Sejatinya apa itu cinta? Bagi Husein, cinta adalah saat dia mengatakan 'saya terima' dalam sebuah akad pernikahan, yang berarti dia menyatakan menerima tanggung jawab untuk mencintai, dan melindungi istrinya. Sementara bagi Mutia, pernikahan adalah hal paling merepotkan yang ingin segera dia akhiri apabila ada kesempatan. Hati yang sudah dimiliki orang lain menjadi salah satu alasan untuknya. Lalu, bagaimana jika mereka berdua dipaksa bersama dalam sebuah pernikahan? Apakah mereka sanggup untuk saling menerima dan mempertahankan pernikahan? Instagram @hi.shenaaa
"Gratatatata!" seru seorang gadis yang tengah berjoget di depan layar ponsel.
Dia menyibak rambut ke samping, menunjukkan bentuk lehernya ke publik. Meski dengan pakaian tertutup, gadis itu masih punya rasa malu untuk tidak meniru orang-orang yang memamerkan tali bra-nya.
"Jelek nggak pa-pa, yang penting banyak duitnya!" katanya tanpa merisaukan suara azan yang sudah berkumandang sejak tadi.
Mungkin setelah ini umi atau kakaknya akan mengetuk pintu untuk mengingatkannya salat dan dia hanya membalas nanti. kata nanti itu bisa jadi berakhir lupa atau terlaksana ketika jam salatnya sudah hampir habis.
"Biasa, namanya juga anak muda," kata Mutia.
"Tiaaa!" seru Umar dari luar, mengetuk pintu kamar Mutia.
"Nantiii." Padahal Umar belum menyelesaikan ucapannya, tetapi Mutia sudah bisa menebak bahwa Umar akan memintanya salat.
"Nanti apa? Abang belum selesai ngomong," ucapnya.
"Salat, 'kan? Bentar lagi, Bang!"
"Astaghfirullahaladzim, Mutia! Kamu belum salat? Ini udah hampir Isya! Kamu ngapain aja, sih?! Waktu Magrib itu cuma sebentar!" Suara Umar semakin meninggi ketika mengetahui adik bungsunya ternyata belum menunaikan kewajiban sebagai umat muslim.
Mutia tidak merasa gelisah sedikit pun. Dia malah sibuk menggulir hasil video-videonya dan kebingungan harus memposting yang mana. Mendengar tak ada jawaban dari dalam kamar, Umar menurunkan kenop pintu dan berniat masuk. Namun, ternyata pintu kamar dikunci, membuat hati Umar semakin diliputi emosi.
"Mutia, kamu dengerin Abang, nggak?!" sentaknya.
Mutia menggaruk rambut yang terasa sedikit gatal, kemudian memencet tombol berwarna pink untuk memposting videonya.
"Denger, kok. Bentar lagi, tunggu upload ini bentar."
"Mutia, habis ini udah Isya!"
"Tauuu. Ribet banget, sih, Bang?!" Mutia jadi ikutan kesal kalau disuruh-suruh.
"Kalo sampai belum bergerak juga, Abang dobrak pintu kamar kamu. Biar nggak punya pintu sekalian!"
Mutia menghela napas lelah. Dia bangkit dari kasur dan berjalan menuju meja belajar, meletakkan ponselnya di atas sana. Tidak lupa menancapkan charger agar ketika dia selesai salat nanti, ponselnya bisa digunakan sesuka hati. Setelah memastikan terhubung, Mutia pun membuka pintu kamarnya.
"Udah, 'kan? Ini mau salat. Nggak usah ribet!" katanya ketus.
"Bukan masalah ribet atau enggaknya, Tia. Salat itu kewajiban. Kalau kamu tinggal, dosanya besar. Kamu mau narik semua keluarga kamu ke neraka?" kata Umar, mengikuti langkah Mutia dari belakang.
"Masih muda ngapain mikir yang jauh-jauh, sih? Nikmatin aja, lah, masa mudanya. Gini, nih, Islam terlalu banyak peraturan. Capek!"
