a... ap
u betah ting
ergi? Aku ta
rus kau mero
nya engkau y
meletakan se
lu
au melihat tet
u kau seda
egitu akan aku t
lelah, bosa
MA Cendrawasih,
rang di hatinya. Lihat saja nanti, Reina pasti menang dan luka akan kalah. Reina akan meletakan
na tidak a
nang melawa
itu tersenyum, cepat atau
tertulis di sana. Sejak merasa tak ada siapapun yang sanggup mendengar keluh kesahnya, buku
dikit menundukkan kepalanya Reina melihat pada liontin kalung berbentuk ranting dengan s
da orang yang menganggap keberadaannya. Orang yang selalu bangga, tersenyum d
sengaja datang mencari Reina. Cewek itu menatap sekelilingnya. "Apa ena
an nih, ya aku di sini
aan? Inspiras
ya aku suka b
ideo baru aja diunggah sama salah satu
ga dan Tiara. Kejadian beberapa saat yang lalu. Harusnya dia menyadar
" Reina kembali menyerahkan ponsel itu pada Mia. Reina nampak sangat tak tert
eng b
at, enggak tertarik
n kamu s
sa a
eo kalian bil
aja it
n sekali menanyakan banyak hal mengenai video itu, namun Mia tahu kalau Reina
a untuk mengenal sisi lain dari seorang Reina. Mia sendiri bukan tipe orang yang terlalu ingin tahu
kamu. Kayaknya dia mau biki
di kamar mandi, ha
h
i ada film baru
non
harian di atas pangkuannya.
punya duit? Kan
lapar." Reina meninggalkan tempat duduknya. Dia tersenyum ketika meli
ikit terganggu Reina tetap berjalan ke kantin. Begitu masuk ke kantin dirinya langsung merasa
tak menyangka akan sebegitu hebohnya. Membuang rasa kesalnya lewat hem
E
tin. Seketika murid-murid yang berada di kantin kembali he
gudang tempat cewek itu biasa menyendi
tiba-tiba? Yang di perpust
mu harus jadi pacar aku
ku engga
an na
nya mengaku kekasih Riga, jika hal itu ketahuan pura-pura rasanya pasti aka
i ke kantin y
icaraan berkepanjangan ketika mereka tahu kalau dirinya tak benar-benar berpacaran dengan Reina. Kedua ada untungnya jika di mempuny
k yang kurang pandai bergaul. Diam-diam Reina melirik Riga yang berjalan di sampingny
kalau kamu gante
Bibirnya berkedut menahan senyu
kamus kehidupan aku, kamu itu or
enggak
ayah, kedua kak Aresh, ket
O
itu b
*
h berada di sana bersiap untuk meninggalkan sekolah. "Riga tunggu,
a Riga menurunk
n, kok kamu tega
pakan fakta sat
n yang diam-diam menghangatkan hatinya. Senyuman yang tanpa disadari selal
nakan sabuk pengaman. "Akhir-akhir ini selalu bawa mobil ke sekolah. Motor kam
gga
Aku juga suka sensasinya. Waktu pertama kali naik motor kamu, aku bisa ngerasain perasaan yang bebas ka
n paha kamu ke o
a kamu udah peduli sama aku sejak awal." cewek itu menggoda Riga. De
pegang
cium
gga
ati tawanya sendiri kemudian Reina terdiam mengingat sesuatu, ah.. dia lupa rasanya
at menangis di depan Riga, cepat-cepat Reina memalingkan pandangannya ke samping melihat jalanan lewat
mengehentikan mobilnya te
a ya, di rumah s
ur
Reina memasang wajah memelas dan menampilkan puppy eyes
li menjalankan mobilnya ke rumahnya. Hal itu tentu saja membuat
at ini Reina tidak ingin bertemu dengan ibunya dulu. Dia tidak ingin kembali mendapatkan so
. Riga berjalan mendahului Reina seakan melupakan keberadaan cew
di butiknya, mau b
k sebelum menaiki anak
p punggung cowok itu. Reina menuju dapur meng
bo
sanya min
kolah biasanya m
gelas tinggi itu. Di sisi lain bi Ina memperhatikan gerak-gerik Reina. Sebagai seorang yang su
las keluwesan Reina di dapur cukup terlihat baik
jus jeruk itu ke dalam lemari es. Lalu mengambil bebe
non Reina
eberapa bagian kecil. Bi Inah masih setia memperhatikan Reina, cara Reina memegang pisau d
sihan, gak suka kalau dipegang-pegang, tapi den Riga itu baik banget. Bibi aja kalau m
u sama bibi?" tan
ggak nanti bibi pele
buahan yang disatukan dalam sebuah mangkuk, lalu mencampurnya dengan yogurt. Diletakkannya mangkuk
a sebelah
lurus aja. Pintu paling uj
sih y
sudah cukup menunjukan kalau remaja itu cukup mandiri. Wajahnya yang terkesan imut dan manja itu berba
an. Satu ruangan di dekat tangga adalah perpustakaan pribadi milik Riga, satu ruan
! t
a kali diketuk. Riga diam melihat keberadaan
s. Matanya menjelajah kamar Riga yang sekarang menjadi kek
da dengan papan tempat tidur itu. Sedangkan seprai, selimut sampai gorden semuanya berwarna putih. Walking closet deng
dan satu pintu kayu yang Reina yakini itu adalah kamar mandi. Setelah puas melihat-lihat seisi kamar
lihat Riga yang sedang sibuk mengeluarkan buku-bukunya dari dalam
lajaran dan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Sudah menjadi kebiasaan Riga yang langsung mengerjakan tugas-tugasny
jus yang belum disentuh itu. "Minum dulu ni
a. Menatap tajam pada Reina, cowok itu mengambil gelasnya de
mengambil gelas itu dari tangan Riga dan meletakkannya
gga
au gitu ini
embali meletakan mangkuk itu yang masih menyisakan isinya. Dia mulai merasa mengantuk Reina merebahkan dirin
ina. Deru nafas yang semakin teratur menunjukan bahwa tidur cewek itu benar-