Syakila, seorang gadis cantik berhijab, dengan berat hati menerima perjodohan dengan Reihan, seorang Polisi yang berdedikasi tinggi. Namun, kehidupan pernikahan mereka jauh dari kata bahagia. Reihan tidak bisa melepaskan perasaannya terhadap Sonia, kekasihnya yang berprofesi sebagai model. Walaupun Syakila mencoba menjadi istri yang baik, ia hanya menjadi bayang-bayang di dalam hati suaminya yang masih terpaut pada wanita lain. Konflik antara cinta, tanggung jawab, dan perasaan terluka mulai muncul ketika Syakila harus menghadapi kenyataan pahit bahwa statusnya sebagai istri hanya sebatas gelar tanpa cinta. Akankah pernikahan mereka bertahan di tengah bayang-bayang masa lalu Reihan?
Syakila memandang bayangan dirinya di cermin, mengenakan kebaya pengantin warna putih yang sederhana namun sangat anggun. Wajahnya dipoles lembut dengan riasan tipis yang menonjolkan kecantikan alami yang ia miliki. Di balik senyum tipis yang ia paksakan, ada kegelisahan yang bergejolak di dalam hatinya.
Hari ini seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya, namun entah mengapa ia merasa seperti ada yang salah. Orang-orang di sekelilingnya sibuk memuji betapa cantiknya ia, betapa cocoknya ia dengan Reihan, lelaki yang akan menjadi suaminya dalam hitungan jam. Namun, hanya sedikit yang tahu bahwa hatinya dipenuhi keraguan dan kekhawatiran yang tak bisa terucapkan.
Saat itu, tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk pelan. "Syakila, sudah siap?" suara lembut ibunya terdengar, menyelinap masuk ke dalam ruangan.
Syakila menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Iya, Bu. Sebentar lagi."
Ibunya masuk, wajahnya dipenuhi kebahagiaan yang sulit disembunyikan. "Kamu cantik sekali, Nak. Reihan beruntung mendapatkanmu."
Syakila hanya tersenyum tipis, tidak tahu harus berkata apa. Baginya, kata-kata itu terdengar kosong, seolah bukan untuk dirinya. Apakah Raihan benar-benar beruntung? Ataukah ini hanya takdir yang dipaksakan?
Di dalam hatinya, Syakila terus bertanya-tanya, mengapa ia merasa tidak nyaman setiap kali memikirkan Reihan. Pria itu tampan, mapan, dan dari luar, tampak seperti pasangan yang sempurna. Tapi setiap kali mereka bertemu, ia selalu merasakan dinding dingin yang tak terlihat di antara mereka, seolah ada sesuatu yang ditahan, yang tidak ingin diungkapkan.
"Ayo keluar, sayang. Nak Reihan dan pak penghulu sudah menunggumu di sana," kata Bu Azizah seraya tersenyum bahagia.
"Iya, Bu," sahut Syakila dengan tersenyum tipis seakan menyembunyikan sesuatu yang tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata.
Bu Azizah mengulurkan tangannya, menarik tangan Syakila dan membawanya ke dalam genggaman. Lalu mereka berjalan keluar dari dalam kamar tersebut.
Wanita paruh baya itu sangat bahagia saat melihat putrinya menikah dengan Reihan, putra temannya.
Saat Syakila berjalan ke luar menuju halaman rumah tempat pernikahan mereka akan dilangsungkan, ia melihat Reihan sedang berdiri di depan, mengenakan pakaian pengantin dan jas warna putih yang tampak gagah. Namun, tatapan matanya tidak seperti yang Syakila harapkan. Mata Reihan tampak kosong, tanpa kilau kebahagiaan yang seharusnya ada pada pengantin pria di hari pernikahannya.
Reihan tidak pernah benar-benar melihatnya. Syakila merasakan itu dengan sangat jelas, seolah-olah ia hanya menjadi bayang-bayang di latar belakang hidup Reihan, bukan cahaya yang menerangi hari-harinya. Tapi ia mengabaikan perasaan itu, mencoba untuk percaya bahwa semuanya akan berubah seiring dengan berjalannya waktu.