Emosi Umar kembali terpancing. "Apa kamu bil-"
Brak
Pintu toilet ditutup dengan tidak sopan. Mutia bersandar pada pintu, lalu menatap ke arah cermin yang terpasang di atas wastafel. Gadis belia itu lelah dengan sikap sang kakak yang selalu merusak suasana hatinya.
***
"Pokoknya, gue berharap diterima di universitas yang gue mau biar bisa merantau, keluar dari rumah! Mental gue bener-bener nggak aman kalo masih tinggal sama keluarga gue," ucap Mutia di sela-sela kegiatannya menghabiskan bakso.
"Lo yakin? Merantau nggak gampang, loh. Lo bakal dipaksa mandiri dan ngurus diri sendiri," ucap Erika.
Dia sendiri masih tak habis pikir, padahal lebih enak hidup dengan orang tua daripada sendirian. Mungkin karena didikan keluarga Mutia cukup keras, sehingga sahabatnya itu ingin sekali minggat dari rumah.
"Bodo amat, gue udah siap sama semua risiko dari merantau. Gua udah mempertimbangkan semuanya, gua yakin bisa!" Mutia meninju udara yang ada di depannya, mengepalkan rasa semangat membara.
"Nggak usah sok-sokan, nanti nangeees!" Willy datang dengan hobinya, memancing keributan. Pemuda itu menyeruput es teh milik Mutia tanpa ragu dan menghabiskannya.
"Eh, es gue, Asem! Minta, sih, nggak pa-pa, tapi, ya, jangan diabisin!" Mutia memukul lengan Willy beberapa kali sampai merasa puas.
"Lo kemarin pake hotspot gue buat main Tiktok lebih sadis mana?" Mendengar itu, Mutia cengengesan dan beralih mengelus lengan Willy yang tadi dipukuli.
"Lo nggak ada kumpul?" tanya Erika pada Willy yang duduk tepat di depannya.
Mutia, Erika, dan Willy memang sudah lama bersahabat. Mereka saling kenal sejak duduk di bangku SMP hingga saat ini berada di kelas 12 SMA. Namun, sayangnya, Mutia dan Erika berada di jurusan yang berbeda dengan Willy. Mereka anak IPS, sedangkan Willy anak IPA.
Berbeda dengan Erika yang hobi rebahan, Mutia dan Willy itu termasuk anak yang aktif berorganisasi sehingga keduanya sama-sama mengikuti organisasi tertinggi di sekolah. Bedanya, Mutia mengikuti organisasi MPK, sedangkan Willy mengikuti OSIS.
"Ada paling. Nggak tau gue. Anak-anak sukanya mendadak kalo ngasih kabar." Willy menyangga dagunya, melirik malas ke arah adik kelas yang sengaja caper di sekitarnya. "Habis ini keknya lo yang bakal sibuk, Mut," kata Willy.
Mutia menelan pentolnya sambil mengangguk. Pandangannya fokus pada layar ponsel yang menampilkan beberapa perempuan berjoget dengan trend baru. "Yes, empat acara besar dalam satu bulan. Mantap, 'kan?"
"Yang jadi ketua pelaksana di acara apa?" tanya Willy.
Erika hanya diam menyimak. Kalau sudah urusan organisasi, dia hanya bisa diam mendengarkan karena tidak mengerti apa-apa.
"Acara sidang pleno," jawabnya.
Willy pun manggut-manggut. "Acara serah terima jabatan, lo jadi apa?"
"Sekretaris." Mutia menghela napas panjang.
Selama ini, menjadi sekretaris adalah posisi terberat yang selalu ingin dia hindari. Pasalnya, terlalu banyak yang harus diurus walaupun tugas sekretaris adalah pra-acara. Tetap saja Mutia merasa malas untuk mengerjakan.
"Semangatlah, bentar lagi lengser!" kata Willy terkekeh melihat ekspresi Mutia yang tampak tertekan.
"Jangan ketawa lo. Liat fans lo pada jerit-jerit kesurupan." Ucapan Erika membuat mood Willy memburuk.
