asanya. Suara tawa teman-teman sekelasnya masih terngiang di telinganya, membuat dadanya bergetar dengan rasa malu yang mendalam.
amnya pada diri sendiri, menatap jalan setapak yang dilalui.
annya kosong, tak ada semangat untuk menulis. Buku catatan yang biasanya menjadi tempatnya mengungkapkan pe
kkan kepalanya. "Mungkin aku memang bukan penulis yang baik. M
apur. "Budi, sudah pulang? Ad
Ia tidak memiliki hati untuk memberitahunya tentang apa y
bar halaman kosong menantangnya untuk menulis, tetapi kata-kata tampaknya telah meninggalkannya. Dia merasa
kirnya. "Dia mengandalkanku untuk a
n itu sedikit menghiburnya. Ia teringat saat Sari menggambarkan betapa indahnya langit malam. "Jika hanya
l di layarnya. "Budi! Aku ingin tahu bagaimana harim
ruk. Namun, pikirannya terus melayang. Apakah Sari benar-benar pedu
embalas pesan Sari. "Aku... aku ti
Semua orang pasti merasa kesulitan, termasuk aku. Tapi kita bisa sal
yang muncul kembali dalam dirinya. "Tapi.
ekspresikan perasaan melalui puisi. Ingat, ini adalah tentan
membiarkan pendapat orang lain mengubah cara pandangnya terhadap puisi? Dia t
uh waktu untuk meresapi semuanya. Ta
ik! Aku menunggumu. Kita bisa bekerja sama
sih menyelimuti, ia mulai mengumpulkan keberaniannya. Ia meraih pensil dan
wa yang me
lajaran b
nah berhen
kata-kata, aku m
adalah cara terbaik untuk menghadapi ketakutannya. Malam itu, Budi kembali merasak
seribu lagi," ucapnya dengan tekad baru. "Aku ad
an buku catatannya, menulis dengan penuh gairah. Setiap kata yang ditorehkan terasa
selalu mendorongnya untuk menjadi yang terbaik. Budi berhenti sejenak dan membayangkan bagaimana jika
an kehangatan di dalam hatinya. "Jangan biarkan tawa itu membuatmu mun
bang". Ia membacanya pelan-pelan, menikmati setiap bait yang berhasil ia ciptakan. Puisi ini lebi
ggil dari luar. "Sudah lar
tar!" Ia berjanji dalam hati bahwa paginya akan datang deng
i merasa tertekan oleh peristiwa kemarin. Setiap langkahnya membawa harapan baru.
Sari sedang duduk di bangkunya, berbincang dengan teman-te
sapanya denga
"Hai, Budi! Bagaimana harimu
diri. "Ya, aku sudah menulis puisi b
, itu bagus sekali! Kapan
jam istirahat nanti
mpulkan teman-teman kit
teman-temannya. Jantungnya berdebar-debar, namun kali ini, rasa gugupn
i kita," katanya, menatap Sari dan tema
galir dengan lancar, dan ia merasakan kedamaian dalam setiap bait yang diba
tawa men
h, namun te
ata adal
u kembali ter
um sorakan riuh memenuhi ruang kelas. "Wow, B
Kita semua suka!
kan kehangatan dan dukungan dari teman-temannya. Ia melirik ke Sari yang bert
erkata, senyumnya lebar. "Aku sa
yang hilang. Ia tak lagi meragukan kemampuannya. Dalam hatinya, ia tahu bahwa pu
i. "Budi, puisi itu benar-benar indah.
ngat di dalam hati. "Aku tidak tahu apa yan
i berikutnya. Aku ingin melihat lebih banyak lag
an dalam menulis puisi, tetapi juga memiliki teman sejati yang
a tidak akan pernah sendirian. Dengan Sari di sisinya, ia siap unt
ambu