"Anak-anak manis, kalian tidak apa-apa?" Kedua anak kembar itu mendongak, wajah mereka sudah dibasahi hujan dan air mata. Mendadak, kedua anak itu berteriak keras sambil memeluk Althea. "Mamaaaa...!!" "Wait... Mama? Siapa Mama?" "Eh, tunggu. Kalian siapa?" tanyanya bingung. "Oh, ada mamanya. Bagaimana kerja kamu jadi jadi orang tua, hah! Anak dibiarin hujan-hujan. Lihat, nih, saya hampir jatuh karena ngindarin anak itu!" Althea, seorang dokter muda mandiri yang tidak mengenal kata manja. Ia dibesarkan oleh orangtua tunggal, Mama-nya, setelah Papa-nya meninggal karena terlambat mendapat penanganan medis. Sang Papa adalah pekerja keras yang memilih meninggalkan kekayaan keluarganya dan hidup bersama Mama-nya. Setelah kepergian Sang Papa, Opa dari Papa-nya kembali datang untuk membawa Althea dan Mama-nya masuk menjadi bagian keluarga. Ketulusan dan kebaikan hati Althea dan Sang Mama membuat Opa-nya begitu menyayangi dan mempercayakan seluruh asset-nya untuk mereka kelola. Hingga di akhir hayatnya, Sang Opa mewariskan seluruh asetnya kepada keduanya. Hal ini menimbulkan konflik dengan Sang Tante serta sepupu-sepupunya. Kelembutan hati Althea membawanya bertemu dengan sepasang anak kembar yang telah ditinggal meninggal oleh Mama-nya sejak kecil. Rasa senasib karena harus hidup dengan orangtua tunggal, membuat Althea sangat memahami kesepian anak-anak itu. Terbukti dengan begitu mudahnya ia dekat dan sayangnya Althea pada kedua anak kembar – anak tetangganya itu. Kedekatannya dengan anak-anak itu membuat mereka merasa aman dan bergantung pada Althea. Siapa sangka, kasih sayangnya pada anak-anak itu membawanya pada kisah cinta yang tidak biasa namun tetap indah. Sementara itu Evander, duda keren beranak dua, tidak pernah menyangka bahwa usahanya untuk membentengi diri dari wanita demi anak-anaknya, justru dibuat kembali merasakan jatuh cinta seperti anak remaja oleh seorang wanita unik. Kisah cinta mereka tidak semulus jalan tol, juga tidak secantik taman bunga, tapi cukup menggemaskan dan penuh tantangan.
Surabaya di pagi hari, sekalipun cuaca cerah dan udara masih menyisakan kesegarannya. Langit terlihat biru dengan gumpalan lembut berwarna putih yang menggantung serta sinar matahari yang menghangatkan. Masih pukul 07.00, belum terlalu siang namun geliat kota sudah mulai tampak.
Di sisi Barat kota, ada komplek perumahan sederhana yang umum dihuni para pekerja industry. Memang di wilayah Barat kota ini masih berbatasan langsung dengan kawasan industry yang padat di kabupaten tetangganya. Komplek perumahan sederhana yang berada di ujung Barat kota, dengan fasilitas kesehatan yang masih kurang, karena untuk mencapai Rumah Sakit terdekat saja membutuhkan waktu 30 menit berkendara dengan kecepatan tinggi.
Tepat di depan gerbang perumahan, berdiri sebuah bangunan berarsitektur modern minimalis dengan dominasi warna putih. Pada pintu masuk terdapat papan nama besar yang menunjukkan nama sebuah Klinik Kesehatan. Sebuah klinik sosial yang Althea dirikan bersama beberapa temannya, sederhana saja dan melayani pasien-pasien yang tidak memiliki biaya.
Pasien mulai berdatangan baik anak-anak maupun lansia, siap untuk mendapat perawatan tanpa memikirkan biaya yang besar. Klinik ini adalah impian Althea sejak kecil, tepatnya sejak Papanya meninggal tanpa mendapatkan perawatan karena keterbatasan biaya. Dan takdir berkata lain, setahun sejak kematian Papanya, Opa dari pihak Papanya yang tidak pernah ia kenal sebelumnya hadir dalam kehidupannya dan merubah seluruh jalan hidupnya.
