sejuk masih menyelimuti. Cahaya matahari samar mulai menerobos tirai tipis yang sema
menggeliat, mengucek matanya dan mengusap wajahnya dengan tangan. Digerakkan tangan, kaki, dan bahu untuk meregangkan otot yang terasa ngilu. Entah siapa ora
kiat dan bergumam dengan suara s
tah sejak kapan membungkus tubuhnya. Dress yang ia kenakan naik hingga ke paha, menunjukkan pemandangan betis dan pahan
sudah b
erempuan kembali mengusik inderanya. Althea mengerang, tidurny
n juga nggak ada piket di IGD. Siapa y
pa sudah
-laki yang terdengar, teg
ng tua siapa yan
ang asing. Memalingkan wajah dan menatap Adelio yang tersenyum di sampingnya, dan jangan
a?" tanyany
umah
ndang telinganya. Althea akhirnya menyadari keberadaannya, ia buru-buru bangk
egi ditumbuhi bulu tipis. Kalau itu belum cukup, alis pria itu yang nyaris meny
nglindur apa su
" Adelio berteriak
da dunia kalau dia punya papa dan mama. Sepertinya ini ia ingin mend
ada Adelio dan b
ngangguk.
k disampingnya. Mata kedua bocah kembar ini membulat dengan bin
t pagi,
untuk ukuran pria tampan. Althea buru-buru bangkit dari ranjang dan berdiri goyah, ia merapikan gau
pes bener
wab gugup, wajahnya yang
mengerang dalam hati karena penampilannya
hal yang menggoda menguar dari tubuh wanita itu. Rambut kusut, make up yang memudar, dan wajah menunduk mal
sa aku jelaskan.
ehabisan kata untuk bicara. Tenggo
kon Th
di ruang makan. Silakan bersi
gangguk ki
a mint
a ijin." Althea menahan ras
Kamar mandi di sebelah sana, ada handuk baru untuk kamu pakai. Ayo, kita
an. "Mamaa, Lia tunggu,
apan sama-sama," ucap Adel
ea, Lia su
a Mama ca
yo, ke me
takut. Menatap kepergian ayah dan kedua bocah kembarnya, Althea masih bisa mendengar percakapan mereka. la menepuk dadanya yang b
unnya sungguh bukan pakaian pantas untuk berbicara dengan anak-anak. Apalagi sekarang ada sang
etampanan pria itu. Sedikit mengernyit karena nyeri di lutut, terasa saki
asuk ke rumah orang, pakai tidur di ranjangnya l
ang tidak ada jalan lain, harus menemui pria itu dan keluarganya se
t untuk langsung berlari pulang. Akhirnya menyadari kalau tindakannya akan sangat konyol. Dengan berat hati, ia menuj
bangun. Lio
ma suapi Lia aja!
ucap sambil menarik tangan Althea untuk duduk diantara dirinya dan Lia, kembarannya.
bungsunya bersama Althea. Wanita itu duduk dengan grogi, terlihat tidak nyaman. Meski begitu, tetap merai
anya Evander, sete
k untuk menatap mata pria
an ini kedua anak kembarku Adelia dan Ade
ula aku sudah kenal me
ada orang yang bisa
makan. la sedikit bingung dengan situasi yang dihadapinya sekarang. Dalam keadaan linglung karena b
ang, terima kasih sudah menolong anakku." Evander tersenyum tulu
menatap Evander. "B
ia yang duduk di sebelahnya. "Kamu sudah bilang
nya menunjukkan rasa mal
bagaimana harus meng
mengangguk. "Terima kasih, M
rang kamu bi
adis kecil itu melirik saudara kembarnya,
olah sam
sekolahnya s
edua anaknya dan membiarkan mereka melanjutk
delio. Semalam dia pergi untu
u ini bukan urusannya tapi ia
sepanjang malam. Saat tahu kalau Adelia demam dan di rumah tida
. Panta
-anak hanya di bawah pengawasan pengasuh selama
ngangguk antusias. Althea sampai takut jika kepala ke
ang dikatakan ma
p tidak percaya pada duda tampan y
. Enak." Evander menunju
tersenyum. Wanita itu akhirnya mengangguk. Mulai mencic
n kita meni
gelap mulut, dari ujung matanya Althea melihat Evander tersenyum dengan mata tertuju ke arahnya. Althea menyad