Dia memang merasa risih didekati oleh perempuan, apalagi yang sangat menunjukkan ketertarikan. Di mata Willy, mereka sangat genit.
"Simut!" Mutia, Erika, dan Willy menoleh.
Ketiganya memusatkan pandangan pada dua laki-laki yang berjalan ke arah mereka. Sosok yang dipanggil Simut itu tersenyum ke arah pacarnya. Memang, panggilan akrab Mutia adalah Simut karena kata orang-orang, tubuhnya begitu kecil dan imut sehingga dipanggil simut.
"Udah selesai?" tanya Mutia kepada Yusuf yang baru saja berdiri di sebelah mejanya. Pria itu adalah duta sekolah, tentu saja karena ketampanannya yang sangat menonjol.
"Udah. Pulang sekarang, yuk, takut keburu hujan." Yusuf memberikan jaketnya pada Mutia agar dikenakan.
Mutia menerimanya dan mendekap jaket itu. Diliriknya Wisnu-sahabat Yusuf sekaligus pacar Erika-yang sedang mencubit gemas pipi Erika. Gadis itu memang memiliki pipi yang gembul, jadinya orang-orang sering gemas ingin mencubit dan memainkannya seperti marshmellow.
"Rik, Nu, Wil, kita duluan, ya!" kata Mutia.
"Duluan, Bro," ucap Yusuf.
"Hati-hati, Cantik!" balas Erika.
"Yoi," jawab Wisnu dan Willy hampir barengan.
Di perjalanan menuju parkiran, Yusuf bertanya, "Simut, besok mau nonton, nggak? Aku ada tiket buat dua orang."
Mutia melirik Yusuf sekilas. "Nonton film?"
"Iya, film horor."
Mutia berpikir sejenak, mengingat-ingat apakah dirinya punya rencana besok.
"Boleh, tapi jemput di depan pos ronda, ya. Takut ketahuan Abang." Gadis itu membuat kesepakatan.
"Iya."
***
"Bunda, udah bangun? Minum dulu, Bun, biar tenggorokannya seger," ucap seorang pria berpakaian koko dan sarung yang melekat. Kopiah hitam juga masih bertengger di kepalanya, memancarkan aura segar untuk dipandang.
Wanita paruh baya berusia kepala empat itu berusaha membuka sempurna matanya. Dia melihat anak sulungnya, kebanggaannya, kesayangannya itu tengah membantunya bangkit dari tidur. Dengan memberikan sandaran bantal di belakang punggung, Rara menarik napas panjang. Dia menerima segelas air mineral dari sang anak.
"Husein," panggilnya.
Nadanya begitu lemah, membuat Husein tak kuasa menahan air mata yang hendak keluar. Baginya, bunda adalah perempuan paling kuat yang tidak pernah menangis atau mengeluh di depannya. Wanita kesayangannya yang begitu hebat, kini sedang menahan rasa sakit atas penyakit yang diderita.
"Iya, Bunda. Bunda butuh apa? Husein akan siapkan, apa pun." Husein dengan sigap menggenggam tangan Rara, seakan tidak pernah ingin melepasnya, kapan pun.
"Husein, anak Bunda yang paling ganteng," panggilnya lagi, kini diiringi belaian lembut di pipinya.
Husein terkekeh. "Anak Bunda yang cowok, kan, memang cuma satu."
"Sein, umur Bunda ...." Belum selesai menyelesaikan ucapannya, Husein sudah memotongnya.
"Nggak. Jangan ngomong gitu. Bunda bakal panjang umur, Husein akan selalu jaga Bunda. Jadi, jangan bahas soal itu, ya?"
Rara menggeleng dengan senyuman lembut. "Husein, kalau Bunda minta sesuatu, Husein mau nurutin?"
Sontak Husein mengangguk berulang kali. "Pasti! Pasti, Bunda! Apa pun, bakal Husein usahain."
"Pernikahan."
Raut wajah Husein spontan berubah. Dia menegang di tempat. Selama ini, sejak gagalnya pertunangannya waktu itu, bundanya tidak pernah membahas lagi soal pernikahan. Husein pikir, wanita berjasa dalam hidupnya itu tidak lagi berharap dan lebih memilih menunggu yang terbaik. Namun, ternyata selama ini, diam-diam bundanya masih berharap ada seorang wanita untuk segera membantu menyempurnakan agama.
