ak perlu membuktikannya," ujar Amber sambil memaksakan otak untuk mene
Tuan Dingin seraya
udah bertekad, aku bisa melakukan apa saja, seperti mengurus ru
adi pelayan di rumah ini?" s
Aku bisa menyingkirkan semua debu dari perabotan, mencuci piring-piring
isa me
ep makanan enak," angguk Amber, berh
egitu, buatkan aku makan siang. Jika masakanmu enak, kau bisa menjadi pel
ktikan kalau aku koki yang hebat. Kau tidak akan menyesal telah membebaskank
Dingin mengibas-ngibaskan
g dari hadapan sang pria. Ia tidak boleh menyia-n
am. Sambil melihat ke arah dapur, ia bergumam. "Kenapa pere
hingga pergelangan tangannya terlihat. Sembari menghela na
. Perempuan bodoh itu tetap harus men
*
banyak tomat?" desah Amber ketika melihat ke dalam panci. Su
makan?" gumamnya sam
l terlihat sangat tidak cantik. Menyadari
at ini," pikirnya sebelum mendesah cemas. "Haruskah aku ka
i ia gunakan. Tak jauh di sampingnya, roti gandum masih terbungkus utu
melakukannya, bahkan dengan mata terpejam." Setelah menjentikkan ja
uh lapisan atas pada roti ketiga, suara l
siangku? Aku
terbelalak. Tanpa berpikir panjang, wanita berpakaian seli
esai plating," serunya deng
selesai? Memangnya, apa yang kau masak? Daging manusi
ata, "Aku terlalu lama berpikir tadi. Sekara
ringkan kepala, ia menerobos masuk. Sang wanita pun terkesiap dan langsung panik.
k sabar sekali? Aku hanya butuh dua menit
enaga. Hanya dalam sekejap, Tuan
uk membuat tiga potong roti l
ada tinggi dan raut kaku. Tampak jelas bahwa ia sedang menutupi s
n saat melihat panci yang m
isa dikecilkan, ia terbata-bata. "Itu ... s-sup tomat ken
nah mendengarnya," gumam sang
er lagi-lagi merentangkan tangan. "Tunggu
pa detik, punggungnya telah tiba di hadapan kompor, sementara laki-
gin terheran-heran. "Kau
tahu," sanggah Amber sambil mendongak menatap sang pria. Ia sudah sia
ng yang tidak dikupas? Kau
atin, "Oh, ternyata itu penyebab
mehkan masakanku! Apa kau tidak tahu berapa banyak orang yang berharap aku menjadi koki m
Tuan Dingin seraya melirik ke
endongakkan dagu. "Ya, ini enak.
pannya. Sedetik kemudian, ia mulai mengaduk-aduk sup dan mengambil s
n?" tanya pria itu se
as meski sadar bahwa keb
ni. Jika kau berhasil menghabiskannya, b
ku, ia menunjuk isi panci yang mengkhawatirkan itu. "Kau ingin aku menghabiskannya s
u lebih memilih roti lapis ini dibandingkan sup lumpur itu." Sedetik kem
am mangkuk. Dalam hati, wanita itu sangat ingin menangis. "Bagaimana mungki
*
mpur itu tidak enak?" selidik Tuan Dingin sembari melip
ulut, Amber hanya bisa mengibas-ngibask
anya. Apakah itu berarti, se
ksakan kerongkongan untuk menelan. "Tidak. Ini sangat e
au bisa menjadi pelayan di rumah ini. Sekarang cepat habiskan makananmu. Tuga
akanku?" tanya Ambe
layan karena masakanmu enak," teran
etika mengembang. "Apa tugas
ia menariknya kembali ke kursi. "Habiskan dulu
. Ia benar-benar tidak suka rasa tanah dari sup lumpur itu. "Kau tahu? A
Dengan santai, Tuan Dingin menyodor
ndok di depannya. Malangnya, ia tidak punya pilihan lain se
asa sepuas itu. "Tunggu saja, Nona Lim. Aku akan membuatmu jauh lebih menderita. Ini baru permula