/0/10779/coverbig.jpg?v=50ba0a764191d680df6ea8240bb295a5)
Dihukum jadi pacar? Indira benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan hukuman aneh dari senior yang menurut informasi suka gonta ganti pasangan. Tidak tahu alasan jelas tentang hukuman, tidak berani menolak membuat Indira terjebak dengan hukuman ini bersama seniornya, Fajar. Memberikan hukuman aneh pada mahasiswi baru membuat Fajar menganggap sebagai obat traumanya. Menjalin hubungan dengan beberapa perempuan tidak membuat Fajar sembuh, tapi berbeda saat bersama dengan Indira. Tidak mengetahui masalah masing-masing membuat Fajar dan Indira menjalin hubungan sesuai dengan jalannya, selayaknya hubungan pada umumnya mampu membuat mereka dewasa. Apakah Fajar memang serius dengan perasaannya atau menganggap Indira sebagai obat traumanya? Akankah mereka berdua terbuka dengan semuanya?
"Dik, nanti istirahat ketemu saya di ruang kesehatan."
Indira menatap bingung dengan apa yang dilakukan pria itu, pria yang tidak lain seniornya. Mengalihkan kembali pandangan ke depan dan mencoba fokus tapi tetap saja memikirkan perkataan senior tadi, menatap Mita yang berada disampingnya dengan tatapan bingung.
"Tadi siapa?" bisik Indira.
"Kayaknya senior deh, kamu nanti jangan lupa kesana." Mita mengatakan tanpa menatap Indira.
Materi yang disampaikan berjalan cukup lama, Indira mulai mencatat apa saja yang penting. Mendengarkan semuanya tanpa ada yang terlewatkan, menjelang istirahat tugas diberikan dengan membentuk kelompok berdasarkan absen.
"Jangan lupa ke ruang kesehatan," ucap Mita mengingatkan.
"Hampir aja lupa," ucap Indira sambil memukul keningnya pelan.
"Kalian ke kantin?" tanya Lia, salah satu mahasiswi baru sama seperti Indira dan Mira.
"Aku yang ke kantin," jawab Mita.
"Kamu?" Lia menatap Indira.
"Dipanggil sama senior, kalian ke kantin aja. Aku nitip minum sama roti ya." Indira memberikan uang pada Mita.
Mereka bertiga keluar dari ruangan, langkah Indira berhenti di salah satu pintu sedangkan kedua temannya melanjutkan langkahnya menuju kantin. Indira menatap pintu bingung, tidak tahu siapa nama senior yang memanggilnya tadi.
"Cari siapa?" tanya salah satu senior wanita.
"Gue panggil dia," sahut senior pria yang tadi memanggil Indira sebelum membuka mulut "Ayo ikut."
Indira memilih mengikuti langkah senior yang memanggilnya, memasuki ruangan yang tampak sepi. Menutup pintu dengan pikirannya masih bertanya-tanya tentang apa kesalahan yang baru saja dirinya lakukan sampai-sampai harus dipanggil oleh senior, tidak berani menatap senior pria yang bersandar di meja dengan Indira dihadapannya.
"Indira Pradipta, kamu tahu letak kesalahan kamu kenapa saya panggil?" Indira langsung menggelengkan kepalanya "Kamu tidak menghargai senior yang berbicara di depan sampai-sampai melamun?"
Indira menatap senior pria dihadapannya dengan tatapan terkejut, seketika dirinya ingat berada dimana sekarang. Fakultas psikologi, orang-orang yang berada disini pastinya belajar membaca bahasa tubuh dan ekspresi wajah jadi tahu apa yang ada didalam isi kepala atau dipikirkan oleh orang tersebut.
"Kenapa diam? Benar kata-kata saya? Apa senior kamu terlalu membosankan sampai-sampai kamu tidak mau mendengarkan?"
"Bukan begitu, kak." Indira langsung membantahnya.
"Lalu?"
"Tiba-tiba aja blank." Indira memberikan alasan yang sangat masuk akal.
Senior dihadapannya hanya menggelengkan kepalanya "Kamu beruntung karena saya yang tahu coba kalau senior lain pasti habis."
"Maaf, kak." Indira menundukkan kepalanya merasa tidak enak dan bersalah.
"Kamu tahu siapa saya?" Indira langsung menggelengkan kepalanya "Fajar Putra Mardani panggilannya Fajar, ingat nama ini baik-baik."
"Baik, kak." Indira menganggukkan kepalanya masih tidak berani menatap seniornya, Fajar.
"Saya mau kasih hukuman buat kamu."
Indira mengangkat kepalanya terkejut dengan kata-kata Fajar, tidak menyangka akan mendapatkan hukuman di hari pertamanya masuk perguruan tinggi. Menatap Fajar dengan harapan yang di dengarnya tidak benar, bisa dikatakan salah mendengar apa yang dikatakan Fajar.
