Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Cinta Terlarang Sang Janda
Cinta Terlarang Sang Janda

Cinta Terlarang Sang Janda

5.0
64 Bab
2.2K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Rio Darwaman, seorang CEO muda yang sukses dan kaya raya, hidup dalam bayang-bayang jodoh yang selalu diatur oleh orang tuanya. Meskipun tampan dan berkepribadian menarik, Rio selalu menolak setiap kali orang tuanya mengusulkan calon pasangan. Alasannya? Rio yakin tidak ada yang benar-benar cocok untuknya. Segala kebijakan dan pencarian jodoh yang diatur oleh keluarganya selalu berakhir dengan penolakan Rio. Namun, segalanya berubah saat Rio bertemu dengan Denanda Kusuma, seorang single mom yang cantik dan baik hati. Pertemuan mereka terjadi secara tak terduga dan membuat hati Rio tergetar. Denanda, seorang wanita tangguh dengan cerita hidupnya yang sulit, memiliki pesona tersendiri yang berhasil mencuri hati Rio. Meskipun keluarganya tidak setuju, Rio memutuskan untuk mengikuti hatinya. Pilihan cintanya pada Denanda membawanya ke dalam pertarungan antara cinta dan kewajiban keluarga. Apakah Rio dan Denanda akan bersama?

Bab 1 Berusaha Move On

Sudah hampir dua tahun ini, Rio tidak menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun. Sejak kejadian kekasihnya yang ditikung secara licik oleh pria lain, membuatnya hingga kini masih menutup rapat hatinya. Belum ada satu pun wanita yang berhasil mengetuk dinding pertahanannya.

Orang tua Rio sudah mencoba membantu mencarikan wanita dengan mengenalkan hampir semua anak dari teman-teman sekolah dan sosialitanya. Namun, semuanya berakhir sama, dicampakkan oleh seorang pria bernama Rio Darmawan yang kini berusia dua puluh tujuh tahun.

Entah apa kriteria pasangan yang diinginkan oleh pria itu, hingga membuat orang tuanya pusing memikirkan jodoh Rio yang tak kunjung kelihatan tanda-tandanya.

Setiap hari, Rio menghabiskan waktunya untuk bekerja di perusahaan DR Group. Selain untuk melupakan kenangan bersama mantan kekasihnya, kesibukannya juga bisa dimanfaatkan sebagai alasan ketika meninggalkan para wanita yang sengaja disiapkan oleh mamanya pada saat kencan buta.

Saat ini, pria itu tengah menghempaskan tubuhnya ke atas kursi kerja yang sangat nyaman. Ia baru saja selesai rapat dan memejamkan matanya sejenak untuk beristirahat sebelum melanjutkan pekerjaannya.

Namun, suara pintu yang diketuk dari luar membuatnya harus terjaga. "Masuk!" serunya sedikit meninggikan suara.

Seorang pria yang selalu setia mengikuti Rio itu masuk ke dalam. Dia adalah Gilang, asisten pribadi CEO DR Group. "Tuan, orang tua Anda baru saja mengirimkan pesan," ujarnya seraya menyodorkan ponsel ke atasannya untuk dilihat oleh Rio.

Rio menolak mengambil benda canggih itu. "Tolong bacakan saja, siapa lagi wanita yang harus kutemui?" tanyanya.

Rio sampai hafal kebiasaan ibunya yang setiap hari mengirimkan pesan kepada asistennya tentang kencan buta.

"Dita Andini, putri dari teman sekolah Nyonya Anggi," jawab Gilang sambil memperlihatkan foto wanita yang nanti sore harus ditemui oleh Rio.

Rio terlihat tak tertarik dengan wanita di dalam ponsel tersebut. Tak ada yang menggugah hatinya sedikit pun. Atau mungkin belum. "Biarkan saja, tak perlu dibalas," pintanya.

"Baik." Gilang memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya lalu menatap atasannya lagi. "Anda ingin makan siang di mana, Tuan? Restaurant seperti biasanya?" tawarnya.