"Syakila, jangan melamun gitu, ibu tahu kamu sudah tidak sabar lagi kan ketemu nak Reihan?" Kata Bu Azizah.
Lagi-lagi Syakila hanya tersenyum tipis. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Syakila tahu semua orang mengatakan jika dirinya beruntung mempunyai calon suami yang tampan dan berseragam, tapi tidak dengan hati Syakila.
Syakila di tuntun sang ibu duduk di kursi yang ada di samping calon suaminya, lalu Bu Azizah menutup kepala Reihan dan Syakila dengan kerudung putih.
Ayah Syakila sudah meninggal, yang sekarang menjadi wali nikahnya adalah sang paman. Dengan di bimbing pak penghulu, Reihan mengucapkan ijab qobulnya di depan semua orang yang hadir dalam acara tersebut.
"Saya terima nikah dan kawinnya Syakila Humaira binti almarhum bapak Ahmad Aziz dengan mas kawin emas antam sepuluh gram dan uang dua puluh lima juta rupiah di bayar tunai!" Ucap Reihan dengan satu tarikan napas.
"Bagaimana para saksi?"
"SAH...!"
"Alhamdulillah..."
Pernikahan berjalan lancar dan penuh khidmat sesuai dengan rencana. Janji suci diucapkan, cincin disematkan, dan doa-doa dipanjatkan. Namun, di dalam hati Syakila, ia merasakan ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang tidak dapat ia sebutkan, tetapi terasa begitu nyata.
Saat pesta berlangsung, Syakila melihat Reihan duduk di sampingnya, namun pikirannya tampak jauh. Reihan lebih sering memandang ponselnya daripada berbicara padanya. Ketika Syakila memberanikan diri bertanya, "Kamu baik-baik saja?" Reihan hanya mengangguk singkat tanpa menoleh sedikitpun. Padahal mereka baru saja sah menjadi pasangan suami istri beberapa saat yang lalu.
Malam harinya setelah pesta usai dan mereka berada di kamar pengantin, keheningan yang berat menggantung di antara mereka. Raehan terlihat gelisah, seperti orang yang dipaksa berada di tempat yang tidak diinginkannya. Pria itu berjalan kesana kemari dan tak bisa tenang.
Syakila akhirnya tidak bisa menahan diri untuk bertanya kepada pria yang sudah sah menjadi suaminya itu. "Mas Reihan, ada apa? Aku merasa kita tidak benar-benar saling mengenal. Apakah kamu benar-benar ingin pernikahan ini?"
Reihan menghela napas panjang, akhirnya dia menatapnya dengan mata yang dipenuhi dengan rasa bersalah. "Maafkan aku, Syakila. Aku tidak bisa berpura-pura lagi sekarang. Ada seseorang dalam hidupku, dan aku tidak bisa mengabaikannya."
Kata-kata itu seketika menghantam Syakila seperti badai yang tiba-tiba datang tanpa peringatan. "Seseorang?" suaranya bergetar, sulit baginya untuk menerima kenyataan yang baru saja diucapkan.
"Namanya Sonia. Aku mencintainya, dan aku ... aku tidak tahu harus bagaimana." Raehan mengakui dengan berat hati.
Hatinya Syakila terasa hancur berkeping-keping, dan air mata yang selama ini ia tahan akhirnya mengalir tanpa henti. Syakila merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tidak bisa ia hindari. Pernikahan yang ia harapkan bisa menjadi awal dari kehidupan yang bahagia ternyata hanyalah ilusi belaka.
"Kalau mas tidak bisa mencintaiku, kenapa mas mau menikah denganku, mas, kenapa?" Tanya Syakila dengan suara bergetar.
"Semuanya ini karena kehendak orang tuaku. Aku tidak bisa menolak permintaan ibuku untuk menikah denganmu," kata Reihan tanpa merasa bersalah sedikitpun pada Syakila.
Malam ini, malam pertama pernikahan mereka berdua, dimana kebanyakan pasangan pengantin saling mengenal satu sama lain. Tapi tidak dengan Syakila dan Reihan, malam pertama pernikahan mereka sekarang seperti neraka. Bagaimana tidak, Reihan dengan entengnya mengatakan mencintai perempuan lain di depan istrinya sendiri.
Syakila menjatuhkan dirinya di atas ranjang, meringkuk, menangis di atas tempat tidur, masih mengenakan pakaian pengantinnya. Reihan memilih untuk berbaring di samping Syakila, lalu memejamkan matanya dan tak memperdulikan perempuan yang sudah sah menjadi istrinya itu.
"Ya Allah, kenapa pernikahanku jadi seperti ini. Apa salahku ya Allah, kenapa?" Gumam Syakila dalam hati.
Seharusnya Syakila menyadari semua ini sejak pertama kali bertemu dengan Reihan. Kecurigaan Syakila semakin dalam saat mereka nikah kantor beberapa bulan lalu, karena jarang sekali bertemu karena alasan sibuk dengan pekerjaan, Syakila mulai menyangkal pikirannya sendiri. Dan sekarang semuanya sudah terbukti, bahkan Reihan sendiri yang mengatakan kalau Reihan mencintai perempuan lain, tidak dirinya yang sudah sah menjadi istrinya. Hati Syakila benar-benar hancur berantakan. Tapi mau tidak mau Syakila harus tetap menjalani pernikahan ini.
Malam itu, dalam keheningan yang mencekam, Syakila menyadari bahwa ia menikah dengan seorang pria yang hatinya bukan miliknya. Ia hanyalah istri bayang-bayang, yang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa cinta sejati tidak selalu datang setelah pernikahan.
***
Naura, seorang desainer muda yang berjuang menyelamatkan bisnisnya, setuju menikah kontrak dengan Adrian, seorang pengusaha sukses yang terdesak tuntutan keluarga. Tanpa melibatkan perasaan, mereka memulai hidup bersama sebagai pasangan yang dingin dan penuh batasan. Namun, di balik kesepakatan formal itu, perlahan tumbuh benih cinta yang tak terduga. Ketika mantan Adrian dan intrik keluarga besar mulai mengancam, mereka dihadapkan pada pilihan sulit. Bertahan bersama atau menyerah pada kesepakatan awal. Bisakah cinta yang lahir dari keterpaksaan menjadi sesuatu yang abadi?
Hana terdesak oleh masalah keuangan keluarganya, hingga ia menerima tawaran pernikahan kontrak dari Ray, seorang CEO tampan yang memerlukan istri pura-pura demi menyelamatkan reputasinya. Kesepakatan mereka jelas tanpa cinta, tanpa perasaan. Namun, seiring waktu, benih cinta mulai tumbuh di antara mereka. Ketika rahasia kelam dari masa lalu Ray dan ancaman dari pesaing bisnisnya muncul, Hana dan Ray dihadapkan pada pilihan sulit. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk bertahan di tengah semua kepalsuan?
Ketika Nadia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu Raul tentang kehamilannya, dia tiba-tiba mendapati pria itu dengan gagah membantu wanita lain dari mobilnya. Hatinya tenggelam ketika tiga tahun upaya untuk mengamankan cintanya hancur di depan matanya, memaksanya untuk meninggalkannya. Tiga tahun kemudian, kehidupan telah membawa Nadia ke jalan baru dengan orang lain, sementara Raul dibiarkan bergulat dengan penyesalan. Memanfaatkan momen kerentanan, dia memohon, "Nadia, mari kita menikah." Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, Nadia dengan lembut menjawab, "Maaf, aku sudah bertunangan."
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Memiliki wajak cantik dan tubuh sempurna justru mengundang bencana. Sherly, Livy dan Hanny adalah kakak beradik yang memiliki wajah cantik jelita. Masing-masing dari mereka sudah berkeluarga. Tapi sayangnya pernikahan mereka tak semulus wajah yang dimilikinya. Masalah demi masalah kerap muncul di dalam hubungan mereka. Kecantikan dan kesempurnaan tubuh mereka justru menjadi awal dari semua masalah. Dapatkah mereka melewati masalah itu semua ?
"Kamu butuh pengantin wanita, aku butuh pengantin pria. Bagaimana kalau kita menikah?" Karena sama-sama ditinggalkan pasangan masing-masing, Elis memutuskan untuk menikah dengan pria asing cacat dari tempat pesta pernikahan sebelah. Mengasihani keadaan pria yang cacat itu, dia bersumpah untuk memanjakannya begitu mereka menikah. Sedikit yang dia tahu bahwa pria itu sebenarnya adalah pebisnis kaya raya yang berkuasa. Joshua mengira Elis hanya menikah dengannya demi uangnya, dan berencana menceraikannya ketika wanita itu tidak lagi berguna baginya. Namun setelah menjadi suaminya, dia dihadapkan pada dilema baru. "Wanita itu terus meminta cerai, tapi aku tidak ingin bercerai! Apa yang harus kulakukan?"
Dia seperti dewa penjaga dalam hidup nya, selalu ada untuk dirinya baik di saat suka maupun duka, kesan pertama saat mommy nya memperkenalkan laki-laki tersebut sebagai calon Daddy tiri nya dia bahagia, setidaknya ada sosok lain yang akan menjaganya hingga akhir juga melindungi mommy nya dan membuat mereka aman dari gangguan orang-orang disekitar tapi bagaimana jika kebahagiaan setelah pernikahan mommy nya dan laki-laki tersebut berubah karena sebuah tragedi berdarah?. Pada akhirnya dia harus ikut laki-laki tersebut dan tinggal dengan nya dalam jutaan pertimbangan keluarga, dan siapa sangka malaikat berwajah tampan tersebut sangat pandai menjebak nya yang lugu dan polos, dalam rasa ketidak tahuan dari awalnya pelukan, curi-curi ciuman, tidur di kamar dan kasur yang sama hingga tangan-tangan kokoh dan hangat tersebut mulai bergerak nakal menggoda nya dalam rayuan mulut seorang malaikat penjaga. Masa SMA dalam kepolosan nya, dimanfaatkan sang daddy tiri secara halus dan perlahan menjadikan dia satu-satunya gadis yang terus berada di bawah Cengkraman Daddy nya tersebut. Dan hubungan daddy anak tersebut berubah menjadi hubungan terlarang di belakang semua orang.
Zain, seorang pengusaha terkenal yang terlihat muda di usianya yang mendekati empat puluh. Ia adalah seorang pria yang nyaris sempurna tanpa cela. Namun, tidak seorang pun yang tahu. Lima tahun yang lalu pasca menyaksikan pengkhianatan istrinya, Zain mengalami kecelakaan tragis. Dampak kecelakaan itu ia mengalami disfungsi seksual. Demi harga dirinya, Zain menjaga aib itu rapat-rapat. Namun, hal itu dimanfaatkan Bella untuk berbuat semena-mena. Kecewa karena Zain tidak mampu memberinya kepuasan, Bella bermain gila dengan banyak pria. Zain tidak berkutik, hanya bisa pasrah karena tidak ingin kekurangan dirinya diketahui oleh orang banyak. Namun, semuanya berubah saat Zain mengenal Yvone, gadis muda yang mabuk di kelab malam miliknya. Untuk pertama kalinya, Zain kembali bergairah dan memiliki hasrat kepada seorang wanita. Namun, Yvone bukanlah gadis sembarangan. Ia adalah kekasih Daniel, anak tirinya sendiri. Mampukah Zain mendapatkan kebahagiaannya kembali?