"Kamu mau tahu hukumannya?" tanya Fajar.
Indira menganggukkan kepalanya ragu tanpa melepaskan tatapan pada Fajar, senyum kecil terlihat di bibir Fajar membuat Indira menatap terkejut. Menggelengkan kepalanya cepat, tidak boleh terpesona dengan senior yang baru dikenalnya ini.
"Bagaimana mau tahu hukumannya?" Fajar bertanya lagi yang diangguki Indira "Saya nggak tahu kamu mau tahu atau tidak, memang kamu mau dihukum?"
"Nggak mau dihukum, kak." Indira menjawab cepat.
Indira melihat Fajar memberikan kantong plastik yang tadi dibawanya, menatap bingung atas kantong plastik yang diberikan Fajar. Tatapan mereka bertemu, Fajar seakan memberitahukan Indira untuk mengambil kantong plastik, sedikit ragu Indira mengambilnya dengan tatapan bingung.
"Kamu makan dulu," ucap Fajar dengan menunjukkan kantong plastik yang ada di tangan Indira "Saya nggak tahu kamu suka atau tidak."
"Terima kasih, kak. Pasti aku makan setelah ini." Indira langsung menjawabnya.
Fajar menganggukkan kepalanya "Lebih baik kamu istirahat dulu masalah hukuman saya pikirkan terlebih dahulu."
"Baik, kak." Indira menanggapi dengan sopan.
Keluar dari ruangan dengan bertanya-tanya, seharusnya bukan hanya dirinya saja yang tidak memperhatikan orang berbicara didepan tapi kenapa hanya dirinya saja yang dipanggil. Menggelengkan kepalanya untuk tidak berpikir aneh-aneh, bisa saja memang dirinya yang sedang apes.
Melangkahkan kakinya menuju musholla untuk melakukan ibadah, langkah Indira terhenti saat melihat Fajar berada didepan dan mereka akan melakukan jamaah. Melihat itu membuat Indira langsung menggunakan mukena dan bergabung bersama, setelah selesai Indira kembali ke ruangan dan teringat kantong plastik yang diberikan Fajar dengan segera dibuka dan dimakannya.
"Ini pesanan kamu," ucap Lia yang mengambil tempat duduk disamping Indira "Kamu satu kelompok sama siapa?"
"Makasih, aku belum ketemu anak-anaknya yang mana. Mita kemana?"
"Mita di musholla, memang siapa saja anak-anaknya?" Indira langsung mengambil catatan dan memperlihatkan pada Lia "Shinta, tadi duduk disampingku kalau yang lain nggak tahu aku."
"Nanti aku cari," ucap Indira langsung menerima bukunya.
Memilih tidak banyak bicara dengan menikmati pesananannya, Indira sudah makan dua bungkus roti. Lia sendiri masih setia duduk disamping Indira dengan memainkan ponselnya, mencoba untuk tidak peduli dengan menikmati makanannya.
"Aku tadi lihat ada senior cakep banget." Lia membuka suara membuat Indira menatap kearahnya "Tadi memang kamu kemana? Habis melakukan kesalahan apa?"
"Dipanggil ke ruang kesehatan, nggak tahu salahnya apa mungkin lagi apes aja." Indira mengangkat bahunya saat menjawab.
Indira juga tidak bertanya tentang senior yang dimaksud, bagi dirinya senior semua sama. Tampan atau tidak bukan utama dirinya mencari pasangan, Indira lebih menyukai pria dewasa dengan ibadahnya yang bagus.
"Indira ya?" suara seseorang membuat Indira menatap kearahnya "Tio, kita satu kelompok. Nanti selesai acara ngerjain tugasnya ya."
"Ok, yang lain udah tahu siapa saja?" Indira langsung menanggapi Tio.
"Sudah, tapi ada beberapa yang belum. Kita ketemu di gazebo ya nanti." Tio menjawab yang diangguki Indira.
Menatap Tio yang berjalan menjauh dari mereka, tampaknya memang Indira harus mengenal banyak anak disini. Menatap sekitar dan ruangan terisi penuh, tampaknya yang keterima di tahunnya sangat banyak dan tidak mungkin mengenal mereka satu per satu dengan cepat.
"Mas Wahyu tadi bilang kalau angkatan kita paling banyak dibanding tahun sebelumnya," ucap Lia seakan paham dengan yang dilakukan Indira dan membuat Indira menatap kearahnya.
"Gimana bisa kenal sama mereka cepat?"