"Sebelum nyawa Bunda nggak ada, untuk terakhir kalinya, Bunda ingin ditemani seorang menantu dari kamu. Bunda ingin melihat kamu bahagia sudah menemukan tulang rusukmu."
Sekadar berusaha menenangkan, Husein memajukan kursinya dan mengelus tangan Rara. "Iya, Bunda. Doakan yang terbaik, ya? Husein juga berharap ada-"
"Ada." Rara tahu bahwa Husein akan beralasan sedang menunggu seseorang untuk datang. Padahal selama ini yang dilakukan anaknya hanya fokus dengan pekerjaan. Seolah-olah dirinya sudah trauma dengan perempuan.
"Ada? Bunda sudah mengenal seorang perempuan?" Husein terkejut dengan jawaban Rara yang mengatakan ada perempuan untuknya.
"Tapi, siapa? Selama ini Bunda hanya berada di rumah sakit, sudah lebih dari sepuluh tahun." Pikirannya riuh.
"Bunda kenal seorang perempuan. Anaknya cantik, baik, periang, lucu. Cocok sama kamu yang jail dan overprotektif."
Husein dua kali terkejut kala mendengar deskripsi tentang gadis itu. "Husein kenal?" tanyanya.
Bunda menggeleng. "Mungkin kenal, mungkin tidak. Dia tetangga kita dulu sebelum pindah, tapi Bunda juga tidak tau sekarang dia tinggal di mana. Apa kamu mau mencoba mencari tahu?"
"Bunda yakin?"
Rara mengangguk mantap. "Kalau kamu mau."
"Siapa namanya, Bun?" tanya Husein dengan hati yang diselimuti ketegangan.
"Kalau tidak salah ... namanya Mutia Azzahra Wiranata."
***
Mengandung adegan 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan! "Kamu mau mati?" terdengar suara Jonathan yang mengancam di telepon. Devanda menarik napas dalam-dalam. Dia sudah tahu resikonya ketika dia menolak perjodohan dengan Jonathan, seorang pria kaya dan kejam yang sudah dua kali membunuhnya di kehidupan sebelumnya. Dia bertekad untuk mengubah takdir dengan menikahi Andriyan, sepupu Jonathan yang dikenal sebagai pemain wanita. Devanda berpikir bahwa Andriyan tidak akan mengganggunya dan bisa bercerai dengan mudah. Namun, Andriyan justru menjadi sangat terobsesi dengan Devanda yang dingin dan acuh tak acuh itu. Dia menjadi semakin penasaran dan ingin mendapatkan cinta Devanda. Di sisi lain, Jonathan masih mengincar Devanda dan berusaha merebutnya kembali dengan segala cara. Devanda harus berjuang untuk melindungi dirinya dan menemukan kebahagiaan yang selama ini dia impikan. Namun, apakah Devanda bisa menghadapi mereka berdua? Akankah Devanda mendapatkan kebahagiaan dari cinta sejati yang selama ini ia impikan? IG @hi.shenaaa
Mengandung Adegan 21+ Natta terkejut saat memergoki suaminya, Hasbi, berselingkuh. Namun, saat menemukan jam misterius di dekat jembatan, hidupnya berubah drastis. Natta tiba-tiba terlempar kembali ke masa SMA mereka, dengan niat awal untuk membalas dendam. Namun, semakin Natta mengenal sisi lain dari Hasbi di masa lalu, dia mulai merasa terpesona dan jatuh cinta lagi. Natta menyadari bahwa ada banyak hal yang selama ini tersembunyi, termasuk kegelapan dan trauma yang Hasbi sembunyikan darinya selama bertahun-tahun. Dalam kebingungannya, Natta dihadapkan pada pertanyaan sulit. Apakah dia akan melanjutkan rencana balas dendamnya ataukah menyadari bahwa semuanya hanya kesalahpahaman? Dalam cerita ini, Natta harus menghadapi dilema antara cinta dan balas dendam. Dia harus menggali kebenaran yang terpendam dan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan yang dibuatnya. Bisakah Natta menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya? Follow me ig @hi.shenaaa