Kembali ke masa kini. Di bagian depan bangunan berlantai tiga ini, terdapat beberapa kursi panjang yang disediakan untuk para pasien yang menunggu giliran diperiksa. Dilengkapi dengan meja pendaftaran dan sarana pendaftaran yang lengkap, membuat antrian tidak perlu menunggu lama.
Beberapa pasien yang sudah mendapatkan nomor pemeriksaan sedang duduk di depan beberapa ruang periksa, dan beberapa yang lain di antaranya sedang melakukan pengecekan tekanan darah dan timbang badan di meja depan ruangan dokter.
Klinik itu dibangun dari hasil patungan Althea – yang disponsori oleh sang Opa – dan tiga orang temannya yang sama-sama bersekolah di bidang kedokteran. Mereka sudah berkawan karib sejak awal pendidikan kedokteran di Kota Pahlawan itu. Althea sendiri adalah seorang Dokter Spesialis Anak. Ia dan teman-temannya memilih menjadi seorang tenaga medis relawan di Klinik itu, selain menjalani dinas di Rumah Sakit Swasta ternama di wilayah barat kota.
Althea duduk sambil menegakkan punggung, menatap wanita awal pertengahan yang datang bersama sepasang anak di depannya. Keduanya berusia kisaran awal 20-an tahun. Tatapan kesal ia layangkan ke mereka bertiga bergantian. Saat ini prakteknya sedang ramai, dan ia kehilangan banyak waktu karena ketiga tamunya. Sebenarnya, bisa saja Althea mengabaikan tamu-tamunya ini, sayangnya, ia tidak suka ada keributan.
"Kamu harus bantu gugurin janin ini!" Si wanita itu berkata dingin dan angkuh. "Kamu pasti kenal sama Dokter Kandungan di sini kan!"
Althea mengangkat bahu. "Nggak tahu."
"Apa katamu?" Wanita itu melotot. "Ingat, ya! Kamu bisa jadi Dokter begini itu karena uang Papaku. Kamu harusnya tahu diri! Kamu dan Mamamu itu sama saja, nggak punya malu!"
Althea bangkit dari kursi dan bersedekap. "Aku nggak peduli kalian mau ngomong apa. Aku bisa jadi Dokter karena karena beasiswa, bukan karena uang Opa. Asal kalian tahu selama ini Mama aku yang telah merawat Opa sampai tutup usia, kemana kalian saat Opa masih ada? Datang untuk meminta warisan, hah!"
"Hah, emang bener, ya, gosip. Kalau anak perempuan yang dibesarkan sama Ibu dari panti asuhan itu, emang suka jelek sikap sama sifat. Buktinya sekarang! Jelas-jelas kami cucu kandung Opa, tapi selalu kamu persulit kalau kami butuh sesuatu. Padahal kamu bisa masuk Universitas itu kan karena uang dan koneksi Opa!" Si anak perempuan membuka suara dengan lantang.
Althea tersenyum kecil, mengabaikan hinaan itu. la sudah terbiasa diperlakukan kasar setiap kali bertemu mereka. Selama ini, ia selalu sabar karena mamanya yang meminta. Kini, ia sendirian dan tidak akan menyerah begitu saja. Tante dan para sepupunya ini memang tidak pernah bersikap baik, bahkan sejak dahulu ketika kakeknya masih ada. Mereka menganggap ibunya-lah yang telah mempengaruhi sang ayah untuk meninggalkan keluarga mereka, dan memilih hidup sederhana dengan ibunya.
"Opa kamu, Opa aku juga. Beliau tetap orangtua Papa aku, sekalipun kalian menentang pernikahan Papa dan Mama. Selama Opa hidup kalian hanya berfoya-foya, nggak peduli pada kesehatan Opa! Mama aku yang telah merawat Opa, sejak kami dibawa kembali ke rumah besar! Jadi, salah siapa kalau Opa lebih mempercayakan warisannya pada kami?" Althea berkata tegas dan penuh penekanan.
Mereka terdiam tapi tidak ada yang beranjak. "Selama belasan tahun ini, Mama aku berjuang sendirian tanpa bantuan kalian. Kalian hidup enak menggunakan uang Opa, dan baru datang setelah Opa mencabut hak waris kalian. Sekarang, anak perempuan kamu hamil nggak ada suaminya, trus mau minta aku carikan tukang gugurin kandungan? Gila aja kalian!"
Si anak laki-laki yang semula terdiam, berdehem membenahi kera kaosnya dan maju. "Kak, tolong jangan emosi dulu. Mari kita bicarakan masalah ini baik-baik."
