ir deras. Sederas pipa air ledeng yang bocor muncrat di tengah jalan berlobang. Bulu-bulu halus yang tertancap di sekujur tubuh
!" Lisa membel
anya duduk di kursi nomor 16F, deretan jendela dalam ruang kabin penum
merah warnanya. "Apakah ini alam gaib
ak. Lisa mendapati tubuhnya baru saja berpindah tempat dalam sekeja
sesosok makhluk berwajah hitam itu juga nyata...., atau jangan-janga
nar sudah terjaga di alam nyata. Atau..., jangan-jangan masih berada di alam bawah
it-cubit pipinya sendiri. Lisa dapat merasakan rasa sakit di kulitnya. Bahkan..., dia juga mera
..???" Lisa meng
dian memicingkan matanya erat-erat untuk bisa p
dalam kabin pesawat begitu sunyi. Sebahagian besar penumpang yang kedinginan sedang tertidur
dari sana. Di luar pesawat terlihat sangat gelap. Hanya kedipan lampu-lampu navigasi pesaw
i.!" Lisa meyakinkan dirinya bah
**
ya. Mata mengantuk, tapi tak berani dia pejamkan. Takut kalau-kalau di
meninggikan bahu dan merapatkan kedua tangannya. Tak sanggup
n transit ke Makassar masih satu jam lagi. Kemudian pesawat Airbus A320
u-lagu lawas melankolis pilihan diputarnya. Namun...., alunan musik n
Sepasang bola mata mahasiswi anak pengusaha kaya itu kemudian mengi
i." Lisa memb
ama. Namun hanya warna kelam yang tersuguh di luar sana. Tak ada sinar purnama. Sepertinya sang re
-liku nun di seberang lautan sana. Sambaran itu bertumpuk-tumpuk, dan terpusat pada suatu titi
ti akan ada bada
sa semakin mendekatkan wajahnya ke ka
ng mengejutkan menyengat pandangan Lisa tiba-tiba. Sebuah sambaran h
...!" Pantat Lisa
apa yang dis
alau tidak tersambar. Laksana tembakan kanon roket ke udara, cahaya kilat berkejar-kejaran. Tampak ber
et sengatan listrik tegangan tinggi. D
eh....!" Li
t...., Lisa tak
kaca jendela. Menutup wajahnya dengan kedua
getar. Bibiapa jenak mengusir kengerian yang terlanjur menyerang benakny
jantungnya yang bergejolak menyentak-nyentak. Mengademkan kepala yang menggelegar panas
dalam kabin pesawat yang kelewat dingin, membuatnya semakin adem. Jantung yang
amun sayang...., rasa
di barisan depan diperhatikannya walau itu tak ada guna. Hampir seluruh penumpang tertidur lelap mel
pesawat. Tatapannya mendadak tertumbuk pada seorang Perwira mu
emuda itu." Pikir Lisa menyipitkan
h di sampingnya. Mengamati raut wajahnya, juga seragam militer y
ngan pemuda berpakaian militer yang aku temu
a mengingat-ingat kembali sosok wajah dan pakaian seorang pemuda yang muncul dalam
isa membuka kemb
gnya..., seragam yang dia kenaka
yang dia temui di depan toilet pesawat. Dan pemuda itu juga yang menolong membukakan pint
Alfitra Adam yang kerap dipanggil dengan Kapten Adam, seorang pilot termuda di corps pene
i pemuda itu. Dia pernah mendengar suara langkah itu. Persis lang
itu...?!" Lisa me
enasaran
ara yang bernama Adam itu. Sepatu dinas lapangan milik Angkatan darat yang dikenakan oleh Adam memang lebih tebal da
pada dua buah toilet penumpang kelas ekonomi yang berada di sana. Cukup lama dia menatap. Di salah
u toilet. Seorang wanita berwajah pucat terlihat keluar dari sana. Wajah wanita itu mirip sekali dengan
wat tiba-tiba redup sesaat setelah wanita itu kembali berjalan menuju kursinya. Sepertinya ada ind
aksikan semuanya. Tak bisa lagi disangkal, apa yang dilihat oleh Lisa pada
g-konyong dia merasakan tubuhnya melayang. Melejit secepat kilat men
**