a yang hitam dan panjang selalu tergerai sempurna. Bulu mata lentik dari lahi
hampir semua mata pelajaran. Gadis itu tidak suka menghitung, tidak suka teori yang panjang sepert
n basket sebanyak dua kali sebelum melakukan lempar cakram. Di antara mereka, Reina berada di urutan pa
iii
aruh baya berkumis tebal itu bercak pinggang menatap lurus
at di bidang olahraga." tutur Reina yang kini berjalan di tepi lapangan. Bulir-bulir kering
nilai olahraga kam
elalu enam." ucap Reina pasrah tapi, ucapannya itu mema
gadis itu. Mereka semua tahu bagaimana Reina yang tidak menyukai olahraga. B
enak sambil menunggu pak Darma mengabsen satu persatu sebelum maju untuk mela
lempar cakram. Siswa bertubuh tinggi tegap itu segera berdiri mengambil benda bundar terb
menampakkan otot-otot kekar cowok itu. Rambutnya yang hit
aat ini dalam kondisi berkeringat. Itu membuatnya tamb
um?" tanya Mia teman sekelas Reina. Cewek cantik ber
b Reina acuh tak acuh. Paling malas memang j
sepupunya. Sehar
r urusan tuh anak, urusan hidup aku saja banyak dan
deh." Selor
swa bersorak untuk cowok itu. Reina mulai merasakan sesuatu mulai mendesa
let dulu ya,
tiap olahraga pasti
a kasi
lananya basah. Sangat memalukan jika dirinya harus mengompol di saat usianya sudah mengin
uti hentakkan langkah kaki Reina yang tergesa. Reina benar-b
sang di depan pintu masuk. Reina kemudian masuk ke salah satu bilik di dalam kamar mandi t
gak sampai mengompo
mun dia langsung terkejut begitu melihat seorang siswa sedang b
rggh
nahi dirinya. Sama seperti Reina siswa itu pun terkejut bukan ma
mata dengan kedua tangannya dan mundur perlahan-lahan tapi, dia m
in. Matanya yang hitam menatap Reina tajam. M
aku lihat, eh! Bukan! Aku enggak lihat
Reina melihat sesuatu. Perlahan siswa itu mendekati Reina, lalu menarik len
sanggup jika harus melihat wajah cowok itu secara langsung. Hem
Baru saja ingin melepaskan Reina, t
pintu masuk ketika melakukan sidak selama jam pelajaran berlangsung karena
tangannya dari Riga. Cewek itu mendekati guru deng
sama dia pipis bareng, Ya Tuhan! Bukan gitu Bu." Spontan Reina m
ergi. Tak mau tahu dengan alasan yang Reina katakan. Tubuhny
a sendiri ditambah lagi sepertinya cowok bernama Riga itu tak berniat sedikit pun untuk men
enyeret langkahnya mengikuti bu Kum
*
dorong alat pel-nya maju mundur. "Bilang kalau itu kecelakaan, kita enggak ngapa-ngapain, k
r-benar kesal dengan kejadian yang menimpanya hari ini. Dia menghentikan kegiatannya, tubuhnya terasa pana
berikan oleh guru mereka. Meski sebenarnya dia kesal bukan main pada Reina yang tak b
seperti sebelumnya tak menanggapi ucapan Reina. "Kayaknya kamu sungguh
yang suruh
k tak pernah lelah. Cowok itu yakin Reina pasti punya baterai
Ih, sumpah baru kali ini aku sial," Reina menjeda kalimatnya. Dia menghentikan kegiatannya seperti sedang memikirkan sesuatu.
yang keluar dari mulut Reina. Cowok itu ingin se
tanya Riga menodongkan al
dekati Riga, cewek itu terlihat sangat antusias. "Coba ngomong sekali lagi, aku
yang berusaha menyentuhn
mannya. "Kamu bawa kendaraan enggak? Kalau bawa aku nebeng ya. Kalau sudah sore biasanya jarang ada ang
mm
tahu rumah aku?" tanya Reina membungkukkan bad
ak bicara dan terkesan sangat bodoh. Ah, Reina memang bodoh. Re
tapi setiap kali dia ingin bicara Riga selalu menatapnya dengan tatapan yang mengancam. Reina tentu saja takut dengan
atang. Laki-laki berseragam cleaning service itu memberita
ucap Pak Mus bahagia. "Kalau setiap hari ada ya
g kita yang sekolah di sini, kan bayarnya mahal. Uang bulanan yang kita kas
a itu hanya bercanda sama seperti dirinya. Laki-laki paruh baya itu cuku
r." ucap Reina kemudian sebelum
rak ke kanan dan ke kiri mengikuti setiap gerakan langkahnya. Bib
ekerja, eh... di sini kan sudah gak ada delman. Berarti naik kopaja aja kali ya." celoteh Reina tanpa memedulikan beberapa
empat sore, sudah bisa di pastikan tidak ada angkutan umum lewat karena memang bukan jalan utama.
Astri aku pakai buat main candy crush
dalam tas. Dia melirik ke kiri dan ke k
a adalah motor Riga. "Ayo naik
ndiri." Katanya basa-basi,
Meskipun sebenarnya dia enggan berurusan lagi dengan Reina, tapi mel
h bilang mau neb
uk aneh seperti Reina. Cowok itu heran mengapa Reina bisa
toil
cuma be
membentak. Cowok itu menyodorkan helm untuk Re
rsama Riga dari pada harus menunggu angkutan umum yang tak pasti. Sela
tinggal di kompleks yang sama dengan Reina, hanya berbeda blok saja. Motor be
tiang penghalang yang menutupi jalan masuk. "Wah,
kaca helmnya
na. Bapak kir
a Pak, mau
menjadi hijau ketika tiang penghalang itu terbuka, dan akan
elambat begitu mendekati rumah cewek cerewet itu. Riga menghenti
inggal di sini juga?" tanya Reina begitu turun dari m
mm
lok b
bel
r rumah kamu berapa ka
k u
ina gemas sendiri. Ingin sekali rasanya cewek itu menarik pipi Riga sampa
u
kaget, bahkan satpam rumahnya pun keluar mendenga
erima kasih karena aku sudah mengantar aku
eina, Riga langsung menjalankan motornya menin
il Riga selalu menjaga jarak dengan orang-orang di sekitarnya. Dulu bahkan
esal telah berbaik hati mengantar Reina pulang. Mulai detik itu juga dia akan menjauhka