"Clay! Tutup mulut kamu! Dia itu lagi ngehina-hina kita, ko kamu malah manggil dia, Kak sih." Si anak perempuan menarik lengan kaos adiknya. "Mundur, biar aku yang hadapi Perempuan ini."
Dua gadis itu kini berdiri berhadapan, Althea menolak untuk tunduk pada perempuan yang tingginya beberapa centi di bawahnya itu. Susah payah ia berjuang mengejar beasiswa dan menjadi mahasiswa berprestasi. Ia bangun karir Dokternya dengan keringat dan air matanya. la tidak akan melanggar sumpah Hipokrates-nya, sekalipun berada di bawah ancaman keluarganya. Meskipun mereka yang berdiri di depannya ini tidak pantas disebut sebagai keluarga.
"Mau apa, kamu, hah? Ngajak rebut di sini?" la meraih pergelangan tangan dan mengikat rambutnya. "Sebaiknya, kalian pergi sebelum security dan teman-teman aku datang!"
"Aku nggak takut!"
"Calista! Tahan diri!"
Sang ibu maju, menarik anak perempuannya dan berdiri berhadapan dengan Althea. Wanita itu tersenyum mengejek.
"Kamu tahu nggak, Opa bilang apa soal kamu? Katanya, kamu dan mama kamu yang nggak jelas asal usulnya itu yang tidak pernah diterima dalam keluarga besar kami! Kamu tidak tahu itu, 'kan? Mama kamu menikah dengan Papa kamu tanpa restu Opa, saat Opa tahu ia mengusir Papa kamu dari keluarga kami. Jadi, kamu masih anggap Mama kamu perempuan baik-baik? Kamu salah!"
Althea mengepalkan tangan, merasa geram. Tidak masalah mereka mau menghinanya soal apa, tapi ia tidak akan terima kalau menyangkut Mamanya. Lagipula itu adalah masa lalu, Opa bahkan sudah meminta maaf langsung kepadanya dan Mamanya di depan makam sang Papa. Dahulu memang Opa tidak setuju dengan pernikahan Papa dan Mama, namun kemudian Opa menyesal dan mencari keberadaan mereka meskipun terlambat untuk bertemu Papa kembali.
"Keluar kalian dari sini, atau aku panggilkan security!"
"Kamu berani sama kami!" Calista berteriak.
"Kenapa nggak? Maju barengan, biar sekalian bonyoknya!"
Althea menekuk kaki, siap-siap untuk memukul. Pintu ruangan terbuka, seorang pria berpotongan tegap dan berambut cepak datang dan menatap mereka dengan menaikkan sebelah alis.
"Kalian berisik sekali, di luar lagi banyak pasien. Dokter Althea, aku sudah panggil polisi dan sedang dalam perjalanan kemari."
"Maa, kita pulang." Clay menarik tangan mamanya. "Jangan sampai dibawa ke kantor polisi lagi. Ayo!"
Rania menggeram marah, menatap Althea penuh dendam. "Aku akan datang lagi, sampai kamu mau nurutin perintah aku! Camkan itu, Jalang!"
Althea melotot. "Aku tidak akan kalah sama tukang ribut macam kalian, dasar freak!"
Clay menarik tangan sang mama dan kakaknya untuk segera angkat kaki. Masih dengan menggumamkan sumpah serapah, mereka meninggalkan klinik itu. Clay memberikan senyuman canggung dan menundukkan kepala sebagai bentuk pamitnya pada sang kakak sepupu.
Sepeninggal mereka, Althea terduduk di kursi kerjanya dan mengusap wajah. Mood-nya memburuk setelah bersitegang dengan tante dan sepupunya. Bukan kali ini saja mereka bersitegang untuk masalah-masalah sepele, hanya saja kali ini berbeda kondisinya.
"Sudah tahu bakalan berantem. Ngapain masih mau ditemuin Dok?" ucap si pria tadi yang ternyata anggota security di klinik itu.
"Aku juga nggal tahu bakalan gini. Sial! Mereka ngata-ngatain Mama aku lagi."
"Dokter nggak percaya gitu aja kan?"