Mengandung adegan dewasa 21+ Raisa Anastasya mengalami kematian tragis, tertabrak truk, setelah melabrak tunangannya yang tengah berselingkuh. Bukannya mati dan kembali ke alam baka, Raisa malah masuk ke tubuh perempuan lain yang juga bernama Raisa, seolah semesta memberikan kesempatan kedua padanya. Sembari memanfaatkan paras cantik tubuh barunya, Raisa mulai menjalankan rencananya untuk balas dendam. Tapi tiba-tiba Zefan, direktur perusahaannya yang terkenal punya sifat sangat dingin, menarik Raisa ke salah satu kamar. Di bawah pengaruh alkohol, dia merenggut keperawanan Raisa karena mengira wanita itu adalah Raisanya yang lama. Setelah menghabiskan malam-malam menggairahkan bersama direktur, Raisa selalu terbayang saat mereka melakukan hubungan dan dibuat ketagihan oleh sang direktur, sehingga bimbang untuk melanjutkan balas dendamnya. Bisakah Raisa tetap fokus pada rencana utamanya di saat direktur terus menghantui melalui godaan sentuhan yang begitu menggairahkan? Dan apakah Raisa bisa menemukan benang takdirnya yang sebenarnya? Ngobrol sama author di Instagram dan TikTok @hi.shenaaa ya~
Lita terhempas oleh kenyataan pahit setelah sepuluh tahun pernikahannya dengan Khalid berakhir tragis bersama dengan kehilangan sang buah hati. Nyawa bayi yang malang itu pun terlepas di tangan pengasuhnya sendiri, seorang gadis remaja yang sebelumnya diselamatkan oleh Lita beberapa bulan lalu. Memanfaatkan kesempatan itu, Jenni dengan licik merayu Khalid, rela menjadi istri kedua untuk membalaskan dendamnya yang telah terpendam selama bertahun-tahun. Di tengah-tengah pergumulan atas kehilangan anak mereka dan munculnya saingan yang penuh kebencian di dalam rumah tangga, apa yang menanti Lita dan Khalid di masa depan? Follow author di Instagram dan TikTok @hi.shenaaa ya~
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Cerita ini hanya fiksi belaka. Karanga author Semata. Dan yang paling penting, BUKAN UNTUK ANAK2. HANYA UNTUK DEWASA. Cinta memang tak pandang tempat. Itulah yang sedang Clara rasakan. Ia jatuh cinta dengan ayah tirinya sendiri bernama Mark. Mark adalah bule yang ibunya kenal saat ibunya sedang dinas ke Amerika. Dan sekarang, ia justru ingin merebut Mark dari ibunya. Gila? Tentu saja. Anak mana yang mau merebut suami ibunya sendiri. Tapi itulah yang sekarang ia lakukan. Seperti gayung bersambut, Niat Clara yang ingin mendekati Mark diterima baik oleh pria tersebut, apalagi Clara juga bisa memuaskan urusan ranjang Mark. Akankah Clara berhasil menjadikan Mark kekasihnya? Atau lebih dari itu?
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....
Andres dikenal sebagai orang yang tidak berperasaan dan kejam sampai dia bertemu Corinna, wanita yang satu tindakan heroiknya mencairkan hatinya yang dingin. Karena tipu muslihat ayah dan ibu tirinya, Corinna hampir kehilangan nyawanya. Untungnya, nasib campur tangan ketika dia menyelamatkan Andres, pewaris keluarga yang paling berpengaruh di Kota Driyver. Ketika insiden itu mendorong mereka untuk bekerja sama, bantuan timbal balik mereka dengan cepat berkembang menjadi romansa yang tak terduga, membuat seluruh kota tidak percaya. Bagaimana mungkin bujangan yang terkenal menyendiri itu berubah menjadi pria yang dilanda cinta ini?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.