Seorang anak laki-laki yang suka menulis puisi membuatkan puisi cinta pertama untuk teman sekelasnya yang cantik. Namun, saat ia membacakannya di depan kelas sebagai tugas sekolah, ia tak menyangka teman-temannya akan tertawa. Kini ia harus memilih antara merasa malu atau mencoba lagi.
Sore itu, langit memancarkan warna jingga lembut saat Budi duduk di sudut lapangan sekolah, mengamati teman-temannya bermain bola. Dia mengenakan kemeja biru muda yang sedikit kebesaran, rambutnya rapi meski tampak sedikit berantakan. Di tangannya, selembar kertas putih dan pensilnya siap untuk menuliskan sesuatu yang sangat berarti baginya.
"Budi!" suara Rudi, sahabatnya yang ceria, memecah keheningan. "Kenapa kamu di sini sendirian? Ayo ikut main!"
Budi menggelengkan kepala. "Aku lagi ada ide untuk puisi baru."
"Puisi lagi? Kamu selalu saja terjebak dengan kata-kata. Kenapa tidak coba main bola saja?" Rudi bertanya, sambil mengalihkan pandangannya ke lapangan.
Budi tersenyum tipis. "Kamu tahu, aku lebih suka bermain dengan kata-kata. Lagipula, aku punya seseorang yang ingin kutuliskan."
Rudi menyipitkan mata, penasaran. "Seseorang? Siapa?"
Budi menundukkan kepalanya, wajahnya memerah. "Sari," gumamnya pelan.
"Ah, Sari! Yang cantik itu?" Rudi menatapnya dengan mata lebar. "Kamu suka dia?"
"Ya, mungkin..." Budi menghela napas. "Tapi aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Aku hanya seorang pujangga kecil."
Rudi tertawa. "Pujangga kecil? Kamu harus berani! Ayo, bacakan puisimu untukku."
Budi menggelengkan kepala lagi, bingung. "Tidak, aku masih belum siap. Apa pendapatmu jika Sari tidak suka puisiku?"
"Coba saja! Siapa tahu dia terpesona dan jatuh cinta padamu!" Rudi tersenyum lebar, mencoba memotivasi Budi.
Budi mengangkat bahu, mencoba menepis rasa gugupnya. "Mungkin... tapi aku takut dia hanya akan tertawa."
"Aku yakin Sari bukan orang yang akan menertawakan puisi! Dia baik hati. Cobalah," Rudi mendorongnya lagi.
Dengan hati berdebar, Budi menatap kertas putih di depannya. Tangan kanannya mulai menulis, "Sari, cahaya pagi yang menyinari hariku..." Ia berusaha merangkai kata-kata indah untuk menggambarkan perasaannya.
Tak lama, suara langkah kaki mendekat. Budi menoleh dan melihat Sari sedang berjalan menuju lapangan dengan senyuman ceria, rambutnya tergerai indah oleh angin. Jantung Budi berdegup lebih kencang.
"Budi! Apa kamu sedang menulis puisi lagi?" Sari bertanya, berhenti di sampingnya.
Budi merasakan wajahnya memerah. "Iya... hanya sedikit," jawabnya ragu.
"Oh, aku suka puisi! Boleh tahu tentang apa?" Sari mengajak dengan penuh minat.
Budi merasa terjebak dalam mata Sari yang bersinar. "Eh, ini tentang... tentang keindahan... dan, uh, tentang kamu," katanya, tanpa sadar.
Sari tersenyum lebar. "Wah, aku tidak sabar untuk mendengarnya! Kapan kamu akan membacakannya?"
Budi merasa beban di bahunya seolah semakin berat. "Mungkin... mungkin besok, saat tugas kelas," ujarnya, berusaha terdengar percaya diri.
"Baiklah, aku akan menunggu!" Sari berbalik, melanjutkan langkahnya, meninggalkan Budi yang masih terperangah.
Rudi berbisik, "Itu dia, kesempatanmu! Kamu harus melakukannya, Budi!"
Budi menatap kertas yang penuh dengan tulisan. Rasa percaya diri dan ketakutan bersatu dalam jiwanya. Dia tahu, besok akan menjadi hari yang menentukan. Dengan semangat baru, ia melanjutkan menulis puisi, mengekspresikan semua perasaannya untuk Sari.
Dan di saat itu, di sudut lapangan yang sunyi, benih rindu mulai tumbuh dalam hati Budi, menunggu saatnya untuk mekar.
Hari berikutnya, Budi bangun dengan perasaan campur aduk. Malam sebelumnya, ia tidak bisa tidur memikirkan puisi yang telah ditulisnya. Kata-kata dalam puisi itu terasa hidup, tetapi bayangan teman-teman sekelasnya yang mungkin tertawa kembali menghantuinya. Ia menyemangati dirinya sendiri di cermin.
"Ini hanya puisi," katanya pelan. "Hanya untuk Sari."
Sesampainya di sekolah, suasana terasa berbeda. Budi melangkah ke kelas dengan perasaan berdebar, melihat teman-temannya berkumpul. Rudi sudah menunggu di bangkunya, melambaikan tangan.
"Budi! Apa kamu siap?" Rudi bertanya, semangat.
"Uh, hampir. Aku... aku hanya perlu beberapa menit lagi," jawab Budi, berusaha tenang. Ia membuka bukunya, melihat kembali puisi yang ditulisnya. Setiap kata menggambarkan perasaannya yang mendalam terhadap Sari, dan semakin ia membacanya, semakin ia merasa terikat dengan kata-kata itu.
Saat bel berbunyi, Budi berdiri di depan kelas, hati berdebar. Teman-teman sekelasnya mulai berkumpul, beberapa tampak bercanda dan berbicara.
"Baiklah, semua! Hari ini kita akan mendengarkan puisi dari Budi!" guru meminta perhatian.
Semua mata tertuju pada Budi. Dia merasa seperti berada di panggung pertunjukan, semua mata mengawasinya. Jantungnya berdegup kencang, dan tangan kanannya menggenggam kertas.
"Eh, aku... aku akan membacakan puisi tentang seseorang yang sangat spesial bagi saya," Budi memulai, suaranya bergetar.
Sambil menatap ke arah Sari yang duduk di belakang, Budi menarik napas dalam-dalam. "Judulnya: 'Cahaya Pagi'," ujarnya.
Ia mulai membaca:
"Sari, cahaya pagi yang menyinari hariku,
Kehadiranmu bagai embun yang menyegarkan jiwa.
Setiap tawa dan senyummu,
Menjadi melodi indah dalam hatiku."
Di tengah pembacaan, ia merasa beberapa teman sekelasnya tertawa pelan, tetapi ia mencoba mengabaikannya dan melanjutkan.
"Di saat dunia terasa kelam,
Kau hadir membawa harapan baru.
Dengan setiap kata yang kau ucapkan,
Hati ini bergetar, mencintaimu dalam diam."
Saat ia menyelesaikan bait terakhir, suasana di kelas sunyi. Budi mengangkat wajahnya, melihat ekspresi teman-temannya. Dan ketika matanya berjumpa dengan Sari, ia melihatnya tersenyum lembut, matanya bersinar penuh kekaguman.
"Wow, itu indah sekali, Budi!" Sari berteriak, dan beberapa teman sekelas ikut bertepuk tangan.
Budi merasa lega dan bahagia. Dia tidak menyangka bahwa puisi itu akan mendapatkan respon positif. Rudi memberikan jempolnya, tersenyum lebar.
"Bagus, Budi! Aku tahu kamu bisa!" Rudi berbisik saat semua teman-teman bertepuk tangan.
Namun, suara tertawa dari satu sudut kelas membuat Budi menoleh. Anton, siswa baru yang tampak sedikit sombong, berdiri dan berkomentar, "Tapi itu tidak lucu, Budi. Kamu tidak mungkin serius dengan puisi sepert itu!"
Seketika, suasana menjadi tegang. Budi merasa jantungnya berdebar kembali. Tapi sebelum ia bisa merespons, Sari berdiri. "Tunggu, Anton! Budi berbicara dari hati. Puisi itu indah dan tidak ada yang salah dengan itu!"
Budi melihat betapa beraninya Sari membela dirinya, dan hatinya meluap dengan rasa syukur.
"Ya, puisi itu memang indah, Anton. Tidak semua orang punya keberanian untuk mengekspresikan perasaan mereka," Rudi menambahkan.
Anton hanya mengangkat bahu, tetapi Budi tidak peduli. Sari menatapnya dengan senyuman, dan semua tekanan di dadanya seolah menghilang.
Setelah pembacaan puisi selesai, teman-teman mulai berkumpul di sekeliling Budi, memberi selamat dan memuji puisinya.
"Budi, kamu benar-benar berbakat! Harus sering-sering baca puisi!" kata salah satu teman.
"Terima kasih, semuanya," Budi menjawab, tersenyum lebar.
Saat suasana mulai tenang, Sari mendekat. "Aku sangat suka puisimu, Budi. Kamu benar-benar seorang pujangga!"
Budi merasa wajahnya memerah. "Terima kasih, Sari. Itu artinya banyak bagiku."
Dan di saat itu, Budi merasa ada sesuatu yang baru tumbuh dalam hatinya-benih rindu yang tidak hanya tumbuh untuk puisi, tetapi juga untuk Sari. Sepertinya, langkah pertama telah diambil. Dia tahu bahwa ini baru permulaan dari perjalanan panjang yang penuh harapan.
Bersambung...