Althea menatap pria itu lalu mengangkat bahu. "Nggak tahu, tapi kenyataannya emang Papa Mama aku menikah tanpa restu, tapi itu dulu. Sekarang bahkan almarhum Opa sudah meminta maaf langsung kepada kami. Aku butuh minum."
la membuka lemari pendingin di ruangan itu dan meraih sebotol air mineral dingin, bangkit dari kursi kerjanya menuju jendela ruang kerjanya yang tidak tertutup. Ia membiarkan cairan dingin itu mengalir dalam tenggorokannya, mendinginkan perasaannya yang memanas setelah pertemuan dengan keluarganya tadi.
"Mama Dokter bagaimana?" tanya pria itu.
"Mama aku jauh lebih kuat, beliau yang meminta aku untuk selalu sabar menghadapi orang-orang itu. Sejak kecil Mama sudah terbiasa menerima perlakuan kasar tante, anehnya kalau ada Opa tante nggak akan bersikap kasar sama Mama"
Pria itu menghampiri Althea dan berucap dengan nada menghibur. "Jangan sedih lah, Dok. Dokter itu nggak cocok kalau jadi orang sedih."
Beranjak meninggalkan ruangan, pria itu membalikan badan karena teringat sesuatu. "Oya Dok, nanti malam ada jamuan makan malam para Dokter. Di Roof Top Resto Hotel Whestern. Undangan Dokter aku titipkan ke Dokter Gania tadi."
Althea menoleh. "Perasaan tiap mau weekend selalu ada yang mengundang makan malam, siapa lagi kali iní?"
"Dokter Diana. Beliau syukuran pengangkatan Dokter Spesialis THT di Rumah Sakit Mitra Sehat, kami juga tadi dapat bingkisan syukuran Dok. Dokter nanti tinggal datang buat berseneng-seneng. Dokter Tamara dan Dokter Yolanda juga mau ikut. Banyak Dokter Muda juga katanya Dok."
Althea mengangguk, menandaskan air putihnya sampai habis lalu bersiap kembali untuk menerima pasien selanjutnya. Prakteknya saat ini sedang ramai, polusi udara sangat buruk sehingga banyak anak yang terserang ISPA. la tidak akan membiarkan mood-nya lebih rusak setelah bertemu dengan tante dan kedua sepupunya, karena banyak anak yang membutuhkan bantuannya.
Sayangnya, niat tidak sejalan dengan kenyataan. Ucapan sang tante, Rania, yang mengatakan kalau Mamanya bukan wanita baik-baik, benar-benar membuatnya sakit hati dan sedih secara bersamaan. Ia tidak perlu mencari pembenaran, karena baginya sejak Opa menemukan mereka dan meminta maaf langsung, masa lalu diantara mereka sudah selesai. Ucapan Rania yang menari-nari di dalam pikirannya, coba ia lupakan.
Untunglah, masih ada jamuan makan malam ini untuk didatangi, setidaknya ia bisa menghabiskan waktu dengan bersenang-senang dan menambah kolega Dokternya. Mungkin itu adalah cara terbaik untuk melupakan tentang kekesalan dan kekecewaan yang ia alami. Ia mengepalkan tinjunya dan bersumpah untuk menikmati malam ini dengan sepenuh hati.
la akan mengenakan pakaian terbaiknya dan berangkat ke jamuan makan malam. la mengobrol dan bersenda gurau dengan teman-temannya. Semakin banyak topik obrolan yang mereka bicarakan, semakin jauh ia merasa dari kegagalan dan kesedihannya.
Kamari terjebak pada cinta pertamanya, seorang pemuda tampan yang menjadi tetangga sekaligus teman dikala dirinya bosan di rumah. Namun siapa sangka, cintanya harus kandas karena Sang Pemuda memilih untuk menikah dengan pilihan orangtuanya. Beberapa tahun berpisah, namun perasaan Kamari tidak pernah berubah, dan kini dia dipertemukan kembali dengan Sang Cinta Pertama dalam keadaan yang berbeda. Apa yang terjadi dengan kehidupan Kamari setelah menyadari bahwa pernyataannya untuk menunggu Sang Pemuda hingga menjadi Duda akhirnya terwujud? Bagaimana reaksi Kamari yang dulu mengejar Sang Pemuda, saat menyadari kini dirinya yang sedang di kejar-kejar?
