ah pintu ruangan Rara. Dia masuk dan memperhatikan a
makan," ucap Rara dengan senyuman hangat. Sementara H
ia merepotkan." Fina mendekat
kepada anaknya, kemudian menatap Fina lagi.
atap anaknya. "Dia Teh Fina, kakak iparnya Mutia," lanjut
" tanya Rara, membuat Fina dan Mutia
ukannya Mutia?" tanya Mutia den
kok," jawab Rara agar tid
mi dengan keluarga Mutia. Itu sebabny
Mereka saling bertukar nomor dan berbincang ringan. "Mutia
a, kok, Teh
*
lah kepergian Fina dan Mutia. Husein han
m tau
h lucu Mutia. Mungkin anaknya ini masih ingin meyakinkan diri karena jarak usia
u Husein menolak, mungkin itu akan berpengaruh pada kondisi kesehatan bundanya.
Bunda untuk yangpertama kaliny
n. Dia akan segera memantapkan
*
u baru selesai menyelesaikan ujian akhir semesternya. Betapa leg
a!" pekik Mutia sembari meregangk
nya terasa dipenuhi oleh asap. Dia sudah tidak s
salah nyilang!"
ang jawaban yang seharusnya. Sialnya, dia baru sadar setelah mengumpulkan jawab
kasihan melihat Erika memukul-mukul kepalanya,
Erika menoleh pada Mutia dengan wajah begitu melas. Ha
ggak punya mata apa buat baca jawa
arusnya dia mengharapkan sebuah kebaikan dari sahabat to
tegas. "Kenyataan leb
am Erika. Dia kenal seambisius apa sosok Erika. Selalu ingin me
alian nggak saling sapa. Beneran udah putus?" tanya Erika hati-hati. Baru
ia mengedikkan kedua bahu. "Nggak tau. Yang jelas,
njelasan ke dia atau mencoba
rasa apa-apa ke Yusuf sejak awal. Perasaan itu ... buat oran
engakui bukan manusia yang baik, sengaja memanfaatkan keberadaan orang lain sebagai pelampiasan. Dia sel
ar bisa melupakan orang lama. Kebetulan Yusuf ada di sana menawark
erempuan di s
ngkin cukup dekat dengan pemili
ggak, sih? Padahal gue ngarep ada soal bonus." S
cantik Mutia. Jantung yang masih belum bisa biasa saja kala bertemu deng
gerti lagi gue udah ngarang berapa nomer,"
pa Leo pa
ertegur sapa dengan penyandang status Ketua OSIS SMA Nusaka itu. Mu
dengan suara pelan kar
S dulu, ya. Ditunggu anak-anak. B
Leo lenyap dari pandangan, Mutia sempat memperhatikan kalung salib yang terpampang nyata di leher pria itu. Dua kancing teratas k
s banget dihindarin," celetuk Erika, tepat set
. Karena sama-sama mendengar perkataan
utia walau jelas-jelas dia te
k yang baik ke semua orang terlihat lebih horor, 'kan? Kita sem
adi alasan gue nggak bisa berharap lebih sama dia. Bener-bener definis
ia. Mungkin dia bisa bantu kita buat ngajak Yusuf bicara." Topik pembicaraan
ng salah itu gue. Kalau Yusuf masih pen
s sekolah di lengan kanannya. "Gue mau ke loker
or. Gue bareng Wisnu. L
. "Kuota gue abis, minta to
udah sibuk dengan dunianya, Mutia pun pergi meninggalkannya menuju loker
n Leo di sampingnya. Pria itu juga sedang mengambil sesuatu dari lokernya. Tentu saja loker mereka berdampingan karena Leo juga berasal dari j
rhatikan. Akhirnya pria itu menoleh, mendapati Mutia berdiri tak jauh darinya. Kedua mata
suk
eo, Mutia juga merutuki dirinya sendiri yang tidak sadar sudah menyatakan perasaan. Bagaimana mungkin? Pa
ari memejamkan mata. Penyakit tidak
anya Leo yang akhi
liru. Padahal jelas dia sudah mengakui perasaanny
mau confess waktu wisuda." Kepala Mutia menu
a ngga
ggiran rok seraga
a dan mendongak. Dia memperhatikan baik-baik bibir Leo yang tersenyum padanya. B
lalu, waktu pendaftaran SMA." Di
paham. "Lumayan
atlah bagaimana respons pemuda itu yang tetap tenang dan ramah, sehing
gumam
gak nyangka cewek secantik lo punya
lah membuat Mutia bingung. Mungkinkah cintany
or
sentak kaget dan ref
kan, Mutia segera berbalik dan mendapati Will
nyengir sendirian di sini? Kesurupan?" Ucapan
tapi nihil. Laki-laki itu sudah tidak ad
tingkah Mutia yang tidak jelas. Gadis ini s
ada
lisnya. "Leo yang itu? K
-keras. Kalo ada yang denger bisa gawat. Erika, kan, juga nggak
uka Leo dulu seb
arkan. "Tapi, sekarang
elum p
alan lebih dulu di depan Willy. "Nggak
Mut
leh kepada seseorang yang baru saja memanggil nama Mutia.
utia tepat setelah Rend
ri Kak
a ada catatan kecil yang ditinggalkan. Mungkin ada pesan di dalamnya.
mana?" t
bisa ngasih ini langsung ke Kak Muti karena emang lagi sibuk banget sama gur
maka
, gue permi
mpai di dalam, Mutia memangku bunga itu dan menatapnya lekat. Dia jadi merasa bersalah kepada Yusuf.
ya, Wil. Dua cowok
a kemudian mulai menginjak gas.
*