"Tidak, aku mau makan di kantin perusahaan saja. Terlalu banyak kenangan bersama Anita di Restaurant itu," tolak Rio. Selama menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya, dia sering makan di restoran tersebut.

Lebih baik Rio mencoba untuk melupakan semua peristiwa bersama orang yang pernah dia inginkan menjadi istrinya, daripada mengganggu rumah tangga Anita demi memaksakan kehendaknya.

"Baik, aku akan sampaikan pada chef untuk menyiapkan hidangan." Gilang berpamitan untuk keluar. Namun getaran dari ponselnya membuatnya berhenti sejenak mengecek penelepon yang seperti tak sabaran.

Gilang berbalik untuk berbicara dengan atasannya lagi. "Tuan, Nyonya Anggi menelepon," jelasnya.

Rio terlihat menghela napasnya. "Angkat saja," titahnya seperti tak bertenaga. Ia sudah tahu apa yang akan disampaikan oleh mamanya.

"Gilang!" seru Mommy Anggi setelah panggilan diangkat.

"Ya, Nyonya, ada yang bisa dibantu?" tanya Gilang.

"Di mana Rio? Kenapa dia mematikan ponselnya?" tanya Mommy Anggi tak sabaran.

"Di hadapanku."

"Berikan ponselnya padanya!"

"Baik."

Gilang menyodorkan benda pipih canggih itu ke atasannya. "Nyonya ingin berbicara dengan Anda."

Rio menerima ponsel tersebut dengan malas dan menempelkannya di telinganya. "Ya, Mom?"

"Jangan lupa sore ini kau harus menemui wanita yang sudah aku siapkan. Mulailah buka hatimu, Rio! Mommy sudah tua, ingin segera mempunyai cucu, dan kau anakku satu-satunya. Harapanku," omel wanita yang melahirkan pria tampan dan mempesona tersebut.

Sementara itu, wanita dewasa berparas cantik dengan rambut berwarna cokelat tengah masuk ke dalam apartemen sederhana yang dia sewa dan dibayar secara bulanan seharga tiga juta rupiah.

Dia adalah Denanda yang biasa dipanggil Nanda, seorang wanita yang sudah melahirkan satu anak. Kini dia harus hidup dengan ekonomi yang tergolong rendah dibandingkan saat suaminya tidak terjerat kasus penggelapan dana dan pengedar narkotika.

Nanda baru saja pulang dari bekerja sebagai pelayan. Dia rela mengerjakan apa pun agar bisa menghidupi keluarganya, sembari terus berusaha mencari pekerjaan yang sesuai keterampilannya serta tidak terlalu menggunakan banyak tenaga, karena ia baru saja pulih dari patah tulang akibat kecelakaan yang terjadi hampir dua tahun silam.

"Kenapa Cherry belum pulang?" gumam Nanda setelah ia mencari keberadaan putrinya di dalam hunian berukuran tiga puluh enam meter persegi itu.

Nanda pun mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi pihak sekolah tempat anaknya mengemban ilmu. Ini sudah sore, seharusnya putrinya berada di rumah.

"Semua murid sudah pulang sejak pukul dua siang, bus sekolah mengantarkan seperti biasanya," jelas salah satu guru yang Nanda hubungi.

"Baik, terima kasih atas informasinya. Maaf sudah mengganggu waktu Anda," balas Nanda.

Penjelasan dari guru anaknya membuatnya justru khawatir dengan keberadaan putrinya yang biasanya sudah berada di apartemen ketika dia pulang.

Nanda tak jadi beristirahat. Ia hendak keluar mencari Cherry tanpa mengganti pakaian bertuliskan nama restoran yang biasa digunakan untuk bekerja menjadi pelayan. Sebagai seorang ibu, dia tak mungkin berdiam diri ketika putrinya tak tahu di mana keberadaannya.

