yjen mulai menyeringai menatap Lion di iringi suara tawa rendahnya yang menakutkan.
tidak pilih-pilih." Suara rendah itu kembali
a
ion dengan tubuh y
di bahunya, namun hasilnya seakan sia-sia. Orang di belakangnya ini sanga
lagi. "Jika kau tak ingin
E
ang. Orang di belakangnya ini memiliki aura dingin yang sangat menakutkan hingga membuatn
aya..." Ujarnya de
takut dengan tubuh yang bergetar tak berdaya. Pemandangan itu membu
. tidak berkewajiban memuaskan nafsu
annya berubah dingin, senyuman tadi kian pudar dari wajahnya
r
ekik Lion
yang terbuka hingga memperlihatkan dada putihnya. Kaki Lion yang terbuka itu menjadi kesempatan yang tidak di sia-siaka
ah payudara Lion di balik pakaian dalam, ia pun kembali menatap ke atas. Di sana Lion memejamkan mata
tidak membuka matamu itu." Sua
Meskipun begitu Lion berusaha membuka matanya untuk meli
keluar dari ujung matanya, sementara mata hitam itu mas
" Tanya Mayjen Rich
seperti itu pasti akan mena
kemudian bangkit dari posisi
annya kembali, tak lupa ia menghapus sisa-sisa air mata
menatap Lion dengan inten
serealistis itu. Hal tadi seakan benar-benar nyata seolah atasan
jamin jika hal itu tak akan terjadi lagi di masa depan, bahkan samp
kunci pintunya." Lanjutnya sebelum b
yang membereskan? Kau yang mendorongku ke atas meja hingga
merapihkan semua barang yang berjatuhan tadi akibat
terlihat familiar? Apa aku pernah bertemu
*
ama 1
hingga sikat. Tak hanya itu, mereka akan mendapat sebuah kamar berukuran s
uk merapihkan barang-barang bawaannya. Tak ada yang membantu Lion da
at. Hubungan Lion dengan rekan wanita lainnya hanya sekedar rekan kerja, tidak
Humas. Mayjen pasti akan marah lagi jik
marnya untuk mencari kantor Divisi Humas. "Permisi? Apa kau
engubah ekspresinya dan tersenyum ramah. "Ya? Kau bisa berjalan lurus
rima kasih."
n pun memilih untuk berkeliling mencari pintu berwarna biru, dan benar saja! Tanpa sengaja ia melihat sebuah
misi
ejut oleh pemandangan di depannya. Tubuhnya memaku tanp
...." -Ba
r tengah menatapnya. Kulit putih yang terlihat halus serta tetesan air yan
yang terlilit di pinggang kecil pria itu serta harumnya sabun mandi yang terc
ama aku tidak bertemu
tergantikan dengan tatapan yang menunjukkan ketidaksukaan. "Berhenti me
kan aku! Aku hanya mencari kantor Divisi Humas, aku ti
u semakin membuat Lion gugup, apalagi tubuh putih tanpa adanya otot-
kan menemukan pintu hitam dengan tulisan Huma
Terima
U
itu dalam diam lalu menghela nafasnya dan bergerak menjauh, "Haah., Sepertinya aku di takdirka
MBUNG