuka beberapa bagian jendela agar udara pagi dapat leluasa masuk ke setiap sudut kamar Nivea. Setelahnya, dia pun kembali menghampiri Nivea.
"Apa? Kau menunggu aku bercerita?"
"Hmm. Apa nona tidak ingin bercerita tentang... pertemuan Anda dengan mendiang Kakek Anda?"
Nivea menghela nafas, "Entahlah Seri! Aku begitu sering memimpikan Kakek. Tapi, semalam rasanya... beliau begitu dekat dan aku merasa itu sangat nyata."
"Apa beliau mengatakan sesuatu?"
Nivea mengangguk, "Tak hanya bicara tapi... kali ini beliau menunjukkan sesuatu padaku."
"Boleh Saya tahu, nona? Apa yang... ditunjukkan Kakek Anda?"
"Sebuah lukisan. Aku kira itu wajahku, tapi Kakek mengatakan bahwa gadis dalam lukisan itu adalah seorang pelayan kerajaan di tahun.... tahun... Ah, aku tidak ingat tahun berapa dia bilang."
"Anda yakin, nona?"
"Hmm. Ya, aku yakin Kakek mengatakan bahwa itu bukan diriku. Justru Kakek ingin mengatakan bahwa diriku yang sekarang adalah... gadis itu yang telah terlahir kembali."
"Apa? Maksud Anda, apakah Anda reinkarnasi dari seorang pelayan kerajaan?"
"Ya. Mungkin itu maksud Kakek. Tapi, untuk apa Kakek mengatakan hal itu padaku? Aku tidak mengerti, Seri."
"Anda tidak perlu terus memikirkannya, nona. Saya harap Anda tidak terganggu karena mimpi itu."
"Tapi Seri, apa kau ingat? Aku pernah bercerita padamu tentang bagaimana aku mengetahui kekuatan tanganku. Saat itu, Kakek yang lebih dulu mengetahuinya. Saat itu beliau masih sehat dan mengatakannya padaku di usiaku yang ke tujuh tahun."
"Tentu nona. Saya ingat Anda pernah menceritakannya pada Saya. Menurut Saya, hal itu berbeda. Satu hal yang disampaikan oleh Kakek saat beliau masih hidup dan yang satunya beliau menyampaikan pada Anda hanya lewat mimpi. Saya... Saya juga tidak mengerti nona. Hahaha. Maaf nona, ini sudah waktunya Anda harus pergi ke toko."
Lagi-lagi Nivea menghela nafas, "Baiklah, untuk sementara aku akan berhenti memikirkan hal itu, Seri. Bantu aku bersiap-siap sekarang!"
Perlahan Nivea menurunkan kaki-kakinya dari ranjang. Lalu melangkah kepada salah satu sisi jendela yang terbuka lebar. Gadis dengan warna rambut burgundy itu memandang keluar sana, dengan mata cokelatnya tajam menatap suasana pagi di sekeliling kediamannya.
Selang beberapa menit, Seri kembali ke hadapan Nivea untuk mengatakan bahwa air hangatnya telah siap. Seri mempersilahkan nonanya untuk beranjak pergi ke kamar mandi. Sedangkan Seri menyiapkan gaun yang akan dikenakan oleh Nivea hari ini.
Kini Nivea telah duduk di depan meja riasnya. Dia telah mengenakan gaun sederhana berwarna merah muda pilihan Seri. Seperti biasanya, Seri menyisir rambut Nivea dengan lembut kemudian menatanya sesuai keinginan Nivea.
"Apa hari ini Anda berencana mengurai rambut Anda, nona?"
"Tidak. Tolong kau sanggul saja!"
"Baik nona."
Setelah puas dengan tatanan rambutnya, gadis cantik itu berdiri dari duduknya. Mematut diri sekali lagi di depan cerminnya, lalu beranjak pergi meninggalkan kamarnya.
"Dimana Ibuku, Seri?"
"Ah, duchess Elvira sedang menikmati tehnya di taman belakang."
Dengan mengangkat sedikit bagian depan gaunnya, dia pun melangkah ke arah taman yang berada di sisi belakang kediamannya. Nivea berniat menemui sang Ibu sebelum pergi ke toko roti miliknya. Sementara Seri akan terus mengekor di balik tubuhnya.
"Selamat pagi, Ibu."
"Ah, kau Nivea. Selamat pagi sayang. Apa tidurmu nyenyak?"
"Hmm. Aku rasa cukup nyenyak."
"Apa kau... akan langsung pergi ke tokomu?"
"Ya Ibu. Aku akan pergi sekarang."
"Hmm. Baiklah! Semoga harimu menyenangkan, anakku!"
Nivea sedikit membungkuk, "Terima kasih, Ibu. Aku harap kau juga selalu diberkati."
Kereta kuda dan seorang kusirnya telah siap mengantar Nivea dan Seri. Dalam perjalanan mereka, Seri membuyarkan lamunan Nivea.
"Nona, maaf. Boleh Saya bicara?"
"Ya? Kau ingin mengatakan apa, Seri? Kenapa harus bertanya sebelumnya?"
"Ah, karena Saya lihat Anda tampak sedang memikirkan sesuatu."
"Tentu! Aku memang sedang memikirkan sesuatu. Sesuatu yang tampaknya mulai menggangguku. Tapi, kau ingin bicara tentang apa?"
