salam padanya yang sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca majalah fashion keluaran terbaru. Al
knya, ditambah lagi dengan mulut Riga yang tak berhenti m
enggak pakai salam, terus kamu malah mengumpat kayak begitu." Alexa memperingatkan ana
lu mengambil sebotol air mineral dan langsung meminumnya tanpa jeda menyisakan
a sih
apa
k semata wayangnya itu. Pandangan Alexa terhenti pada pipi kanan ana
rah?" tanya Al
an mamanya dari pipi
gak beran
, Riga ke k
percaya kalau anaknya itu baik-baik saja. Apalagi pipinya yang m
inya dengan kasar berkali-kali untuk menghilangkan jejak bibir Reina dari pipinya. Terus m
buka sambil berdiri lalu membuangnya ke sudut ruangan. Cowok itu membuka pakaiannya denga
ar. Sungguh dia paling tidak suka disentuh oleh orang lain, tapi Reina dengan lancangnya sudah menyen
alakan kerannya dan mengatur suhu airnya. Detik berikutnya air hangat m
ya kembali melintas dalam benaknya membuat cowok i
*
bertanya pada satpam penjaga kompleks nomor rumah Riga. Tangan kanannya m
kulitnya. Pipi yang dipoles bedak tipis-tipis, dan bibir yang h
r di sepanjang jalan memudahkannya untuk melihat menemukan nomor rumah Riga. Cewek
berdiri di depan gerbang yang tidak begitu tinggi. Cewek itu menekan be
seorang satpam ramah. Pria berseragam
mbil membaca name tag yang tersemat di d
ngangguk dan membuka leb
nya Riga. D
menyamping agar memudahkan Reina untuk masuk. Setelah Reina masuk
berhenti begitu sampai di teras depan rumah mewah bergaya Erop
ya
i blok dua belas memang hanya terdiri dari rumah-rumah mewah saja. Biasanya pemiliknya adalah pengusa
begitu anggun dengan kimono tidurnya yang terbuat dari sutera. Warnanya yang merah marun sangat kontras dengan ku
sangat merdu di telinga Reina. Seakan terbuai dengan suara Alexa, Rein
ei
berkepala empat saja masih sangat cantik, bagaimana ketika Alexa remaja? Pasti
arnya," Alexa mempersilahkan
a, ta
sama kayak orangnya
juga
capan Reina. "Tunggu di sini
-foto yang terpajang rapi di atas sebuah lemari kayu berwarna putih. Sebuah foto keluarga berukuran besar mengg
sosok Reina di ruang tamu rumahnya. Riga memandang Reina se
iga kesal, apalagi sekarang cewek itu tengah menyisir seisi ruangan itu. "Eh, mama kamu suka bunga Lili? Sama d
ruangan itu. Begitu rapi, bersih dan terlihat berkelas. Barang-barang di dalam ruangan itu memang bukan
ampan berisi dua gelas cokelat hangat. Wanita itu meletakkanny
nggak suka deh sama kuenya soalnya dia kelihatan enggak suka sama aku, ja
ini dari
an toko kue itu? I
kamu anak pem
, ta
ran Reina. Di sisi lain Riga memandangnya sebagai sebuah musibah. "Ya sudah ka
di atas sofa empuknya. Cowok itu bersedekap memandang jen
menyadari bahwa pipi Riga memerah. "Itu bekas aku cium sampai kayak begitu? Kok
ang
alu cium aku sebagai tanda terima kasih. Aku juga suka begitu sama
Berisik
eina terkekeh geli menanggapi kekesalan Riga. Sedangkan Riga mengusap wajahnya frustrasi sebelum meninggalkan R
a potongan kue yang Reina bawakan untuknya. Alexa meletak
te. Ke kamarn
i, tante m
mana Reina bisa mengenal Riga. Dengan senang hati Reina menceritakan semuanya pada Alexa t
apa pipi putra semata wayangnya itu memerah. Dua perempuan beda generasi itu menikmati malam m