Ia duduk di tepi ranjang, memandangi lantai tanpa benar-benar melihatnya, tenggelam dalam pikirannya yang
hati sambil mencoba mencerna kenyataan pahit yang baru saja menghampirinya. Reihan, yang seharusnya menjadi pasangan hidupnya, ternyata masih terjebak dala
bisik hati kecilnya. "Apakah artinya
mencoba tersenyum, tetapi itu terlihat dipaksakan. Syakila tidak membalas,
kila," kata Reihan, sua
di sudut kamar, mencoba mencari kata-kata yang tepat
lebih baik daripada terus berpura-pura," Reihan memu
ejak kejujuran yang selama ini ia rindukan. "Kenapa kamu set
ka bilang kamu wanita yang baik, dan bahwa ini adalah keputusan yang tepat untuk masa de
enjadi hantu dalam kehidupannya, menghantui setiap harapannya tentang masa depan. "Apa
erasa terjebak di antara dua dunia yang berbeda. Aku in
dakpastian yang menghantui setiap inci hatinya. Ia tahu bahwa dirinya berada
suatu bersama, Reihan. Tapi sekarang aku tidak tahu aerat beban yang telah ia letakkan di pundak Syakila,
rkata, "Aku akan pergi sebentar.
ergi. Setelah Reihan meninggalkan kamar, Syakila merasa sepi dan hampa.
s menunggu keputusan yang mungkin tidak akan pernah datang dari Reihan
untuk membersihkan diri. Syakila merasa sangat berantakan, bukan ha
a di belakang rumah orang tuanya. Di sana, ia duduk di sebuah bangku kayu yang sepi, mencoba merenungi nasibnya.
menoleh dan melihat ibunya datang dengan senyuman lembu
ini cukup dingin," kata ibunya sambil
erlalu berat untuk benar-benar menikmati mo
eihan pamit sama ibu, katanya dia di panggil sama atasannya. Kamu sih, mentang-mentang
ra apa pada ibunya. "Apakah aku harus mengatakan
belum menjawab. "Nak Reihan laki-laki yan
ia tahan akhirnya mengembun di pelupuk mata
kan kamu dengan putra temannya. Kami hanya bisa menunai
atinya. "Karena orang tuanya memintanya, sama seperti Ibu dan almarhum bapak dul
ernah berpesan kepada Syakila dan Bu
Kamu harus bisa jadi istri yang
nya. Tapi Syakila tidak bisa menjawab iya ataupun
*
kipun hatinya terasa kosong. Dia menyapa Bu Azizah dengan sopan, bercakap-cakap sejenak di ruang tamu tentang
tuk pintu dan masuk. Syakila yang sedang duduk di tepi ranjang, menatapnya dengan mata yang penuh harap n
waktunya kita tinggal di rumah orang tuaku,
rus dia mainkan sebagai istri. Dengan tangan yang gemetar, dia ikut membantu Reihan mengemas
anita lain-Sonia, yang begitu sempurna di mata Reihan. Syakila sadar bahwa dirinya hanya sebuah bayangan dalam kehidupan Reihan, s
k Syakila keluar. Sesampainya di ruang tamu,
di kantor, lain kali kami akan sering berkunjung ke sini," kata Reihan
gerti, titip Syakila ya nak. Jaga
anya itu dengan sopan lalu keluar dari r
lahirkannya. Mata Syakila berkaca-kaca namun dia berus
istri yang baik, kamu harus ikut kemanap
isa mengangguk menan
ihan-rumah yang sebenarnya tidak pernah benar-benar menjadi rumah bagi Syakila. Dengan penuh k
telah Syakila masuk ke dalam mobil tersebut, Reihan s
a Reihan, mereka berdua hanya diam. Tak
suki halaman rumah. Dan Syakila yakin
per miliknya dan koper milik Syakila. Sedan
ila mengikuti Reihan masu
" Ucap Reihan saat m
ang membawa menantu kesayanganmu!" Kata Bu Rah
ersenyum saat me
rang tuamu juga." Bu Rahma memeluk Syakila dengan sayang. "Te
ersenyum.
ertuanya, kini Syakila mencium
ami langsung istirahat di kama
emang maunya sering berduaan di kam
enyembunyikan rasa malu dan sedihnya. Sungguh Syakila
*