Ketika Nanda hendak meraih handle pintu, ponselnya berdering, membuatnya mengurungkan niat membuka pintu bercat cokelat itu untuk mengangkat panggilan telepon.

"Ya, Ma?" sapa Nanda pada mertuanya.

"Kau sudah ada uangnya belum? Tiga hari lagi jatuh tempo pembayaran sewa apartemenku," tanya Mama Rini, orang tua suaminya.

"Sedang aku usahakan, Ma. Doakan semoga pekerjaanku lancar," balas Nanda.

"Ck! Dari kemarin jawabanmu seperti itu terus. Aku tak mau diusir dari sini. Mau tinggal di mana jika menjadi gelandangan?" protes Mama Rini.

"Tinggal di apartemen sewaku saja, kita bisa mengirit pengeluaran juga."

"Dih! Tak mau aku tinggal di tempat sempit milikmu. Ingat, dua juta rupiah harus ada dalam waktu tiga hari lagi." Mama Rini menekankan nominal uangnya. Itu adalah biaya sewa setiap bulannya yang harus dibayar.

Nanda menghembuskan napasnya setelah panggilan diputus sepihak oleh mertuanya. Semenjak Andres masuk penjara, perusahaan harus gulung tikar akibat kecurangan yang pernah diperbuat oleh suaminya. Dialah yang kini menjadi tulang punggung. Mama dari suaminya tak membantu sedikit pun, justru bergantung padanya juga.

Mertua Nanda satu-satunya itu belum bisa meninggalkan kehidupan kelas atas, sehingga memaksakan diri menyewa apartemen yang sangat bagus tanpa melihat kondisinya saat ini yang sulit.

"Di mana aku dapatkan uang secepat itu? Tabunganku sudah ku gunakan untuk membayar sekolah Cherry," desah Nanda. Ia adalah sosok wanita yang peduli dan santun kepada orang tua, baik kandung maupun mertuanya. Sehingga tak pernah mengeluh di depan Mama Rini ketika dimintai uang. Dia akan berusaha sekeras mungkin untuk memenuhi kebutuhan orang tuanya, karena yakin akan mendapatkan ganti yang mungkin tak akan terduga jika melakukan kebaikan dengan tulus.

Wanita itu kembali melanjutkan niatnya untuk mencari anaknya. Ia berhenti di ambang pintu ketika melihat seorang wanita dan anak kecil berusia dua tahun tengah berdiri di hadapannya.

"Ada apa kau kemari?" tanya Nanda pada orang tersebut.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 64 Kebaikan Akan Selalu Menang   03-06 14:08
img
2 Bab 2 Wanita Tangguh
12/01/2024
4 Bab 4 Pertemuan
12/01/2024
6 Bab 6 Janda Muda
12/01/2024
7 Bab 7 Masih Terbayang
12/01/2024
8 Bab 8 Calon Mantu
12/01/2024
10 Bab 10 Dipecat
12/01/2024
12 Bab 12 Ditakut-takuti
15/01/2024
14 Bab 14 Lebih Bahagia
17/01/2024
16 Bab 16 Ujian Besar
19/01/2024
17 Bab 17 Memegang Gunung
20/01/2024
19 Bab 19 Wanita Siluman
22/01/2024
20 Bab 20 Dibawa Polisi
23/01/2024
22 Bab 22 Sulit Dihubungi
25/01/2024
25 Bab 25 Tertidur
28/01/2024
26 Bab 26 Menagih Janji
29/01/2024
30 Bab 30 Dimabuk Cinta
02/02/2024
31 Bab 31 Masih Ragu
03/02/2024
34 Bab 34 Persiapan
06/02/2024
35 Bab 35 Menanam Bibit
07/02/2024
36 Bab 36 Makan Malam
08/02/2024
37 Bab 37 Sebut Namaku!
09/02/2024
38 Bab 38 One More, Baby!
10/02/2024
39 Bab 39 Program Hamil
11/02/2024
40 Bab 40 Hak Asuh
12/02/2024
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY