Dihukum jadi pacar? Indira benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan hukuman aneh dari senior yang menurut informasi suka gonta ganti pasangan. Tidak tahu alasan jelas tentang hukuman, tidak berani menolak membuat Indira terjebak dengan hukuman ini bersama seniornya, Fajar. Memberikan hukuman aneh pada mahasiswi baru membuat Fajar menganggap sebagai obat traumanya. Menjalin hubungan dengan beberapa perempuan tidak membuat Fajar sembuh, tapi berbeda saat bersama dengan Indira. Tidak mengetahui masalah masing-masing membuat Fajar dan Indira menjalin hubungan sesuai dengan jalannya, selayaknya hubungan pada umumnya mampu membuat mereka dewasa. Apakah Fajar memang serius dengan perasaannya atau menganggap Indira sebagai obat traumanya? Akankah mereka berdua terbuka dengan semuanya?
"Dik, nanti istirahat ketemu saya di ruang kesehatan."
Indira menatap bingung dengan apa yang dilakukan pria itu, pria yang tidak lain seniornya. Mengalihkan kembali pandangan ke depan dan mencoba fokus tapi tetap saja memikirkan perkataan senior tadi, menatap Mita yang berada disampingnya dengan tatapan bingung.
"Tadi siapa?" bisik Indira.
"Kayaknya senior deh, kamu nanti jangan lupa kesana." Mita mengatakan tanpa menatap Indira.
Materi yang disampaikan berjalan cukup lama, Indira mulai mencatat apa saja yang penting. Mendengarkan semuanya tanpa ada yang terlewatkan, menjelang istirahat tugas diberikan dengan membentuk kelompok berdasarkan absen.
"Jangan lupa ke ruang kesehatan," ucap Mita mengingatkan.
"Hampir aja lupa," ucap Indira sambil memukul keningnya pelan.
"Kalian ke kantin?" tanya Lia, salah satu mahasiswi baru sama seperti Indira dan Mira.
"Aku yang ke kantin," jawab Mita.
"Kamu?" Lia menatap Indira.
"Dipanggil sama senior, kalian ke kantin aja. Aku nitip minum sama roti ya." Indira memberikan uang pada Mita.
Mereka bertiga keluar dari ruangan, langkah Indira berhenti di salah satu pintu sedangkan kedua temannya melanjutkan langkahnya menuju kantin. Indira menatap pintu bingung, tidak tahu siapa nama senior yang memanggilnya tadi.
"Cari siapa?" tanya salah satu senior wanita.
"Gue panggil dia," sahut senior pria yang tadi memanggil Indira sebelum membuka mulut "Ayo ikut."
Indira memilih mengikuti langkah senior yang memanggilnya, memasuki ruangan yang tampak sepi. Menutup pintu dengan pikirannya masih bertanya-tanya tentang apa kesalahan yang baru saja dirinya lakukan sampai-sampai harus dipanggil oleh senior, tidak berani menatap senior pria yang bersandar di meja dengan Indira dihadapannya.
"Indira Pradipta, kamu tahu letak kesalahan kamu kenapa saya panggil?" Indira langsung menggelengkan kepalanya "Kamu tidak menghargai senior yang berbicara di depan sampai-sampai melamun?"
Indira menatap senior pria dihadapannya dengan tatapan terkejut, seketika dirinya ingat berada dimana sekarang. Fakultas psikologi, orang-orang yang berada disini pastinya belajar membaca bahasa tubuh dan ekspresi wajah jadi tahu apa yang ada didalam isi kepala atau dipikirkan oleh orang tersebut.
"Kenapa diam? Benar kata-kata saya? Apa senior kamu terlalu membosankan sampai-sampai kamu tidak mau mendengarkan?"
"Bukan begitu, kak." Indira langsung membantahnya.
"Lalu?"
"Tiba-tiba aja blank." Indira memberikan alasan yang sangat masuk akal.
Senior dihadapannya hanya menggelengkan kepalanya "Kamu beruntung karena saya yang tahu coba kalau senior lain pasti habis."
"Maaf, kak." Indira menundukkan kepalanya merasa tidak enak dan bersalah.
"Kamu tahu siapa saya?" Indira langsung menggelengkan kepalanya "Fajar Putra Mardani panggilannya Fajar, ingat nama ini baik-baik."
"Baik, kak." Indira menganggukkan kepalanya masih tidak berani menatap seniornya, Fajar.
"Saya mau kasih hukuman buat kamu."
Indira mengangkat kepalanya terkejut dengan kata-kata Fajar, tidak menyangka akan mendapatkan hukuman di hari pertamanya masuk perguruan tinggi. Menatap Fajar dengan harapan yang di dengarnya tidak benar, bisa dikatakan salah mendengar apa yang dikatakan Fajar.
"Kamu mau tahu hukumannya?" tanya Fajar.
Indira menganggukkan kepalanya ragu tanpa melepaskan tatapan pada Fajar, senyum kecil terlihat di bibir Fajar membuat Indira menatap terkejut. Menggelengkan kepalanya cepat, tidak boleh terpesona dengan senior yang baru dikenalnya ini.
"Bagaimana mau tahu hukumannya?" Fajar bertanya lagi yang diangguki Indira "Saya nggak tahu kamu mau tahu atau tidak, memang kamu mau dihukum?"
"Nggak mau dihukum, kak." Indira menjawab cepat.
Indira melihat Fajar memberikan kantong plastik yang tadi dibawanya, menatap bingung atas kantong plastik yang diberikan Fajar. Tatapan mereka bertemu, Fajar seakan memberitahukan Indira untuk mengambil kantong plastik, sedikit ragu Indira mengambilnya dengan tatapan bingung.
"Kamu makan dulu," ucap Fajar dengan menunjukkan kantong plastik yang ada di tangan Indira "Saya nggak tahu kamu suka atau tidak."
"Terima kasih, kak. Pasti aku makan setelah ini." Indira langsung menjawabnya.
Fajar menganggukkan kepalanya "Lebih baik kamu istirahat dulu masalah hukuman saya pikirkan terlebih dahulu."
"Baik, kak." Indira menanggapi dengan sopan.
Keluar dari ruangan dengan bertanya-tanya, seharusnya bukan hanya dirinya saja yang tidak memperhatikan orang berbicara didepan tapi kenapa hanya dirinya saja yang dipanggil. Menggelengkan kepalanya untuk tidak berpikir aneh-aneh, bisa saja memang dirinya yang sedang apes.
Melangkahkan kakinya menuju musholla untuk melakukan ibadah, langkah Indira terhenti saat melihat Fajar berada didepan dan mereka akan melakukan jamaah. Melihat itu membuat Indira langsung menggunakan mukena dan bergabung bersama, setelah selesai Indira kembali ke ruangan dan teringat kantong plastik yang diberikan Fajar dengan segera dibuka dan dimakannya.
"Ini pesanan kamu," ucap Lia yang mengambil tempat duduk disamping Indira "Kamu satu kelompok sama siapa?"
"Makasih, aku belum ketemu anak-anaknya yang mana. Mita kemana?"
"Mita di musholla, memang siapa saja anak-anaknya?" Indira langsung mengambil catatan dan memperlihatkan pada Lia "Shinta, tadi duduk disampingku kalau yang lain nggak tahu aku."
"Nanti aku cari," ucap Indira langsung menerima bukunya.
Memilih tidak banyak bicara dengan menikmati pesananannya, Indira sudah makan dua bungkus roti. Lia sendiri masih setia duduk disamping Indira dengan memainkan ponselnya, mencoba untuk tidak peduli dengan menikmati makanannya.
"Aku tadi lihat ada senior cakep banget." Lia membuka suara membuat Indira menatap kearahnya "Tadi memang kamu kemana? Habis melakukan kesalahan apa?"
"Dipanggil ke ruang kesehatan, nggak tahu salahnya apa mungkin lagi apes aja." Indira mengangkat bahunya saat menjawab.
Indira juga tidak bertanya tentang senior yang dimaksud, bagi dirinya senior semua sama. Tampan atau tidak bukan utama dirinya mencari pasangan, Indira lebih menyukai pria dewasa dengan ibadahnya yang bagus.
"Indira ya?" suara seseorang membuat Indira menatap kearahnya "Tio, kita satu kelompok. Nanti selesai acara ngerjain tugasnya ya."
"Ok, yang lain udah tahu siapa saja?" Indira langsung menanggapi Tio.
"Sudah, tapi ada beberapa yang belum. Kita ketemu di gazebo ya nanti." Tio menjawab yang diangguki Indira.
Menatap Tio yang berjalan menjauh dari mereka, tampaknya memang Indira harus mengenal banyak anak disini. Menatap sekitar dan ruangan terisi penuh, tampaknya yang keterima di tahunnya sangat banyak dan tidak mungkin mengenal mereka satu per satu dengan cepat.
"Mas Wahyu tadi bilang kalau angkatan kita paling banyak dibanding tahun sebelumnya," ucap Lia seakan paham dengan yang dilakukan Indira dan membuat Indira menatap kearahnya.
"Gimana bisa kenal sama mereka cepat?"
Janda, tidak ada orang yang mau jadi janda. Setiap orang ingin pernikahannya berhasil, tapi keinginan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dona mengalami itu semua, menikah dengan pria yang suka melakukan kekerasan bahkan pada saat berhubungan intim. Fandi, pria yang sudah seharusnya menikah tapi kenyataan tidak semudah itu. Kepercayaan dengan wanita berkurang setelah wanita yang dicintainya lebih memilih menikahi kakaknya karena hamil. Fandi dan Dona yang mengalami masa lalu sulit bertemu secara tidak sengaja, kejadian demi kejadian membuat mereka dekat. Akankah mereka saling membuka hati satu sama lain?
