n dalam memainkan bola basket sudah tidak diragukan lagi. Banyak gadis yang menaruh hati pada cowok itu. Apalagi bola m
ke dasar samudera. Rela! Sungguh, para gadis itu akan sangat rela tenggel
akan tahan berlama-lama berdiam diri. Dia turun dari kap mobil dengan sedikit melompat s
pupunya itu berlatih, atau t melihat otot-otot kekar para atlet basket SMA Cendrawasih, namun Reina tak tertarik. Itu karena ada sekelompok gadis-gadi
g di area parkir. Beberapa sedang menunggu jemputan, dan ada juga yang sedang bercanda satu
lajah sekitarnya mencari objek yang menarik. Dilihatnya laki-laki berseragam biru muda dengan dua kant
ekolah. Reina memang seakrab itu dengan para pegawai sekolah, tapi tid
asih ada." pak Jodi menunjuk motor Riga yang
caran ya
ina kembali bertanya dengan jenakanya. Badannya tak bisa diam b
i. Apalagi kemarin bapak lihat
ak t
papun yang terjadi dengan para pengendara yang menitipkan kendaraan m
eru terlalu berlebihan. Padahal tak a
odi menunjuk seorang siswa yang se
apa sama
nya, dia cuma nu
ponselnya lalu melakukan selfie di dekat mobil tersebut. Tak lama berselang p
ya dong!" seru seora
ng Tari
or saya
erlalu mengambil senjata tempurnya yang tak lain adalah seperangkat alat untuk
mendapatkan pelayanan terbaik. Senyuman Reina semakin mengembang tatkala matanya menan
enjauhkan dirinya. "Tenang aja Ga, tangan aku bersih kok. Aku uda
ikan Reina yang berdiri di sampingnya. Reina cemberut melihat hal itu, Riga benar-ben
elesai latihan. "Eh, Abdi!" seru Reina begitu dia melihat sosok yang ditunggu
emeluk lengan Abdi dengan penuh kasih sayang. Reina bahkan tak malu menyandarkan kepalanya di pundak Abdi
tahu kalau keduanya adalah saudara sepupu. Sama seperti Riga, apa yang dilihatn
an sekolah. Sedangkan Reina sudah duduk manis di samping Abdi. Ce
ih PR?" tanya R
napa tadi tidur
us sebelum subuh aku bangu
ang ng
korea. Seru, m
n drama begituan." Abdi mulai menyalakan mesi
kisah dalam drama korea yang baru saja ditontonnya. Dengan sabar Abdi mendengarkan setiap oce
. Untung saja suaranya termasuk bagus, masih layak untuk di dengarkan. Coba saja b
forever, or it's g
l me when i
h was wort
ex lovers, they t
ove the player and
ucap Abdi tak b
sik banget. Ahaha
eng
pa yang penti
ipi itu melotot pada sepupunya, tapi tak marah. Reina mana bisa
banyak hal yang sudah hilang dari Reina, hal yang tak mungkin bisa di kembalikan. Meski begitu Abdi tetap berharap bahwa suatu saat nanti sesuatu
*
h tapi, sekarang hal itu sudah tidak terjadi lagi. Cewek itu berdiri menatap dua ayunan besi
asih bisa tertawa bersama tanpa jarak yang kini membentang memisahkan mereka. Meski
hnya tembok itu sampai Reina tak mampu menembus bahkan meruntuhkannya. Sheila begitu hebat membangun tembok t
inkan untuk masuk bahkan menyentuh daerah pertahanannya. Reina harus memb
menjinjing kandang besi milik binatang peliharaannya. Mumu d
u dari tangan Abdi. "Hai Mumu!" sapa Reina pada kelinci berbulu lebat dengan warna abu-
Mumu dari sana. Hal serupa pun dilakukan oleh Abdi sebelum membiarkan Mumu dan Mimi bermain bebas d
t." ucap Reina begitu menarik wadah p
anget keluar masuk
mutan aku dar
na yang masih membersihkan salah satu kandang hewan peliharaan Abdi. Ce
mah. Entah sudah lupa atau pura-pura melupakan, yang jelas apa yang Abdi lihat saat ini adalah seakan-akan Reina
ruh baya itu melihat Reina dari dalam rumah berdiri di samping Abdi. Tat
ntuin Abdi buat bersi
ak ingat kejadian tiga tahun lalu? Hah?!" Arman melangkah menjauh. Laki-laki itu selalu
mengeluarkan lahar panasnya setiap kali melihat R
lalu ayah, gak perlu diungkit-ungkit lagi. Ayah sendi
eina selalu mengingatkannya pada kejadian itu. Kejadian yang membuat Rei
pai kapan mar
a sial itu tidak menghancurkan hidup aya
ak Tuhan, ayah. B
nak pembawa sial it
masuk mencari Abdi ingin memberi tahu kalau dia sudah selesai. Namun l
nya, tidak pula di rumah Abdi dirinya selalu di salahkan atas apa yang sud
itu Reina b
nghentikan pertengkarannya. Arman langsung menoleh menatap tajam pad
keluar. Reina menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menghembuskan perlahan. "
" Abdi berjalan mendekati Reina. Menggapai
mu berantem sama ayah kamu." balas Reina berusaha
itu di depan Abdi, sebab Abdi sangat mengerti
dari kantong celananya. Cowok itu memberikan lima
kan lagi pada Abdi. "Segini aja udah cukup. Dadah Abdi, aku pulang d
ya dari atas sofa di ruang tamu. Secepat mungkin Reina keluar d
! Tun
i itu sangat melelahkan baginya. Apalagi lari dari kenyataan. Terus berlari sampai benar-benar jauh
agi untuk melangkah Reina memilih berhenti, cewek itu mendudukkan dirinya di bawah pohon besar sambil m
aaf, maaf..maaf." Reina terus mengulangi kata maaf disela-sela tangisannya. Apap
terluka seperti saat ini. Agar dia masih bisa melihat tawa orang-orang yang selalu menyay
erandai-andai. Satu-satunya hal yang bisa Reina lakukan adalah merubah ke
an sapu tangan yang selalu dia bawa kemana-mana. Mengatur nafasnya ag
i ini kan udah dapat uang dari Abdi, mendingan belanj
faktor pendukung. Tetap, bahwa yang membuat kuat adalah diri sendiri. Sekeras apapun faktor pendukun