Janda, tidak ada orang yang mau jadi janda. Setiap orang ingin pernikahannya berhasil, tapi keinginan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dona mengalami itu semua, menikah dengan pria yang suka melakukan kekerasan bahkan pada saat berhubungan intim. Fandi, pria yang sudah seharusnya menikah tapi kenyataan tidak semudah itu. Kepercayaan dengan wanita berkurang setelah wanita yang dicintainya lebih memilih menikahi kakaknya karena hamil. Fandi dan Dona yang mengalami masa lalu sulit bertemu secara tidak sengaja, kejadian demi kejadian membuat mereka dekat. Akankah mereka saling membuka hati satu sama lain?
Tania, merasa bahagia saat Yudi pacarnya dari sekolah menengah menikahinya. Berjuang bersama mendapatkan restu, menemani di saat tersulitnya dan ternyata menjebak dirinya. Yudi menjual Tania kepada Galih, bosnya. Tania harus menemani Galih bertemu dengan investor perusahaan dan pastinya melayani orang tersebut. Pertemuannya dengan Wijaya, tidak lain adalah investor perusahaannya membuat Tania mendapatkan cinta. Wijaya membantu Tania dalam menghadapi segala permasalahannya dengan Yudi, segala cara dilakukan agar proses mereka berjalan cepat. Mereka menikah setelah semuanya selesai, tanpa menunggu waktu lama Tania langsung hamil. Pernikahannya berjalan dengan lancar berbeda saat dulu bersama dengan Yudi. Apakah benar pernikahan mereka berjalan lancar? Tidak adakah masalah dalam kehidupan pernikahan mereka? Sejauh mana mereka menghadapi godaan dari sekitar di pernikahan mereka?
Dila, anak seorang pendiri salah satu pondok pesantren, Gus Wirto, ditaarufkan dengan salah satu santri. Namanya Fabian, mantan pecandu obat-obatan yang sengaja dikirim ke pesantren untuk menjadi pribadi lebih baik. Dila jadi ragu dengan perjodohan tersebut, terlebih lagi Dila sudah memiliki sosok lelaki idaman, yakni Prima, seorang hafiz Quran yang shaleh dan santun. Berbanding terbalik dengan Fabian. Dila ingin berkata jujur pada orang tuanya tapi tidak bisa dilakukan, keinginan kuat untuk keberhasilan proses taaruf ini membuat Dila tidak bisa berbuat banyak, segala cara sudah dilakukan agar batal dan selalu gagal. Saat Dila menyetujui semuanya rahasia Fabian terbuka satu per satu membuat dirinya terkejut. Lantas apa Dila akan tetap dengan keputusan menerima taaruf? Sejauh mana Fabian bisa berubah dari ketergantungan?
Cerita Dewasa! 21+ Emma gadis berusia tiga puluh tahun yang baru saja diterima bekerja di perusahaan H&D Group harus berhadapan dengan pria yang bernama Devan anak pertama dari pemilik H&D Group, kehidupan mereka berdua baik – baik saja hingga kejadian di Kalimantan saat mereka berada disana selama tiga bulan. Emma yang memiliki tunangan dan Devan yang memiliki istri dengan sengaja melakukan pernikahan disana agar apa yang mereka perbuat sah dihadapan banyak orang. Perjanjian mereka perbuat bahwa pernikahan mereka akan berakhir jika Emma menikah dengan tunangannya, pernikahan yang awalnya hanya untuk menghalalkan perbuatan mereka secara perlahan mengubah semuanya dimana Emma secara diam – diam mencintai Devan dan begitu pula sebaliknya. Akankah Devan terbuka pada istrinya? Atau Emma yang akan menerima Devan apa adanya dengan menjadi istri kedua?
Fajar, pria yang memiliki perusahaan teknologi dihadapkan pada kenyataan jika dirinya memiliki kepribadian ganda. Mariska, kekasih Fajar tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya, hanya satu orang yang mengetahuinya, Indira. Seringnya Fajar dan Indira bersama membuat mereka memiliki perasaan berbeda. Bukan hanya Fajar yang menyukai Indira, tapi 2 kepribadiannya yang lain juga menyukai Indira dibandingkan Mariska. Akankah Fajar sembuh dengan bantuan Indira? Bagaimana dengan percintaannya dengan Marissa? Siapa yang akan Fajar dan hatinya pilih?
Maya terpaksa menggantikan posisi adik perempuannya untuk bertunangan dengan Arjuna, seorang pria cacat yang telah kehilangan statusnya sebagai pewaris keluarga. Pada awalnya, mereka hanyalah pasangan nominal. Namun, segalanya berubah ketika identitas Maya yang sebenarnya secara bertahap terungkap. Ternyata dia adalah seorang peretas profesional, komposer misterius, dan satu-satunya penerus master pemahat giok internasional .... Semakin banyak yang terungkap tentang Maya, Arjuna semakin merasa gelisah. Penyanyi terkenal, pemenang penghargaan aktor, pewaris dari keluarga kaya - ada begitu banyak pria yang menawan sedang mengejar tunangannya, Maya. Apa yang harus dilakukan Arjuna?!
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?