Ketika seorang pria harus pindah ke kota lain untuk mengejar karier, ia dan kekasihnya menjalani hubungan jarak jauh. Meski sulit dan penuh tantangan, mereka berjanji untuk tetap setia hingga suatu hari mereka dapat bersatu kembali.
Saat hubungan mereka diuji oleh jarak dan waktu, seorang wanita tetap setia menunggu kekasihnya yang harus bekerja di luar negeri. Setiap tantangan yang mereka hadapi hanya memperkuat cinta mereka, meskipun banyak godaan yang datang menguji kesetiaannya.
Sari, seorang wanita karier sukses, memiliki kehidupan pernikahan yang tampaknya sempurna. Namun, ketika ia mulai jatuh cinta pada koleganya, Fajar, rahasia kelam suaminya terungkap. Ternyata, suaminya juga berselingkuh. Dalam keputusasaan, Sari harus memutuskan apakah ia ingin menyelamatkan pernikahan atau meraih kebahagiaan dengan Fajar.
Lina, seorang wanita yang menikah bahagia selama 10 tahun, merasa suaminya, Ardi, mulai menjauh. Ketika ia bertemu dengan Ivan, teman masa kecilnya, api lama menyala kembali. Lina dihadapkan pada pilihan sulit: bertahan dalam pernikahan yang mulai dingin atau mengikuti hatinya yang kini bergejolak pada Ivan.
Seorang siswa yang berbakat dalam bermain piano bertemu dengan siswi baru yang memiliki suara indah. Mereka berdua bekerja sama untuk kompetisi musik sekolah, dan melalui melodi, perasaan cinta mulai tumbuh di antara mereka.
Seorang playboy kaya dan terkenal yang tidak pernah percaya pada cinta bertemu dengan seorang wanita yang berbeda dari yang lain. Saat mereka terlibat dalam hubungan yang menggairahkan, dia harus memilih antara kehidupan lamanya yang penuh kebebasan atau menerima cinta sejati.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Mature Content. Please be awise to reading!!! Bocil harap menyingkir, please!! Menikah selama 2 tahun dan belum di karuniai anak menjadikan Nay sedikit sedih. Apalagi suaminya jarang sekali menyentuh. Dia mencari kesibukan dengan berjualan kue dan takdir mempertemukan Nay dengan Alex.
Yahh saat itu tangan kakek sudah berhasil menyelinap kedalam kaosku dan meremas payudaraku. Ini adalah pertama kali payudaraku di pegang dan di remas langsung oleh laki2. Kakek mulai meremas payudaraku dengan cepat dan aku mulai kegelian. “ahhhkkk kek jangannnhh ahh”. Aku hanya diam dan bingung harus berbuat apa. Kakek lalu membisikkan sesuatu di telingaku, “jangan berisik nduk, nanti adikmu bangun” kakek menjilati telingaku dan pipiku. Aku merasakan sangat geli saat telingaku di jilati dan memekku mulai basah. Aku hanya bisa mendesah sambil merasa geli. Kakek yang tau aku kegelian Karena dijilati telinganya, mulai menjilati telingaku dengan buas. Aku: “ahhkkk ampunnn kek, uddaahhhhh.” Kakek tidak memperdulikan desahanku, malah ia meremas dengan keras payudaraku dan menjilati kembali telingaku. Aku sangat kegelian dan seperti ingin pipis dan “crettt creettt” aku merasakan aku pipis dan memekku sangat basah. Aku merasa sangat lemas, dan nafasku terasa berat. Kakek yang merasakan bila aku sudah lemas langsung menurunkan celana pendekku dengan cepat. Aku pun tidak menyadarinya dan tidak bisa menahan celanaku. Aku tersadar celanaku sudah melorot hingga mata kakiku. Dan tiba2 lampu dikamarku menyala dan ternyata...
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."
Kehidupan Leanna penuh dengan kesulitan sampai Paman Nate-nya, yang tidak memiliki hubungan kerabat dengannya, menawarinya sebuah tempat tinggal. Dia sangat jatuh cinta pada Nate, tetapi karena Nate akan menikah, pria itu dengan kejam mengirimnya ke luar negeri. Sebagai tanggapan, Leanna membenamkan dirinya dalam studi andrologi. Ketika dia kembali, dia terkenal karena karyanya dalam memecahkan masalah seperti impotensi, ejakulasi dini, dan infertilitas. Suatu hari, Nate menjebaknya di kamar tidurnya. "Melihat berbagai pria setiap hari, ya? Bagaimana kalau kamu memeriksaku dan melihat apakah aku memiliki masalah?" Leanna tertawa licik dan dengan cepat melepaskan ikat pinggangnya. "Itukah sebabnya kamu bertunangan tapi belum menikah? Mengalami masalah di kamar tidur?" "Ingin mencobanya sendiri?" "Tidak, terima kasih. Aku tidak tertarik bereksperimen denganmu."