.
rjatuh, kaki kecilnya terluka. Hampir saja sebuah motor menyerempetnya. Tangis Billy makin menjadi karena ketakut, wajah peng
k tampan. Sudah... sudah... Ja
ada bersamanya. Dia menyesal, sudah merajuk dan memilih pergi dari rumah. Padahal dirinya
°♡
mereka kali ini. la tersenyum saat kedua anak kembar itu menatapnya sambil mengernyit dan te
yang mau kali
"Bi, ibu itu apa? A
ma dengan mama. Nama
ada kalo L
, sa
ang jahat ke kit
g tepat untuk menjawabnya, lalu menga
ng Lia sama
a Lio kenapa m
atuh dan
Mama kita
bahwa si kembar ini sangat merindukan kehadiran sosok Mama. Sejak mereka
gan bertanya-tanya. Ada banyak hal yang ingin ditanyakan tapi tidak ta
i. Jangan ke mana-mana, Bibi
a berdua duduk bermain di teras, tiba-tiba terdengar suara khas penjual ice cream keliling. Adelio bangkit dari
. tunggu
°♡
ggenggam erat payung ungu-nya, Althea merutuki dirinya sendiri. Tadinya ia pikir ke apotik depan komplek saja, tidak perlu membawa kend
sepeda motor yang melaju agak cepat, sesekali mencipratinya dengan air. Makin men
h tahu lagi hujan malah naik motor kenceng-kenceng!" Althea menggerut
masuk dalam komplek yang terhitung ekslusif. Mungkin karena konsep perumahan ini adalah pembelian dalam bentuk tanah kavling, sehing
n hancur. Bukan hanya sekali ia menemui kondisi jalanan depan komplek yang seperti ini. Di Surabaya rata-rata begitu. Para pengembang han
Dua blok berhasil ia lewati dan saat di kelokan terakhir langkahnya terhenti. Seorang pengendara motor sedan
, di rumah. Bukannya di
nak itu dan menutupi tubuh keduanya yang basa
nis, kalian t
dah dibasahi hujan dan air mata. Mendadak, kedua
aaaa
Mama? Sia
lian siapa?" ta
dipeluk erat. Pikirannya kacau karena ad
ng tua, hah! Anak dibiarin hujan-hujan. Lihat,
k kecil itu masih memegang erat kakinya. la berkacak pinggang, menatap pria yang sekarang sedang menatap sok galak.
Kamu yakin jatuh karena mereka dan bukan
ihat kan? Lihat ini ta
dengan mata jelinya ia bisa melihat kalau ban motor itu gundul bahkan ada beberapa bagian yan
bukannya bantu malah dimak
amu, masih nyolot! Uru
mbiarkan air membasahi tubuh dan bajunya. la menunju
kamu maju, aku gebok!" la mengayunkan payung dan berniat me
ita
Althea menghela napas panjang, menunduk dan menatap anak laki-laki
il, di man
. Althea mengamati keduanya dan menyadari kemiripan wajah mereka, sep
antar kali
engangguk.
ini tante
, kamu
il. Dengan perlahan, ia melepaskan pegangan anak itu di kakinya meraih tanga
nte anta
yang di gandengannya terluka, dan jalannya pincang. Ia memeriksa kaki dan menda
mu sa
engangguk
lam tas yang dibawa dan mengusap lecet-lecet di t
kasih,
t. "Ayo, naik punggun
ungkan lengannya yang mungil ke leher
, di mana r
ak itu menunj
nte di sana juga. Ru
bel
gga dong. Rumah tan
esuatu dan menoleh. "Rumah
angguk kompak dengan
dan lua
orang kaya bisa berkeliaran di jalanan saat hujan. Ke mana orang tuanya dan kenapa anak
ggandeng bocah laki-laki. Tangan lain berada di pinggul si bocah perempuan, memastikan anak itu tida
bik
h itu, orang-orang di depan mengha
aja, sayang? Bibik tingg
dan berniat menggendong anak
ringkuk di punggung Althea dan membua
ini?" tanya Althea. Wanit
Karena Adelia tidak mau turun, bisakah No
mah besar dengan halaman cukup luas. Sesampainya di teras dengan sebuah sofa panjang dan beberap
usap rambut anak itu.
ini kembara
ali tidak boleh keluar lagi saat
kompak dengan mata m
muda buat jadi mama. Daah, Adelio Adelia. Sampai k
. Tugasnya sudah selesai. Namun, lengkingan da
! Lio m
, Lia
a, terdengar banyak bujukan dari orang-orang pada si kembar, sayangnya anak-anak kecil itu tidak mau melepaskan kakinya. Akhirnya, ia mengalah.
kalian harus mandi mandi dan ganti baju. Dan un
nnya pada bocah yang hampir ditabrak motor, membawa banyak dampak dalam kehidupannya. Saat kakin
dan setiap malam akan melakukan panggilan video. Althea tidak tahu siapa orang tua mereka. Ia hanya mendengar dari Marni kalau sang mama sudah mening