t, laki-laki itu melihat ke arah pemanas. Ketika menemukan Amb
" gumamnya
n memeriksa. Namun, ketika mendapati waja
sambil menarik pu
tak berdaya. Bibir wanita itu pucat, sementara keringat membanjiri ke
pa badanmu pa
mencari pakaian terlayak di antara tumpukan baju. Namun, selang beberapa detik, belum ada satu pun yang dipi
hkan wanita itu ke sofa. Setelah membentangkan sel
?" desah pria itu sambil meletak
si sang wanita. Walau hatinya kesal dan masih terisi kebencian,
*
di pipinya, dan ketika melihat Tuan Dingin, keheranannya berli
ng pria itu seraya mengambil sebuah cangkir dari meja
enyingkap selimut. Begitu melihat pakaian yang melekat di tubuh
ya pakaian lain untuk diberikan pa
ki diriku karena menyentuh sweater ini
apa," timpal sang pria sebelum menyodorkan ca
Ia berdiri dan menyingkap tirai jendela. Setelah menemuk
na?" tanya san
Aku tidak akan me
kkan cangkir lalu menahan lengan sang wanita. "A
rada di sini," sanggah Amber ser
memancarkan keseriusan. "Kau tidak akan bertahan lebih d
an Dingin lekat-lekat. "Itu bukan urusanmu," ucapnya pen
kali lagi, ia meraih lengan wanita itu. "Tidak bisakah kau ber
k perlu merasa bersalah jika aku mati membeku di lua
nggamnya. Namun, tepat ketika ia hendak melangk
rangku pergi?" pekik sang wani
sahut Tuan Dingin seraya berjalan menuju sofa. Pe
g pembunuh," rintih sang wanita seraya mendo
agar tidak bergerak ke mana-mana. Sambil memiringkan kepala, ia mendengus r
punya belas kasihan, kau mengoleksi tula
tertawa datar. "Ternyata kau memang bodoh," gumamn
g mengapa Tuan Dingin memba
bal
nepis botol di dekat mulutnya. "A
onta-ronta, ia menuangkan cairan merah dari botol. Laki-laki itu tidak peduli jika
sang wanita sambil menge
Tuan Dingin seraya mengambil handuk kompres
tangan sang pria dan merebut handuk. "
a mata. Padahal, ia bisa saja mengaku sud
Kau bukan kanibal?" selidik Ambe
" timpal Tuan Dingin seraya menaikkan sebelah alis. "Lagipul
snya bersyukur, kau tidak memakanmu bula
apa usiamu, Nona? Apakah kau tidak mengerti maksud seorang pria saat mengat
i itu ia menatap mata hijau Tuan Dingin dengan saksama. Enta
an suara tertekan. "Kalau saja sejak awal kau bersedia membantuku, aku pasti sudah tidak
a menyerang hatinya. Selang keheningan sejenak, ia berkata, "Besok aku akan per
i ada orang yang bersedia membantuku di sana. Dia akan mengantarku
cerah itu di wajah sang wanita. Akan tetapi
lilah beristirahat. Aku akan menyiapkan m
, Amber melengkungkan sen
dengar ucapan itu, T
merawatku. Nanti, aku pasti membayar j
ur. Sesuatu terasa semakin mengganjal dalam hatinya. Sela
napa aku malah merasa tak tenang?" batinnya sebelum mendesah samar. "Sadarlah, Adam. Amber adalah