Tania, merasa bahagia saat Yudi pacarnya dari sekolah menengah menikahinya. Berjuang bersama mendapatkan restu, menemani di saat tersulitnya dan ternyata menjebak dirinya. Yudi menjual Tania kepada Galih, bosnya. Tania harus menemani Galih bertemu dengan investor perusahaan dan pastinya melayani orang tersebut. Pertemuannya dengan Wijaya, tidak lain adalah investor perusahaannya membuat Tania mendapatkan cinta. Wijaya membantu Tania dalam menghadapi segala permasalahannya dengan Yudi, segala cara dilakukan agar proses mereka berjalan cepat. Mereka menikah setelah semuanya selesai, tanpa menunggu waktu lama Tania langsung hamil. Pernikahannya berjalan dengan lancar berbeda saat dulu bersama dengan Yudi. Apakah benar pernikahan mereka berjalan lancar? Tidak adakah masalah dalam kehidupan pernikahan mereka? Sejauh mana mereka menghadapi godaan dari sekitar di pernikahan mereka?
Dila, anak seorang pendiri salah satu pondok pesantren, Gus Wirto, ditaarufkan dengan salah satu santri. Namanya Fabian, mantan pecandu obat-obatan yang sengaja dikirim ke pesantren untuk menjadi pribadi lebih baik. Dila jadi ragu dengan perjodohan tersebut, terlebih lagi Dila sudah memiliki sosok lelaki idaman, yakni Prima, seorang hafiz Quran yang shaleh dan santun. Berbanding terbalik dengan Fabian. Dila ingin berkata jujur pada orang tuanya tapi tidak bisa dilakukan, keinginan kuat untuk keberhasilan proses taaruf ini membuat Dila tidak bisa berbuat banyak, segala cara sudah dilakukan agar batal dan selalu gagal. Saat Dila menyetujui semuanya rahasia Fabian terbuka satu per satu membuat dirinya terkejut. Lantas apa Dila akan tetap dengan keputusan menerima taaruf? Sejauh mana Fabian bisa berubah dari ketergantungan?
Cerita Dewasa! 21+ Emma gadis berusia tiga puluh tahun yang baru saja diterima bekerja di perusahaan H&D Group harus berhadapan dengan pria yang bernama Devan anak pertama dari pemilik H&D Group, kehidupan mereka berdua baik – baik saja hingga kejadian di Kalimantan saat mereka berada disana selama tiga bulan. Emma yang memiliki tunangan dan Devan yang memiliki istri dengan sengaja melakukan pernikahan disana agar apa yang mereka perbuat sah dihadapan banyak orang. Perjanjian mereka perbuat bahwa pernikahan mereka akan berakhir jika Emma menikah dengan tunangannya, pernikahan yang awalnya hanya untuk menghalalkan perbuatan mereka secara perlahan mengubah semuanya dimana Emma secara diam – diam mencintai Devan dan begitu pula sebaliknya. Akankah Devan terbuka pada istrinya? Atau Emma yang akan menerima Devan apa adanya dengan menjadi istri kedua?
Fajar, pria yang memiliki perusahaan teknologi dihadapkan pada kenyataan jika dirinya memiliki kepribadian ganda. Mariska, kekasih Fajar tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya, hanya satu orang yang mengetahuinya, Indira. Seringnya Fajar dan Indira bersama membuat mereka memiliki perasaan berbeda. Bukan hanya Fajar yang menyukai Indira, tapi 2 kepribadiannya yang lain juga menyukai Indira dibandingkan Mariska. Akankah Fajar sembuh dengan bantuan Indira? Bagaimana dengan percintaannya dengan Marissa? Siapa yang akan Fajar dan hatinya pilih?
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Frans mahasiswa kedokteran berprestasi harus ikhlas meninggalkan bangku kuliahnya setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan lalulintas yang merenggut nyawa keduanya. Frans yang menjadi tukang punggung keluarga dengan memikul beban dua adik perempuannya Shireen dan Siska. Frans bekerja sebagai penyanyi di club' malam dan penyanyi di pesta pernikahan. Sampai akhirnya ia dilirik mamih Mega owner club' malam tempat ia bekerja untuk menjadi pria penjual Cinta. Dimulai kah petualangan Terong Jumbo Frans dari satu pelukan ke pelukan wanita lainnya. Sampai ia bertemu dengan Fira, gadis yang menyewanya untuk merenggut kesuciannya. Merekapun jatuh Cinta. Namun ditengah hubungan mereka Frans menikahi Anjani.
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Kerap kali dihina dan ditekan dalam keluarga, membuat Karmila bangkit dengan caranya sendiri. Saat ini dia bukan lagi wanita lemah yang hanya bisa menuntut belas kasih dan nafkah dari sang suami. Pun penghinaan ibu mertua serta keluarga iparnya menjadikan pelecut dirinya agar bisa maju dan hidup lebih baik. Suami baik, mertua baik, biar aku saja yang jahat. Akan kubuktikan pada kalian, bahwa aku bisa menjadi wanita sukses dengan jalan yang tak disangka-sangka. Bagaimana perjuangan Karmila yang merajut harapan dan cita demi anak-anaknya dengan memanfaatkan barang-barang bekas, menyulapnya jadi kreasi yang indah dan bernilai jual tinggi. Akankah dia berhasil mencapai semua mimpinya?