/0/20409/coverbig.jpg?v=20250124101111)
Syakila, seorang gadis cantik berhijab, dengan berat hati menerima perjodohan dengan Reihan, seorang Polisi yang berdedikasi tinggi. Namun, kehidupan pernikahan mereka jauh dari kata bahagia. Reihan tidak bisa melepaskan perasaannya terhadap Sonia, kekasihnya yang berprofesi sebagai model. Walaupun Syakila mencoba menjadi istri yang baik, ia hanya menjadi bayang-bayang di dalam hati suaminya yang masih terpaut pada wanita lain. Konflik antara cinta, tanggung jawab, dan perasaan terluka mulai muncul ketika Syakila harus menghadapi kenyataan pahit bahwa statusnya sebagai istri hanya sebatas gelar tanpa cinta. Akankah pernikahan mereka bertahan di tengah bayang-bayang masa lalu Reihan?
Syakila memandang bayangan dirinya di cermin, mengenakan kebaya pengantin warna putih yang sederhana namun sangat anggun. Wajahnya dipoles lembut dengan riasan tipis yang menonjolkan kecantikan alami yang ia miliki. Di balik senyum tipis yang ia paksakan, ada kegelisahan yang bergejolak di dalam hatinya.
Hari ini seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya, namun entah mengapa ia merasa seperti ada yang salah. Orang-orang di sekelilingnya sibuk memuji betapa cantiknya ia, betapa cocoknya ia dengan Reihan, lelaki yang akan menjadi suaminya dalam hitungan jam. Namun, hanya sedikit yang tahu bahwa hatinya dipenuhi keraguan dan kekhawatiran yang tak bisa terucapkan.
Saat itu, tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk pelan. "Syakila, sudah siap?" suara lembut ibunya terdengar, menyelinap masuk ke dalam ruangan.
Syakila menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Iya, Bu. Sebentar lagi."
Ibunya masuk, wajahnya dipenuhi kebahagiaan yang sulit disembunyikan. "Kamu cantik sekali, Nak. Reihan beruntung mendapatkanmu."
Syakila hanya tersenyum tipis, tidak tahu harus berkata apa. Baginya, kata-kata itu terdengar kosong, seolah bukan untuk dirinya. Apakah Raihan benar-benar beruntung? Ataukah ini hanya takdir yang dipaksakan?
Di dalam hatinya, Syakila terus bertanya-tanya, mengapa ia merasa tidak nyaman setiap kali memikirkan Reihan. Pria itu tampan, mapan, dan dari luar, tampak seperti pasangan yang sempurna. Tapi setiap kali mereka bertemu, ia selalu merasakan dinding dingin yang tak terlihat di antara mereka, seolah ada sesuatu yang ditahan, yang tidak ingin diungkapkan.
"Ayo keluar, sayang. Nak Reihan dan pak penghulu sudah menunggumu di sana," kata Bu Azizah seraya tersenyum bahagia.
"Iya, Bu," sahut Syakila dengan tersenyum tipis seakan menyembunyikan sesuatu yang tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata.
Bu Azizah mengulurkan tangannya, menarik tangan Syakila dan membawanya ke dalam genggaman. Lalu mereka berjalan keluar dari dalam kamar tersebut.
Wanita paruh baya itu sangat bahagia saat melihat putrinya menikah dengan Reihan, putra temannya.
Saat Syakila berjalan ke luar menuju halaman rumah tempat pernikahan mereka akan dilangsungkan, ia melihat Reihan sedang berdiri di depan, mengenakan pakaian pengantin dan jas warna putih yang tampak gagah. Namun, tatapan matanya tidak seperti yang Syakila harapkan. Mata Reihan tampak kosong, tanpa kilau kebahagiaan yang seharusnya ada pada pengantin pria di hari pernikahannya.
Reihan tidak pernah benar-benar melihatnya. Syakila merasakan itu dengan sangat jelas, seolah-olah ia hanya menjadi bayang-bayang di latar belakang hidup Reihan, bukan cahaya yang menerangi hari-harinya. Tapi ia mengabaikan perasaan itu, mencoba untuk percaya bahwa semuanya akan berubah seiring dengan berjalannya waktu.
"Syakila, jangan melamun gitu, ibu tahu kamu sudah tidak sabar lagi kan ketemu nak Reihan?" Kata Bu Azizah.
Lagi-lagi Syakila hanya tersenyum tipis. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Syakila tahu semua orang mengatakan jika dirinya beruntung mempunyai calon suami yang tampan dan berseragam, tapi tidak dengan hati Syakila.
Syakila di tuntun sang ibu duduk di kursi yang ada di samping calon suaminya, lalu Bu Azizah menutup kepala Reihan dan Syakila dengan kerudung putih.
Ayah Syakila sudah meninggal, yang sekarang menjadi wali nikahnya adalah sang paman. Dengan di bimbing pak penghulu, Reihan mengucapkan ijab qobulnya di depan semua orang yang hadir dalam acara tersebut.
"Saya terima nikah dan kawinnya Syakila Humaira binti almarhum bapak Ahmad Aziz dengan mas kawin emas antam sepuluh gram dan uang dua puluh lima juta rupiah di bayar tunai!" Ucap Reihan dengan satu tarikan napas.
"Bagaimana para saksi?"
"SAH...!"
"Alhamdulillah..."
Pernikahan berjalan lancar dan penuh khidmat sesuai dengan rencana. Janji suci diucapkan, cincin disematkan, dan doa-doa dipanjatkan. Namun, di dalam hati Syakila, ia merasakan ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang tidak dapat ia sebutkan, tetapi terasa begitu nyata.
Saat pesta berlangsung, Syakila melihat Reihan duduk di sampingnya, namun pikirannya tampak jauh. Reihan lebih sering memandang ponselnya daripada berbicara padanya. Ketika Syakila memberanikan diri bertanya, "Kamu baik-baik saja?" Reihan hanya mengangguk singkat tanpa menoleh sedikitpun. Padahal mereka baru saja sah menjadi pasangan suami istri beberapa saat yang lalu.
Malam harinya setelah pesta usai dan mereka berada di kamar pengantin, keheningan yang berat menggantung di antara mereka. Raehan terlihat gelisah, seperti orang yang dipaksa berada di tempat yang tidak diinginkannya. Pria itu berjalan kesana kemari dan tak bisa tenang.
Syakila akhirnya tidak bisa menahan diri untuk bertanya kepada pria yang sudah sah menjadi suaminya itu. "Mas Reihan, ada apa? Aku merasa kita tidak benar-benar saling mengenal. Apakah kamu benar-benar ingin pernikahan ini?"
Reihan menghela napas panjang, akhirnya dia menatapnya dengan mata yang dipenuhi dengan rasa bersalah. "Maafkan aku, Syakila. Aku tidak bisa berpura-pura lagi sekarang. Ada seseorang dalam hidupku, dan aku tidak bisa mengabaikannya."
Kata-kata itu seketika menghantam Syakila seperti badai yang tiba-tiba datang tanpa peringatan. "Seseorang?" suaranya bergetar, sulit baginya untuk menerima kenyataan yang baru saja diucapkan.
"Namanya Sonia. Aku mencintainya, dan aku ... aku tidak tahu harus bagaimana." Raehan mengakui dengan berat hati.
Hatinya Syakila terasa hancur berkeping-keping, dan air mata yang selama ini ia tahan akhirnya mengalir tanpa henti. Syakila merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tidak bisa ia hindari. Pernikahan yang ia harapkan bisa menjadi awal dari kehidupan yang bahagia ternyata hanyalah ilusi belaka.
"Kalau mas tidak bisa mencintaiku, kenapa mas mau menikah denganku, mas, kenapa?" Tanya Syakila dengan suara bergetar.