Apa yang kamu lakukan jika tunanganmu meninggalkanmu dan memutuskan untuk menikah dengan wanita lain saat pernikahan kalian sudah dekat? Menangis semalaman karena patah hati atau bermain cantik untuk membalas dendam pada mereka yang melukaimu? Ya, Elaina bukan Cinderella, namun ia kehilangan sebelah sepatunya saat mengacau di pesta pernikahan sang mantan tunangan. Setelah mendapati tunangannya menikah dengan gadis lain, beberapa hari setelah memutuskan hubungan dengannya. Ia dengan diliputi sakit hati dan dendam, berencana mengacaukan pernikahan itu, namun gagal. Elaina bukan Cinderella, namun penderitaan karena sakit hatinya tidak kurang dari penderitaan Cinderella yang ditindas Ibu tirinya. Setelah rencana mengacau itu gagal, ia justru dibawa takdir kepada kisah baru untuk kehidupannya. Dalam keadaan putus asa dan patah hati, Elaina bertemu Alister, pria tampan yang karismatik dan juga berbahaya. Elaina bukan Cinderella, namun siapa sangka, Alister – yang adalah orang terdekat dari mantan tunangannya – justru menjadikannya bak Cinderella. Memberikan warna baru bagi Elaina, sekaligus menjadi medianya untuk membalaskan sakit hatinya pada sang mantan tunangan. Bagaimana kisah ini berakhir?
Fernanda menjalin hubungan tanpa cinta dengan Daniel. Dua tahun bersama hanya ada sex di antara mereka. Sementara Daniel menyimpan rasa cinta, Fernanda berkutat dengan sakit hati karena masa lalu. Gagalnya pertunangan membuat Amanda terpuruk dan harus bangkit dengan tekanan dari lingkungan dan orang-orang sekitarnya. Pribadinya yang tegar dan pantang menyerah, menjadikannya makin kuat demi kedua orangtuanya. Sayangnya, semua upaya menyembuhkan luka hatinya justru membutakannya dari perhatian dan cinta tulus yang ditawarkan oleh Daniel. Dan saat keadaan membuatnya bimbang, Fernanda baru disadarkan akan rasa kehilangan sosok yang selama ini hanya dianggapnya teman. Kisah sederhana tentang cinta, hubungan tanpa status, dan wanita yang berusaha keluar dari rasa jiwa yang terluka.
Michaela remaja yang baru beranjak dewasa kabur dari rumah. Daddy-nya, Agam, mengira Michy kabur karena tidak mau dijodohkan dengan Dilan, putra dari rekan bisnisnya. Ternyata Agam salah duga, bukan perjodohannya alasan utama Michy kabur, tapi alasan sebenarnya adalah karena Michy tidak setuju Bianca – mommy yang meninggalkannya begitu saja setelah melahirkannya – ingin kembali pada Agam dan tinggal berJosha mereka. Pelarian Michy dan kemunculan mommy kandungnya membuka tabir rahasia keluarga mereka. Asal usul kelahiran Michy, wasiat keluarga dan perasaan terlarang yang disimpan rapat-rapat mulai terkuak satu demi satu. Ditempatkan pada posisi menjaga perasaan orang yang dicintai dan menjalankan amanat dari orantuanya, Michy dan Agam harus memperjuangkan keluarga mereka. Perebutan harta warisan dan segala intrik yang diseratai penculikan terjadi untuk memecah belah keluarga mereka. Pada akhirnya semua rahasia harus terkuak dan membawa lembaran kehidupan baru bagi Michy dan Agam.
Renata Deanita akhirnya kembali jatuh cinta, setelah cukup lama menyandang status single. Dan yang lebih parahnya, ia harus jatuh cinta dengan atasannya yang terkenal galak, dingin, angkuh serta memiliki tatapan setajam elang. Arjuna Tunggajaya Nuraga, pria yang disukai oleh Renata secara diam-diam. Namun, siapa sangka ternyata Arjuna juga memiliki rasa yang sama terhadap Renata. Hanya saja dia terlalu takut untuk mengungkapkannya. Bukan apa-apa, tapi karena Arjuna tak ingin mengulang kisah asmarahnya yang kelam—ditinggalkan oleh istrinya ketika pernikahan mereka baru menginjak usia enam bulan. Hingga sebuah ciuman spontan yang diberikan Arjuna kepada Renata mengubah segalanya, ciuman yang kemudian berlanjut menjadi malam-malam panas yang bergelora dan penuh hasrat di Kota Bandung. Hubungan mereka berjalan begitu lancar, sehingga keduanya tak ingin menunda-nunda lagi untuk membawa status mereka ke jenjang yang lebih serius—pernikahan. Tapi, apakah benar, tidak ada yang mengintai dan mengancam hubungan Renata dan Arjuna? Bagaimana kalau ancaman itu justru datang dari orang yang tidak pernah mereka duga?
