ukuman, tapi ya gak di bego-bego in juga. Dikira Dista bukan manusia kali. Emang bener sih, pria di d
tadi ia terus mengikuti kemanapun Satya pergi, huku
a untuk wanita ini." Suruh Satya terhadap karya
hingga menyisakan kemeja putih yang menyetak bentuh tubu
i narsis juga. Ingin rasanya Dista menggaruk wajah
bahwa ia sekarang tengah beradu pandang dengan Satya. Bahkan ia tert
Ejek Satya, Dista langsung
ahkan itu hanya terdengar oleh Dista. Setelahnya pria itu melangkah lebih dekat lagi, tentu Dista reflex memundurkan langkahnya lagi. Tinggi me
a di depannya ini bukan bosnya sudah di pastika
arap saya ngapa-ngapain kamu ya...." Bisik Satya tepat di telinga Dista, bahkan wanita itu merinding geli saat nafas pria itu menggelitik kulit lehernya
berkutik tidak bisa melawan. Pria di
ngannya itu. Ia menggigit pipi bagian dalamnya karena gemas sendiri melihat w
. Memang itu tujuan awalnya, tapi entah mengapa jiwa jailnya menguar sa
gin rasanya menghajar Satya. Mulutnya gatal ingin berkata kasar. Tapi,
ng wanita cantik dengan tubuh bak model. Melihat seragamnya, sudah di past
ru sadar bahwa sejak tadi wanita itu disini,
jejer, seperti sudah di pilihkan. Mbak-mbak tadi, memilah-milah baju di hadapnnya. Lalu tangannya berhenti di sebuah dress biru gela
tangan Dista. Gadis itu hanya mengangguk. Ia tak akan bertanya a
angsung memakai dress yang tadi di pilihkan oleh mbak karyawan. Dia menatap pantulan dirinya di cermin. Meras
lnya. Entah apa tujuan bosnya, ap
alihkan pandangannya ke arahnya. Termasuk Satya yang tengah sibuk dengan ipad di tangannya. Matanya m
i tidak mengganggu di telinga Dista. Dengan langkah anggun ia berjalan menuju Satya
an sombong. Beruntung dia memiliki kepercayaan diri
ali menatap Dista dengan berani. "Lumayan, tidak bikin sakit mata." Ucapnya bohong, ka
impel tapi sangat elegan. Dengan seenak jidatnya pria itu melemp
Tapi reaksinya tidak beda jauh, badannya menegang saat wajah tampan Satya yang berada tepat di depan wajahnya. Pria
ya menoleh ke sampin dan tersenyum kecil. Ia ta
g-buang waktu." Tatapan tajam Dista menghunus ke dalam mata Satya. Kalo tentang hubungan s
a tau Dista memiliki triger tentang hubungan relationship. Tatapan tajam Dista mengendur, seperti es batu yang di atas matahari. "Kamu jadi pacar pura-pura saya, ada cewek yang terus men
uk dan sedikit memundurkan langkahnya. Berad
ntuk jantungngnya. Satya menggelengakan kep
dengan prilaku saya. Dan satu lagi, saya orangnya perfactsionis. Saya
erus awal ketemu di cafe tempat yang nanti kita akan datangi." Satya men
a menggeleng, "saya bisa make up sendiri ko
a." Dista tersenyum lebar sembari membukat
memikirkan peras
*