"Semuanya ini karena kehendak orang tuaku. Aku tidak bisa menolak permintaan ibuku untuk menikah denganmu," kata Reihan tanpa merasa bersalah sedikitpun pada Syakila.
Malam ini, malam pertama pernikahan mereka berdua, dimana kebanyakan pasangan pengantin saling mengenal satu sama lain. Tapi tidak dengan Syakila dan Reihan, malam pertama pernikahan mereka sekarang seperti neraka. Bagaimana tidak, Reihan dengan entengnya mengatakan mencintai perempuan lain di depan istrinya sendiri.
Syakila menjatuhkan dirinya di atas ranjang, meringkuk, menangis di atas tempat tidur, masih mengenakan pakaian pengantinnya. Reihan memilih untuk berbaring di samping Syakila, lalu memejamkan matanya dan tak memperdulikan perempuan yang sudah sah menjadi istrinya itu.
"Ya Allah, kenapa pernikahanku jadi seperti ini. Apa salahku ya Allah, kenapa?" Gumam Syakila dalam hati.
Seharusnya Syakila menyadari semua ini sejak pertama kali bertemu dengan Reihan. Kecurigaan Syakila semakin dalam saat mereka nikah kantor beberapa bulan lalu, karena jarang sekali bertemu karena alasan sibuk dengan pekerjaan, Syakila mulai menyangkal pikirannya sendiri. Dan sekarang semuanya sudah terbukti, bahkan Reihan sendiri yang mengatakan kalau Reihan mencintai perempuan lain, tidak dirinya yang sudah sah menjadi istrinya. Hati Syakila benar-benar hancur berantakan. Tapi mau tidak mau Syakila harus tetap menjalani pernikahan ini.
Malam itu, dalam keheningan yang mencekam, Syakila menyadari bahwa ia menikah dengan seorang pria yang hatinya bukan miliknya. Ia hanyalah istri bayang-bayang, yang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa cinta sejati tidak selalu datang setelah pernikahan.
***
Naura, seorang desainer muda yang berjuang menyelamatkan bisnisnya, setuju menikah kontrak dengan Adrian, seorang pengusaha sukses yang terdesak tuntutan keluarga. Tanpa melibatkan perasaan, mereka memulai hidup bersama sebagai pasangan yang dingin dan penuh batasan. Namun, di balik kesepakatan formal itu, perlahan tumbuh benih cinta yang tak terduga. Ketika mantan Adrian dan intrik keluarga besar mulai mengancam, mereka dihadapkan pada pilihan sulit. Bertahan bersama atau menyerah pada kesepakatan awal. Bisakah cinta yang lahir dari keterpaksaan menjadi sesuatu yang abadi?
Hana terdesak oleh masalah keuangan keluarganya, hingga ia menerima tawaran pernikahan kontrak dari Ray, seorang CEO tampan yang memerlukan istri pura-pura demi menyelamatkan reputasinya. Kesepakatan mereka jelas tanpa cinta, tanpa perasaan. Namun, seiring waktu, benih cinta mulai tumbuh di antara mereka. Ketika rahasia kelam dari masa lalu Ray dan ancaman dari pesaing bisnisnya muncul, Hana dan Ray dihadapkan pada pilihan sulit. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk bertahan di tengah semua kepalsuan?
Sebuah cerita yang berkisah keluarga yang terpisah karena perceraian yang menyisakan duka buat anaknya karena tidak mengerti dengan kondisi orang tuanya. Hingga suatu saat terjadilah malam jahanam yang tidak disengaja dan tidak direncanakan. Aku tidak menyangka kalau semuanya ini bakal terjadi. Aku memang sering mengkhayalkannya. Tapi tidak pernah merencanakannya. Dan begitulah, kehidupanku jadi banyak liku - likunya. Liku - liku yang indah mau pun yang jahanam. Tapi aku harus mengakuinya, bahwa semua itu jahanam tapi indah… indah sekali.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!