"Dira, teteh titip anak teteh sama kamu", ucapnya terdengar seperti merintih. "Teteh jangan bilang gitu, teteh harus sembuh", "Teteh mau kamu gantiin teteh jadi Bunda dari anak teteh, kamu mau nikah sama Wira?" ucapnya begitu tiba-tiba. Diraya Paramitha, gadis muda yang harus dihadapkan pada kondisi kehilangan dan harus mengambil alih tanggung jawab besar atas hidup sang keponakan dan Wira Dharmawan, ayah sang bayi. Akankah Sang Pemilik Cinta membukakan hati keduanya, ataukah hanya pernikahan atas nama kewajiban yang akan keduanya jalani.
Zain, seorang pengusaha terkenal yang terlihat muda di usianya yang mendekati empat puluh. Ia adalah seorang pria yang nyaris sempurna tanpa cela. Namun, tidak seorang pun yang tahu. Lima tahun yang lalu pasca menyaksikan pengkhianatan istrinya, Zain mengalami kecelakaan tragis. Dampak kecelakaan itu ia mengalami disfungsi seksual. Demi harga dirinya, Zain menjaga aib itu rapat-rapat. Namun, hal itu dimanfaatkan Bella untuk berbuat semena-mena. Kecewa karena Zain tidak mampu memberinya kepuasan, Bella bermain gila dengan banyak pria. Zain tidak berkutik, hanya bisa pasrah karena tidak ingin kekurangan dirinya diketahui oleh orang banyak. Namun, semuanya berubah saat Zain mengenal Yvone, gadis muda yang mabuk di kelab malam miliknya. Untuk pertama kalinya, Zain kembali bergairah dan memiliki hasrat kepada seorang wanita. Namun, Yvone bukanlah gadis sembarangan. Ia adalah kekasih Daniel, anak tirinya sendiri. Mampukah Zain mendapatkan kebahagiaannya kembali?
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Dia seperti dewa penjaga dalam hidup nya, selalu ada untuk dirinya baik di saat suka maupun duka, kesan pertama saat mommy nya memperkenalkan laki-laki tersebut sebagai calon Daddy tiri nya dia bahagia, setidaknya ada sosok lain yang akan menjaganya hingga akhir juga melindungi mommy nya dan membuat mereka aman dari gangguan orang-orang disekitar tapi bagaimana jika kebahagiaan setelah pernikahan mommy nya dan laki-laki tersebut berubah karena sebuah tragedi berdarah?. Pada akhirnya dia harus ikut laki-laki tersebut dan tinggal dengan nya dalam jutaan pertimbangan keluarga, dan siapa sangka malaikat berwajah tampan tersebut sangat pandai menjebak nya yang lugu dan polos, dalam rasa ketidak tahuan dari awalnya pelukan, curi-curi ciuman, tidur di kamar dan kasur yang sama hingga tangan-tangan kokoh dan hangat tersebut mulai bergerak nakal menggoda nya dalam rayuan mulut seorang malaikat penjaga. Masa SMA dalam kepolosan nya, dimanfaatkan sang daddy tiri secara halus dan perlahan menjadikan dia satu-satunya gadis yang terus berada di bawah Cengkraman Daddy nya tersebut. Dan hubungan daddy anak tersebut berubah menjadi hubungan terlarang di belakang semua orang.
Cerita ini hanya fiksi belaka. Karanga author Semata. Dan yang paling penting, BUKAN UNTUK ANAK2. HANYA UNTUK DEWASA. Cinta memang tak pandang tempat. Itulah yang sedang Clara rasakan. Ia jatuh cinta dengan ayah tirinya sendiri bernama Mark. Mark adalah bule yang ibunya kenal saat ibunya sedang dinas ke Amerika. Dan sekarang, ia justru ingin merebut Mark dari ibunya. Gila? Tentu saja. Anak mana yang mau merebut suami ibunya sendiri. Tapi itulah yang sekarang ia lakukan. Seperti gayung bersambut, Niat Clara yang ingin mendekati Mark diterima baik oleh pria tersebut, apalagi Clara juga bisa memuaskan urusan ranjang Mark. Akankah Clara berhasil menjadikan Mark kekasihnya? Atau lebih dari itu?