"Kakak kelas Anda di perguruan ketiga, sepertinya pemuda itu menyukai Anda."
"Hah? Apa katamu? Siapa kakak kelas yang kau maksud?"
"Ah, itu nona.. dia putra dari count Antonio."
"Hahaha. Kau bercanda Seri?"
"Tidak nona. Pemuda itu meminta Saya menyampaikan salamnya untuk Anda."
"Apa? Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?"
"Saya.. Saya tidak ingat nona. Karena tadi pagi Anda membahas tentang pertemuan dengan mendiang Kakek Anda, Saya jadi lupa untuk menyampaikannya. Maafkan kecerobohan Saya, nona."
"Tidak masalah! Tapi, kapan kau bertemu dengan Matias?"
"Kemarin sore, saat Saya sedang membeli buah untuk duchess Elvira. Saya lihat pemuda itu juga membeli beberapa jenis buah dari toko yang sama."
"Apa yang dikatakannya padamu? Apa dia bilang kalau dia menyukaiku?"
"Dia hanya bilang, tolong sampaikan salamku untuk nona Nivea. Ya, hanya itu."
"Dan kau mengartikan salam darinya sebagai tanda... bahwa dia menyukaiku? Huh, kau bercanda Seri!"
"Itu suatu kemungkinan, nona. Bukankah sejak dulu... dia suka mencari perhatian pada Anda? Tapi Saya rasa, Anda kurang peka pada sikapnya."
"Benarkah? Apa aku kurang peka? Ah, sudahlah Seri! Aku tak ingin membahas Matias."
Seri membimbing Nivea menapakkan kakinya di depan bangunan toko rotinya. Seperti kebiasaannya, saat tiba di dalam area toko Nivea akan berjalan lebih dulu ke area dimana biasanya para pelanggan dapat duduk menikmati suguhan roti dan minuman yang dijajakan di toko itu. Lalu kemudian langkahnya tertuju pada sepanjang etalase rotinya dan terakhir, Nivea baru akan menuju ke dapurnya di bagian belakang meja pemesanan.
Di toko roti itulah tempat Nivea menghabiskan banyak waktu sehari-harinya. Gadis itu begitu mencintai pekerjaannya membuat berbagai macam jenis roti. Dengan sepenuh hati, Nivea mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk menghasilkan roti-roti yang pantas dinikmati oleh semua kalangan di negeri itu.
Nivea tak pernah mengambil banyak keuntungan dari usaha yang dijalaninya. Baginya, dia bahagia dapat bebas melakukan sesuatu hal yang dia sukai. Dan baginya, setiap orang berhak menikmati sebuah roti tanpa harus membedakan dia datang dari kalangan mana. Maka tak heran, jika toko rotinya memiliki banyak pelanggan. Nivea juga sangat ramah memperlakukan semua orang yang ditemuinya.
Ada seorang gadis yang begitu menyukai teduhnya langit jam empat sore. Dirinya selalu berkhayal kelak jalan hidupnya akan seindah langit sore itu. Divia Putri Gayatri, justru menemukan cintanya di saat dirinya tak pernah mencari cinta. Pertemuannya dengan Arman yang terjadi seperti di film-film drama, akhirnya menjadi kenangan yang tak terlupakan seumur hidupnya. Namun di saat cerita masa lalu mengusik kebahagiaan mereka, masih mungkinkah mereka bersatu di kemudian hari? Mungkinkah takdir indah berpihak kepada mereka?
Perjalanan panjang seorang gadis dalam impiannya mendapatkan cinta lelaki yang didambakannya. Sonia tak pernah sanggup melupakan cinta satu malamnya. Meski mungkin hari itu tak berarti apapun bagi Hendra. Bertahun-tahun Sonia memendam rindu dan tangisnya seorang diri tiap kali dirinya teringat akan sosok lelaki itu. Dari kejauhan Sonia tetap menanti dan berharap pertemuan kembali dengan Hendra. Meski tahu cintanya bertepuk sebelah tangan, harapan yang seolah hanya harapan kosong itu, tak pernah surut sedikit pun. Masihkah mungkin Sonia meraih cintanya? Ataukah sisa usianya dihabiskan seorang diri demi mempertahankan cintanya pada Hendra? Karena bagi Sonia, dirinya tak dapat melihat lelaki lagi selain Hendra di matanya.
Sindi tak mampu lagi menggunakan logika berpikirnya yang sehat, seolah tidak peduli dengan status Pak Ronald yang telah beristri, Sindi terhanyut dalam perasaannya sendiri terhadap Pak Ronald. Sindi dan Pak Ronald pun selalu bersama menikmati hari-hari indah yang mereka jalani selama tiga tahun lamanya. Sampai suatu ketika Sindi mengandung anak hasil hubungan terlarangnya dengan Pak Ronald. Nasi telah menjadi bubur, tak ada yang bisa disalahkan atas semua yang telah terjadi diantara keduanya. Masih sanggupkah Sindi seorang diri melewati hari-hari terberatnya dalam hidup setelah berkali-kali dirinya mengalami kehilangan akan orang-orang yang begitu berarti dalam hidupnya?
Kisah Daddy Dominic, putri angkatnya, Bee, dan seorang dosen tampan bernama Nathan. XXX DEWASA 1821
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..