eluar dari rumahnya. Cewek cerewet satu itu memang selalu bangun lebih awa
in yang menerpa kulitnya. Kicau burung terdengar merdu, Reina bisa melihat burung-burung kecil ya
akhirnya dihembuskan perlahan. Aroma pagi yang begitu wangi menyamb
nnya. Senandung riang keluar dari bibir tipis Reina. Senyuman meng
nita yang berpapasan dengannya di jalan. Kedua
perumahannya. Namanya Rahmat, satpam bertubuh kurus it
ina sambil mengepalka
sama bundanya saja,
na melambaikan tangannya pada satpam tersebut. Keluar dari lingkungan perumahannya, Reina be
ng itu datang. Selang beberapa menit yang ditunggunya datang, jeep berwarna kuning itu b
pengemudi begitu Reina sudah duduk di
a Reina jenaka. "Di, aku belu
ya
ganteng." puji Reina pad
tas milik Abdi yang berada di kursi belakang. Setelah mendapatkan tas itu d
n segala sikap konyolnya, Reina dengan kebodohannya, tapi Abdi tahu bahwa Reina
ggak?" tanya Reina disela
perlu
" Reina menaikkan kakinya agar Abdi bisa melihat sepatu bututnya. Abdi tersen
dangnya Mumu s
ol
lang sekolah lo lan
ikan uang untuk Reina secara cuma-cuma tapi, cewek itu menolak mentah-mentah. Katanya sesuatu yang diingin
ik Abdi. Buku tulisnya dia letakan di atas pangkuannya dengan diganjal oleh buku paketnya. R
n segala kekurangannya. Pelajar yang tak lepas dari kata menyontek. Anggap saja itu adalah kenak
i agar Reina berhenti menyal
di kelas, nanti aku enggak
gak sarap
u serius menyalin tugas Bahasa Inggrisnya. Sementara itu Abdi mendesah
ya, di depan ad
, aku baw
en
ya
alin Abdi fokus pada jalanan di depannya. Hal yang biasa bagi Abdi untuk mengantar dan menjemput Reina p
. Reina segera turun dari mobil sepupunya, cewek itu memperhatikan sekitarnya. Terlihat bebera
makin banyak deh." ucap Reina samb
da satu pun yang bu
ik-cantik, apalagi junior
ahului sepupunya itu sebelum Reina semakin gencar
s kesal, tapi tentu dia tidak marah. Cewek itu kembali melangkah, namun baru
usul Riga menaiki tangga mengabaikan Abdi begitu saja. "Riga tun
oleh ke arahnya. Ingin tahu siapa pemilik suara melengking itu. Bagi yang sudah mengenal
duli. Dia terus me
engar. Cowok itu justru berjalan semakin cepat membuat Reina kewal
gu dong, ak
rid di dalam kelas itu langsung memperhatikan Reina. Menatap penuh keingintahuan. Sejak kapan ada
" tanya R
ndak menangkup satu sisi wajah Riga, tapi ta
h pegang
ku sih capek, apalagi habis naik tangga sambil lar
uar
nnya hanya diam memperhatikan gerak-gerik Reina, tanpa di duga dan tanpa di minta cewek itu menempe
ia berhasil menempelkan plester luka itu
l melepas plester itu d
*
d-muridnya menjelaskan teori tentang Sejarah. Kelopak mata Reina menutup dengan rapat. Kepalanya ber
ayutinya membuat Reina tak tahan untuk tidak memejamkan m
Reina, tapi gadis itu tak bergeming. "Na, Reina... bangun." sekali lagi Mia berusaha membangunkan, apalagi pak A
r dari kelas
Mia semakin panik ketika melihat pak Anton yang mendekati
pak?" tanya Reina sa
i kelas say
engan pasrah Reina k
ti itu di kelas. Sampai kapan kamu kayak begitu Rein? Gak capek apa? Abdi membatin memperhatika
Sangat
sana ada dua ruangan, gudang dan tempat menyimpan properti sekolah. Biasanya di sana ada pak Mu
Suasana tenang membuatnya semakin terlena. Angin yang bertiup lembut terasa seperti usapan tangan seorang ibu ketika menyentuh kulitnya. Daun-daun kering b
t itu. Salah satu petugas kebersihan itu memang sudah mengenal Reina. Bahkan pria p
tambun pada pak Mus. Di tangan kanannya ada segelas kopi hita
a di keluarkan l
an segelas kopi untuk suaminya itu. "Ini kop
a Bu Ningsih, ibu kantin paling baik satu sekolahan. Tak lama akhirnya Bu Ningsih kembali dengan selemb
ti sebenarnya Rein
anya-tanya. Reina memang sering ke sini bua
ini anaknya baik. Suka
a suka bantuin
g terjadi pada gadis itu, tapi tetap saja sepasang suami istri itu merasa kalau hidu
menunggu bu. Sudah bel istirahat, Bu." ucap Riga yang datang
lu." dengan tergesa Ningsih berlari menuju kantinnya. Sementara p
ralih pada sosok gadis yang meringkuk di atas sofa b
buat tidur, ya sudah kalau
a p
kan kakinya, namun baru juga selangkah suara R
masih terpejam, tapi mulutnya kembali bergumam. "Jangan perg
lepas memperhatikan raut wajah Reina yang selalu ceria itu kini berubah
nya dirasa s
lu memeluk Rei
dua mata yang masih terpejam itu. Merasa tak tega Riga perlahan menggerak
berkali-kali karena mendapati Riga yang berada di dekatnya. Menyadari hal itu Riga langsung berdi
g. Cewek itu mengucek matanya, lalu kembal
ngapain a
uat tidur. Ini ka
n ngac
balas Reina seperti biasanya dengan wajahnya yang jenaka. Tak ada lagi raut sedih dan ketakutan seperti beberapa saat yang
kan tertipu dengan
nnya dengan Reina, cowok itu memilih pergi. Namun Reina mengikutinya
a yang melingkari lengan Riga. Merasa risih Riga mendorong kepala Reina agar tak bersandar p
a tanpa berniat melepaskan Riga. Reina memandang Riga
gga
u merasa ada yang ng
itu justru semakin mengeratkannya. Menggesek-gesekan kepalanya pada pangk
iusap-usap s
ya kali ini tak membuat Reina ketakutan. Setelah cewek itu berkunjung ke rumah
sedingin
segalak u
kan cowok itu melangkah menjauhinya. "Suka pura-pura marah begitu deh, padahal aslinya dia pasti baik. Cuma