ama Sari di taman, ia merasa termotivasi untuk menyelesaikan puisi pertamanya. Dalam waktu singkat, Budi sudah menulis
uku catatan yang penuh coretan. Ia terus mengedit puisinya, menambahkan kata
alah tawa yang
tik yang kita l
ntari di p
gat dalam s
maian saat kata-kata itu mengalir. Dia tersenyum bangga, merasa ba
da diri sendiri, "puis
i depan kelas. Ia mempersiapkan diri dengan mengingat kembali semua nasihat Sari. "Ingat, Budi, kamu hanya
lihat Sari duduk di tempatnya, tersenyum penuh dukungan. Den
, suaranya sedikit bergetar. Kelas yan
bacakan puisi pertamaku. Semoga kalian suka
u catatannya da
alah tawa yang
tik yang kita l
ntari di p
gat dalam s
makna di balik setiap bait, ia merasakan keyakinan yang tumbuh dalam
jati ada di
hariku dengan w
ini, kutua
, sahabatku,
Budi menunggu, jantungnya berdegup kencang, takut akan reaksi teman
snya yang selalu ceria. Yang lain ikut bersorak, membe
Budi tersenyum, merasa beban
angannya. "Aku bangga padamu,
is lebih banyak puisi," tamb
jal. "Apakah mereka benar-benar menyukai puisiku, atau hanya sekadar meng
ebar. "Kalian tahu, Budi telah menunjukkan betapa kuatnya sebuah puisi
h membayangkan akan mendapatkan sambutan yang begitu hangat.
erkenal suatu hari nanti," bisik Sari
ak akan pernah berani membacanya," Budi menjawab denga
Setiap langkahnya dipenuhi rasa percaya diri. Dia mulai membayan
rinya, tetapi juga menemukan kekuatan dalam persahabatan yang mendalam. Dalam hatinya, ia bertekad untuk terus menulis
asih bersemangat membicarakan puisinya. Beberapa dari mereka m
cakan? Sangat keren!" Dika berseru.
ngkin kita bisa membuat kumpulan puisi bareng," R
sih, guys! Aku sebenarnya sangat nervous saat membacanya. Ta
sudah bekerja keras untuk itu. Dia sangat berbakat! Aku
lam. "Aku hanya mencoba mengekspresikan apa yang ku
uk duduk di taman, di tempat yang sama ia dan Sari menghabiskan waktu beberapa hari yang lalu. Dengan catat
tiba-tiba muncul di hadapannya. "Hii, pu
mu datang. Apa kabar?" Budi menga
ng kamu tulis. Sepertinya kamu begitu fok
ku hanya mencoba menulis beberapa bait ba
?" Sari meminta
ian ia menyerahkan catatan it
ah selesai, ia menatap Budi dengan penuh kekaguman. "Ini luar biasa, Budi
diran mereka membuat hidup kita lebih berwarna,"
menangkap emosi seperti itu. Ini bisa jadi puis
bagaimana menghiburku. Terima kasih, S
bisa bekerja sama untuk membuat puisi ini semakin se
a bisa melakukan sesi latihan membaca puisi bers
engar setia. Siapa tahu, mungkin aku juga bisa ikut lomba
isi," Budi menjawab, membayangkan momen-momen
ahas puisi, dan saling berbagi inspirasi. Budi merasa seolah setiap kata yang ia tulis semakin meng
si untuk menulis puisi baru yang lebih dalam, m
kita, kute
samaan, kuh
sinar dal
batku, kau
t yang sama, dia merasa khawatir. "Apakah aku sudah terlalu jauh?" pikirnya. "Apakah
t untuk membacakannya. Dia bertekad untuk terus menulis dan belajar, dengan h
a salah mengungkapkan perasaannya. Namun, dia tahu satu hal: apa pun yang terjadi, dia tidak akan berhenti menulis, karena setiap ka
ambu